DERITAKU
Aku yang hampa tanpa pegangan,
hidup terlunta bagai penganggur di jalanan
mengemisi bahagia di tiap sudut kehidupan
Aku si fakir menjadi sampah di tepian jalan
hanyalah pemulung yang sudi ulurkan tangan.
Setiap hari ku dimaki
setiap derap langkahku selalu terhinakan.
Haruskah aku hidup selalu begini?
Robbi, Izinkan aku mengenyam kebahagiaan
meski hanya sehembus nafas akhir petang,
kan ku ucapkan ribuan syukur tak tertahan
sepanjang waktu bergulir kenikmatan iman.
LORONG CINTA
Lorong cinta yang kau janjikan padaku
menjadikan melati semerbak di istana hati.
Kau malaikat membawaku ke dunia kasih
menghias irama pesonaku kembang melati.
Selang waktu bermekaran
terhenti menoreh api keabadian.
Surga dunia telah menyambut bidadarinya;
akulah bidadari menanti pangeran.
SATU KEBAHAGIAAN
Dalam kegelapan,
ku lihat satu titik kebahagiaan.
Akankah ia temaniku atau ucapkan lambaian?
segala kepahitan telah ku tiduri
kedurjanaan pun sudah kuakrapi
Haruskah hidup berselimut derita
kekal dalam lintas kehidupan goyah?
Apakah cahaya sudi berikan pijarnya padaku,
hanya satu harap dalam nafasku;
temanilah selempeng hati ini
yang senantiasa sendiri
dalam pusaran derita abadi.
DALAM SENDIRI
Telah tercipta secarik lembaran teori asmara
membelah jantung menembusi nirwana
namun, sepahit empedu kurasa
terseret benang kepalsuan;
maya sesaat dalam hayal.
Sesal, itulah yang kuasai jiwaku
seakan tak kuasa dilema ini;
(aku yang kau telah)
dan tak pernah menoreh jiwa fikir ini.
Aku yang hampa tanpa pegangan,
hidup terlunta bagai penganggur di jalanan
mengemisi bahagia di tiap sudut kehidupan
Aku si fakir menjadi sampah di tepian jalan
hanyalah pemulung yang sudi ulurkan tangan.
Setiap hari ku dimaki
setiap derap langkahku selalu terhinakan.
Haruskah aku hidup selalu begini?
Robbi, Izinkan aku mengenyam kebahagiaan
meski hanya sehembus nafas akhir petang,
kan ku ucapkan ribuan syukur tak tertahan
sepanjang waktu bergulir kenikmatan iman.
LORONG CINTA
Lorong cinta yang kau janjikan padaku
menjadikan melati semerbak di istana hati.
Kau malaikat membawaku ke dunia kasih
menghias irama pesonaku kembang melati.
Selang waktu bermekaran
terhenti menoreh api keabadian.
Surga dunia telah menyambut bidadarinya;
akulah bidadari menanti pangeran.
SATU KEBAHAGIAAN
Dalam kegelapan,
ku lihat satu titik kebahagiaan.
Akankah ia temaniku atau ucapkan lambaian?
segala kepahitan telah ku tiduri
kedurjanaan pun sudah kuakrapi
Haruskah hidup berselimut derita
kekal dalam lintas kehidupan goyah?
Apakah cahaya sudi berikan pijarnya padaku,
hanya satu harap dalam nafasku;
temanilah selempeng hati ini
yang senantiasa sendiri
dalam pusaran derita abadi.
DALAM SENDIRI
Telah tercipta secarik lembaran teori asmara
membelah jantung menembusi nirwana
namun, sepahit empedu kurasa
terseret benang kepalsuan;
maya sesaat dalam hayal.
Sesal, itulah yang kuasai jiwaku
seakan tak kuasa dilema ini;
(aku yang kau telah)
dan tak pernah menoreh jiwa fikir ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar