RUH KEHIDUPAN
Nada-nada kematian datang membayang
mendampingi setiap pernafasan
mengikuti jejak-jejak kehidupan.
Nafas-nafas kematian berhembus,
menerobos dinding-dinding baja
ikuti cela-cela raga,
memanggil ruh kehidupan nyata.
DARAHKU DAN TEKATKU
Moncong hitam berapi keserakahan
benamkan cita-cita bangsa
hancurkan tekat-tekat baja.
Nada-nada keluar dari mulutku
adalah bara api buatmu
yang tak pernah padam hilangkan kesabaran.
Panas…..panas…panas
mungkin itu kau rasakan
hingga kau menyuruh anjing-anjingmu
memadamkan dengan moncong hitam.
Aku pun terlempar oleh lidahmu
aku pun tersungkur mencium tanah
dengan lubang di dada kiriku, pun darah
bercucuran tak bermuara,
menyatu bersama keberanian cita-cita.
DEMI
Belaian angin dingin meminang kerudungmu
mengelus lembut air matamu
pukul dentaman hatiku
pisahkan putik atas kelopak kalbu
di selat bara api ombok paling tinggi memburu.
PAGI YANG KELAM
Sang matahari mengintip lalui cela-cela sunyi
memaksa daun kibaskan embun
tapi pagi itu, kicau burung bernadakan sedih
berkata duka runtuhnya rumah-rumah menara
Dendang katak bernadakan lara
atas hancurnya ladang pesawahan mereka
dan nyanyian jangkrik bernadakan isak tangis
bernada duka atas kepergian sesama.
CACING-CACING TANAH
Iring-iringan keranda, hiasi detik-detik
cacing-cacing tanah pun kewalahan
meladeni daging-daging busuk mereka.
Keserakahan segera lenyap
kesombongan pun musnah
dikalakan cacing-cacing tanah
karna Dialah Maha Kuasa.
Nada-nada kematian datang membayang
mendampingi setiap pernafasan
mengikuti jejak-jejak kehidupan.
Nafas-nafas kematian berhembus,
menerobos dinding-dinding baja
ikuti cela-cela raga,
memanggil ruh kehidupan nyata.
DARAHKU DAN TEKATKU
Moncong hitam berapi keserakahan
benamkan cita-cita bangsa
hancurkan tekat-tekat baja.
Nada-nada keluar dari mulutku
adalah bara api buatmu
yang tak pernah padam hilangkan kesabaran.
Panas…..panas…panas
mungkin itu kau rasakan
hingga kau menyuruh anjing-anjingmu
memadamkan dengan moncong hitam.
Aku pun terlempar oleh lidahmu
aku pun tersungkur mencium tanah
dengan lubang di dada kiriku, pun darah
bercucuran tak bermuara,
menyatu bersama keberanian cita-cita.
DEMI
Belaian angin dingin meminang kerudungmu
mengelus lembut air matamu
pukul dentaman hatiku
pisahkan putik atas kelopak kalbu
di selat bara api ombok paling tinggi memburu.
PAGI YANG KELAM
Sang matahari mengintip lalui cela-cela sunyi
memaksa daun kibaskan embun
tapi pagi itu, kicau burung bernadakan sedih
berkata duka runtuhnya rumah-rumah menara
Dendang katak bernadakan lara
atas hancurnya ladang pesawahan mereka
dan nyanyian jangkrik bernadakan isak tangis
bernada duka atas kepergian sesama.
CACING-CACING TANAH
Iring-iringan keranda, hiasi detik-detik
cacing-cacing tanah pun kewalahan
meladeni daging-daging busuk mereka.
Keserakahan segera lenyap
kesombongan pun musnah
dikalakan cacing-cacing tanah
karna Dialah Maha Kuasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar