AKU
“Aku” adalah aku;
saat aku bercermin ku lihat ada diriku
saat aku berdiri maupun duduk
selalu ada bayang di belakangku
Lalu, aku berfikir dan bertanya pada hati
“Siapakah aku yang sebenarnya?”
tak kutahu dengan pasti,
namun dengan jelas ku katakan:
“Aku adalah kau
dengan semua kelebihan yang ada pada diri
dengan semua kekurangan yang ada pada diri
dengan semua keaneka yang ku miliki.”
Bukankah setiap orang punyai kekurangan
dan kelebihan?
mengasah penuh pikiran, menggali kekuatan
untuk terus hidup dan berjuang.
SEORANG
Setiap melihat sesosok dirimu,
tiap itu juga aku lihat keangkuhan
dalam kemunafikanmu
tersirat pedih di hati,
masuk ke jiwa begitu penat.
Kadang kau buat aku tersenyum
kadang kau buat aku menangis,
itu tentu tak kau sadari sebelum-sesudahnya.
Seperti musyafir telah lalu
atau pengembala telah kembali;
semua sudah berlalu, itulah anggapanmu
meski hanya separuh badan kau berbalik
meski sebelah mata kau tujukan padaku.
Bisakah kau berpaling padaku?
meski sebait kata yang terucap.
Tak dapatkah kau mengata
sesuai yang ada dalam benakmu?
Lihatlah bulan bergelantung
di langit penuh bintang
rasakan dinginnya angin malam;
kau kan saksikan seraut wajah pilu
kan mendengar segala bisikku
bermula satu titik, tak kan pernah hilang
sampai nanti.
SUARA HUJAN
Dingin angin malam menerpaku
bisik lembut seolah menyapa
Tiba-tiba, hujan turun perlahan
jatuh tetes demi setetes di atas genting;
Lama ku dengar, suara hujan semakin deras
Berisik namun aneh?
aku menyukai bisikan suara hujan itu
nyenyakkan tidur malamku yang kian panjang
di temani mimpi-mimpi,
meski saat terbangun
terlupa olehku semalam.
Setitik ada rasa senang di hati
mendengar rintik suara hujan kemari
punya makna tersendiri, suara hujan di hati.
BERLARI
Tubuhku penuh luka
kakiku penuh bereta cadas;
darah telah keluar dari permukaan kening.
Keringat, ku usap butirannya
berkali-kali hingga hilang perih pedih
namun tetap muncul butiran ingatan lagi
meski sekali juga, lenganku tiada henti
mengusapnya.
Aku sedang berlari, kakiku berlatih
terus menerus tanpa henti sejenak pun,
ku tak tahu sampai kapan keringat bercucuran
juga darah kenangan.
Mungkin sampai di suatu tempat ku tuju
mungkin pada suatu titik ku cari,
tapi aku tiada pernah berhenti berlari
hingga sampai tujuan akhir hidupku ini!
“Aku” adalah aku;
saat aku bercermin ku lihat ada diriku
saat aku berdiri maupun duduk
selalu ada bayang di belakangku
Lalu, aku berfikir dan bertanya pada hati
“Siapakah aku yang sebenarnya?”
tak kutahu dengan pasti,
namun dengan jelas ku katakan:
“Aku adalah kau
dengan semua kelebihan yang ada pada diri
dengan semua kekurangan yang ada pada diri
dengan semua keaneka yang ku miliki.”
Bukankah setiap orang punyai kekurangan
dan kelebihan?
mengasah penuh pikiran, menggali kekuatan
untuk terus hidup dan berjuang.
SEORANG
Setiap melihat sesosok dirimu,
tiap itu juga aku lihat keangkuhan
dalam kemunafikanmu
tersirat pedih di hati,
masuk ke jiwa begitu penat.
Kadang kau buat aku tersenyum
kadang kau buat aku menangis,
itu tentu tak kau sadari sebelum-sesudahnya.
Seperti musyafir telah lalu
atau pengembala telah kembali;
semua sudah berlalu, itulah anggapanmu
meski hanya separuh badan kau berbalik
meski sebelah mata kau tujukan padaku.
Bisakah kau berpaling padaku?
meski sebait kata yang terucap.
Tak dapatkah kau mengata
sesuai yang ada dalam benakmu?
Lihatlah bulan bergelantung
di langit penuh bintang
rasakan dinginnya angin malam;
kau kan saksikan seraut wajah pilu
kan mendengar segala bisikku
bermula satu titik, tak kan pernah hilang
sampai nanti.
SUARA HUJAN
Dingin angin malam menerpaku
bisik lembut seolah menyapa
Tiba-tiba, hujan turun perlahan
jatuh tetes demi setetes di atas genting;
Lama ku dengar, suara hujan semakin deras
Berisik namun aneh?
aku menyukai bisikan suara hujan itu
nyenyakkan tidur malamku yang kian panjang
di temani mimpi-mimpi,
meski saat terbangun
terlupa olehku semalam.
Setitik ada rasa senang di hati
mendengar rintik suara hujan kemari
punya makna tersendiri, suara hujan di hati.
BERLARI
Tubuhku penuh luka
kakiku penuh bereta cadas;
darah telah keluar dari permukaan kening.
Keringat, ku usap butirannya
berkali-kali hingga hilang perih pedih
namun tetap muncul butiran ingatan lagi
meski sekali juga, lenganku tiada henti
mengusapnya.
Aku sedang berlari, kakiku berlatih
terus menerus tanpa henti sejenak pun,
ku tak tahu sampai kapan keringat bercucuran
juga darah kenangan.
Mungkin sampai di suatu tempat ku tuju
mungkin pada suatu titik ku cari,
tapi aku tiada pernah berhenti berlari
hingga sampai tujuan akhir hidupku ini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar