Kamis, April 22, 2021

KARYA SASTRA(WAN) GENERASI FACEBOOK DI ERA DIGITAL

Badaruddin Amir *
 
Seorang pengarang senior mengungkapkan kedongkolannya terhadap karya-karya sastra yang sering nongol melalui media sosial facebook. Ia menyebut karya-karya sastra yang di facebook saat ini tak lebih hanya bernilai sampah. Tak ada kualitas sama sekali. Cerpen-cerpennya hanyalah kalimat-kalimat kosong yang ditulis semodel cerpen. Sama sekali tak ada pendalaman, tak ada hakikat kehidupan yang diungkapkan; esai/kritiknya asal bunyi, asal nyemprot tak ada rujukan yang dapat ditelusuri; jangan lagi puisi-puisinya yang asal ditulis dalam bait-bait. Apa yang mereka buat sesungguhnya hanyalah klaim-kalim yang menyebut bahwa inilah cerpen, inilah esai/kritik, dan inilah puisi. Parahnya lagi mereka punya kelompok yang saling memuji, memberi jempol yang disertai dengan komentar sampah pula: wah hebat luh, keren masbro, mantaff, ini baru sastrawan namanya, dan sejenisnya. Pokoknya pujian yang efeknya lebih dahsyat dari miras.
 
Membandingkan dengan generasinya –generasi media cetak-- yang malang-melintang di berbagai surat kabar dan majalah sebelum terkenal sebagai pengarang, ia menyebut “generasi facebook” sebagai generasi yang dimanjakan oleh teknologi digital. Generasi facebook lahir bersama keajaiban, katanya. Hari ini karya-karyanya tersiar melalui facebook besok bukunya sudah terbit melalui penerbit indie yang terbit dengan kualitas cetak dan cover yang wah, meski hanya dalam jumlah 10 eksamplar.
 
Kritikan tajam pengarang kita ini tentu tidak semua benar. Ada sisi lain yang harus dilihat dengan kacamata lain dan tidak boleh dibandingkan dengan generasi media cetak. Media sosial facebook adalah wahana digital yang memberikan keluasan dan kebebasan kepada siapapun untuk berekspresi tentang apapun. Tak ada “redaksi” yang menanganinya sebagai penjaga gawang sebagaimana pada media cetak. Redaksinya adalah diri sendiri. Karena itu pembacalah yang  perlu menyaring informasi yang diterima dari facebook dan tidak menelan mentah-mentah apa yang dibacanya. Jika dibandingkan dengan media cetak, media sosial facebook memang sebuah media ajaib yang memiliki banyak segmen dan sekaligus dapat mencampur-baurkan antara satu segmen dengan segmen lainnya. Pada media sosial facebook penulis memiliki kebebasan dan pembaca pun memiliki kebebasan yang sama untuk berekspresi. Pembaca dan penulis dapat saling berdialog secara langsung melalui pasilitas “comment” yang tidak dapat dilakukan di media cetak. Dunia facebook juga memiliki banyak kemungkinan dan alternatif yang sekaligus bisa saling memangut.
 
Banyaknya jenis tulisan yang berbaur secara “subjektif” dan “manasuka”, menyebabkan orang yang dalam posisi pembaca harus memiliki banyak koleksi kacamata jika ingin menikmati semua hidangan facebook. Masing-masing tulisan memiliki apresian (penikmat/pembaca) yang biasanya terdiri dari kelompok-kelompok pertemanan, grup-grup atau komunitas. Ini sangat beda dengan apa yang disebut “rubrik sastra” atau “rubrik budaya” di media cetak yang biasanya terbit teratur dan diawasi oleh seorang penjaga gawang andal (redaksi sastra-budaya). Apa yang dimuat pada rubrik sastra adalah sebuah tulisan yang nilai sastranya tak disangsikan (paling tidak menurut ukuran redaksinya), karena redaksi telah menyiangi tulisan yang berkategori sampah. Pada media sosial facebook tak ada rubrik, tak ada aturan dan kewenangan redaksi seperti itu. Pokoknya semua ditawarkan untuk semua pembaca. Karena itu seseorang yang hanya memiliki satu kacamata (kacamata sastra saja) yang melihat semua karya yang dipublikasikan di facebook sebagai karya sastra serius adalah sebuah kekeliruan. Demikian pula sebaliknya, adalah sebuah kekeliruan yang sama jika melihat semua karya yang dipublikasi di facebook  sebagai tumpukan “sampah” belaka.
 
Istilah “sampah” sesungguhnya adalah sebuah sarkasme pada dunia media cetak. Tulisan jelek tak berkualitas yang merugikan konsumen media cetak karena “turut terbeli” bersama tulisan-tulisan yang bagus. Sangat beda dengan tulisan di media facebook, yang orang boleh membaca yang bagus dan meninggalkan yang jelek tanpa ada konsumen yang dirugikan. Di sisi lain apa yang disebut “sampah” di media sosial facebook mungkin akan menjadi “kompos” untuk menumbuhkah bakat. Banyak pemula justru menemukan lahan subur untuk melatih diri menulis di facebook berawal dari tulisan yang disebut “sampah” ini. Di lahan facebook yang subur ini tentu saja mereka berbahagia karena tak ada redaksi yang ceririwis dan kadang sadis menghalanginya untuk berekspresi.
 
Lain dengan pendapat Maman S. Mahayana, kritikus ini mengakui bahwa media facebook sangat longgar lantaran di sana orang-orang bisa mengeluarkan pendapat secara bebas, orang bisa mempublikasikan karyanya berupa apapun yang berkaitan dengan sastra dan kawan-kawannya boleh menanggapi sesuka hati. Meski demikian pergerakan facebook memang terkadang licin karena di sana orang bisa menikmati ketidakjujuran lewat perbuatan “lempar batu sembunyi tangan” (mungkin maksudnya para pengguna akun samaran-BA). Namun dalam memandang eksistensi facebook Maman S Mahayana menyebut bahwa media sosial facebook memang sebuah keniscayaan. Karena itu kita perlu memperlakukannya secara bijaksana. Sebagai ajang berlatih menulis, sharing gagasan, atau berdiskusi, facebook bisa menjadi medan yang baik dan bermanfaat. Hanya saja perlu diingat bahwa “generasi facebook” jangan bertindak sebagai pendekar mabuk, yang mengacung-acungkan golok untuk membabat rumpun, dan membusungkan dada lalu mengajari ikan berenang, karena hakikat dari semua itu seperti orang meludah ke langit. Satu hal yang perlu dipahami bahwa, “Fenomena baru dalam sastra-terutama puisi- Indonesia kini sedang terjadi: lahirnya sastra(wan) generasi facebook. Keberadaan dan peranan media sosial macam facebook –juga whatsapp- membuka jalan lempang bagi kelahiran mereka. Sebagai ‘aliran’ FB, kita dapat mencermati adanya kecenderungan karakteristik” kata Maman S. Mahayana.
 
Pendapat Maman S. Mahayana di atas tampaknya benar. Facebook dan sejenisnya atau secara umum sastra cyber yang tersebar di berbagai blog pada era digital ini telah memberi banyak peluang kepada generasi muda untuk lebih mengenal sastra, serta menjadi pelaku sastra (penulis). Memang benar bahwa di sana ada “tarik tambang” antara “pensyair” dan “bukan pensyair” dalam perebutan klaim “siapakah pembuat puisi sekarang?” Dahulu puisi hanya dicipta oleh seorang pensyair atau pujangga, sekarang semua orang dapat membuat dan menerbitkan puisi meski ia tidak berprofesi sebagai pensyair atau ia bukan pensyair. Demikianlah puisi sekarang dimungkinkan dapat ditulis oleh siapa saja: guru, dosen, wartawan, pejabat, politisi, buruh pabrik, TKW, ibu-ibu darmawanita, siswa SMP dan SMA, dokter, ibu rumah tangga, para tunanetra, dan (jangan-jangan juga) para koruptor. Para pelaksana kegiatan penerbitan antologi puisi –seperti kegiatan festival sastra yang biasanya disertai dengan penerbitan antologi dengan tema-tema tertentu -juga tidak membatasi ruang untuk hanya pensyair saja. Tapi siapa pun boleh mengikutinya sepanjang bisa lolos kurasi. Lepas dari persoalan kualitas karya sastra, kondisi ini di satu sisi tentu boleh disebut menguntungkan: puisi semakin banyak dikenal dan ditulis, artinya semakin banyak diapresiasi.
 
Motivasi menulis puisi pada facebook atau media online memang bermacam-macam. Ada yang sekadar iseng, ikut-ikutan, mau terkenal dengan cepat, mau tampil beda, ingin mengaktualisasikan kenangan, ingin membagi kebahagiaan dan ingin membela prinsip melalui puisi. Puisi jadinya tidak lagi sekadar ekspresi dari perasaan yang paling dalam (estetika), tetapi juga sudah menjadi sebuah alat: alat untuk mencapai tujuan. Sebagai alat puisi tentulah sangat lentur digunakan karena ia terbuat dari kata-kata, boleh jadi juga sebagai alat untuk belajar berkata-kata. Karena itu kita harus memandang bahwa sastra Facebook, sastra WhatsAppp, sastra Cyber, yang di era digital ini bagai tanaman menemu lahan subur, harus disambut dengan apresiasi dan kritik yang membangun. Sastra Facebook dan sejenisnya harus diakui sebagai bagian dari khasanah sastra Indonesia sebagaimana sastra-sastra cetak lainnya. Para kritikus sastra hendaknya tidak melihat sastra digital ini dengan sebelah mata karena Facebook, WhatsAppp, Blog dan sebangsanya hanyalah wahana untuk mencapai tujuan: sastra!
 
Dulu adagiun yang terkenal dan sering dikutipi sebagai “apologi” pada wacana puisi adalah kata-kata Chairil Anwar : “yang bukan penyair, tidak ambil bagian !” Tetapi pada perkembangan selanjutnya, para sastrawan mulai concern dengan keadaan itu. Mereka menganggap keadaan itu telah membunuh kreativitas sastra, khususnya puisi. Maka lahirlah “pemberontakan estetika” yang mencoba memahami bahwa puisi dapat saja dibuat tidak dengan tujuan serius. Puisi tidak hanya boleh ditulis dengan tema-tema besar seperti perjuangan, kehidupan sosial, religiositas, prophert atau hal-hal yang bersifat nubuat, tapi juga hal-hal yang bersifat ringan, main-main atau bahkan hal-hal yang bersifat iseng belaka. Puisi “Mbeling” yang komandani oleh pelukis Jeihan dan Remy Silado boleh disebut bentuk “pemberontakan” dari adagiun ini. Pemberontakan ini menggambarkan pada kita bagaimana seni, khususnya puisi diterima dan dimaknai di tanah air, sekaligus membuat kita memahami keberagaman makna puisi. Puncak dari keberagaman makna ditunjukkan oleh sastra digital setelah kehadiran media sosial seperti facebook dan sebangsanya sebagai wahana untuk menuangkan ekspresi puitik. Tiap orang baik penyair maupun yang bukan penyair boleh menulis puisi pada media sosial tanpa halangan. Adagiun yang pernah dilontarkan Chairil Anwar pun benjadi terbalik : yang bukan penyair boleh ambil bagian!
 
Fenomena ini bisa dilihat pada terbitnya ratusan atau mungkin ribuah antologi puisi yang digagas oleh berbagai kalangan, yang melibatkan penyair maupun yang bukan penyair sebagai penulis puisi. Tarik tambang pun terjadi antara karya pensyair dan bukan pensyair. Tapi yang tarik tambang itu bukan pensyair, melainkan kualitas karyanya untuk disebut puisi!
 
Barru, 2019
 
*) BADARUDDIN AMIR lahir di Barru, Sulawesi Selatan, 4 Mei 1962. Pendidikan S1 diselesaikannya di FPBS IKIP Ujung Pandang tahun 1999, sedang Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dirampungkannya di Unimuh Makassar tahun 2010. Sejak 1981 mengabdi sebagai guru bahasa dan sastra Indonesia di beberapa SMP Kabupaten Barru, dan sejak 2013 dipercaya sebagai Kepala SMP Negeri di salah satu SMP di Kabupaten Barru. Tahun 2017 diangkat sebagai Pengawas SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Barru. Di samping itu sebagai wartawan dan Kepala Biro Majalah Dunia Pendidikan Dinas Pendidikan Propinsi Sulawesi Selatan, dan pernah menjadi wartawan di beberapa mingguan yang terbit di Makassar dan tabloid yang terbit di Kalimantan. Blognya https://badaruddinamir.wordpress.com/
http://sastra-indonesia.com/2021/04/karya-sastrawan-generasi-facebook-di-era-digital/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Hana N.S A. Iwan Kapit A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.C. Andre Tanama Aa Sudirman Abd. Basid Abdul Aziz Rasjid Abdul Ghofar Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Muid Badrun Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdullah Ubaid Matraji Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abonk El ka’bah Acep Zamzam Noor Ach. Nurcholis Majid Achmad Farid Tuasikal Achmad Maulani Adi Faridh Adi Marsiela Adi Sucipto Adian Husaini Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrian Ramdani AF. Tuasikal Afnan Malay Afrizal Malna AG Hadzarmawit Netti AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Majestika Aguk Irawan M.N. Agung Prihantoro Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R Sarjono Agus S Warman Agus Sri Danardana Agus Sulton Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Rafiq Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syafii Maarif Ahmad Taufik Ahmad Thohari Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Al-Fairish Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Ali Irwanto Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Alvi Puspita Amang Mawardi Ambarukminingsih Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Amirullah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andhi Setyo Wibowo Andik Nurcahyo AndongBuku #3 Andry Deblenk Anindita S. Thayf Aning Ayu Kusuma Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anwari WMK Aprillia Ika Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Arif Firmansyah Arifun Najib Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arys Hilman Asarpin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asri Bariqah Awalludin GD Mualif Azumardi Azra Azyumardi Azra Baca Puisi Badaruddin Amir Balada Bambang kempling Bambang Satriya Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benni Indo Benny Benke Benny D Koestanto Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Koran Bernada Rurit Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Palopo Budi Purnomo Buldanul Khuri Bunda Zakyzahra Tuga Bungaran Antonius Simanjuntak Candrakirana Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Che Guevara Coronavirus Cover Buku Kritik Sastra Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi II Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi IV Cover Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi V D. Zawawi Imron Dadan Maula Darmawan Dadang Ari Murtono Dahlan Kong Damanhuri Zuhri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Dedykalee Deni Ali Setiono Deni Jazuli Denny Ardiansyah Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan Dewi Indah Sari Dhanu Priyo Prabowo di Bluri di Karangasem Dian Sukarno Diana AV Sasa Diana Ifrina Ernawati Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dini Tri Dinoroy M. Aritonang Dion Maulana Prasetya Diskusi buku Djaka Susila Djenar Maesa Ayu Djesna Winada Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Budiono Herusatoto Drs H Choirul Anam Drum Band MI Miftahul Ulum (Kuluran) Dudi Rustandi Dunia Penerbitan Indonesia Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Nikmatika Roma Dwi Pranoto Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddy D. Iskandar Edeng Syamsul Ma’arif Edi Faisol Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elly Burhaini Faizal Elly Trisnawati Ellyn Novellin Emerson Yuntho Emha Ainun Nadjib Emil WE Endang Supriyadi Endi Haryono Endri Y Erdogan Esai Esha Tegar Putra Esme Fadliha Etik Widya Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fadjriah Nurdiarsih Fahmi Fahrudin Nasrulloh Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faris Al Faisal Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Felix K. Nesi Festival Mocosik Festival Seni Internasional 2010 Yogyakarta Festival Seni Internasional 2014 Yogyakarta Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan festivalsenisurabaya.com Fikri. MS Firdawsi Fortus Pake Forum Lingkar Pena Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Foto Franditya Utomo Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Magnis-Suseno Friski Riana Fuad Hasan Nasihin Fuji Pratiwi Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawa Gede Mugi Raharja Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gedung Sangbala Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gito Waluyo Goenawan Mohamad Golput Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma’ruf Amin Gus Dur H Ikhsan Effendi H. Usep Romli H.M H.B. Jassin H.O.S Cokroaminoto Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Hadi Napster Hadziq Jauhary Halim H.D. Halimatussa’diyah Hamberan Syahbana Hamluddin Hana Pertiwi Hanif Nashrullah Hardono Haris del Hakim Haris Firdaus Haris Priyatna Haris Saputra Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Basri Hasan Junus Hasanuddin WS Hasnan Bachtiar Helmi Y Haska Helmy Tasaufy Hera Khaerani Herdiyan Heri C Santoso Heri Latief Herman Herman Hasyim Herman RN Herry Lamongan Herry Mardianto Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Homaedi I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I Wayan Seriyoga Parta IBM. Dharma Palguna Ibnu PS Megananda Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Mustofa Imam Nawawi Imam Qodim Al-Haromain Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Imelda Imron Arlado Imron Rosidi Imron Rosyid Imron Tohari Indrian Koto Ingki Rinaldi Ipik Tanoyo Ire Irvan Sihombing Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismet NM Haris Ismi Wahid Isnanur Janah Iswadi Pratama Isyana Artharini Iwan Nurdaya-Djafar Iwank Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Janual Aidi Javed Paul Syatha Jazzi Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jembatan Kuno Yang Misterius Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Jodhi Yudono Jogjanews.com John Joseph Sinjal Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Paket Hemat Juara Ke 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jumartono Jurnalisme Sastra Jusuf A.N K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.Y. Karnanta Kadjie Mudzakir Kaheesa Kirania Putri Ayu Kang Daniel Kapal Nabi Nuh Karanggeneng Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kautsar Muhammad Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) KH Abdul Ghofur KH Bisri Syansuri KH. Abdul Aziz Masyhuri KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khoirul Abidin Khoirul Inayah Ki Ompong Sudarsono Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kika Dhersy Putri Kitab Arbain Nawawi KITLV Koh Young Hun Koko Sudarsono Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopi Sunan Drajat Kopuisi Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Krisman Kaban Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kulonprogo Kurnia Effendi Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswinarto L Ridwan Muljosudarmo Laboratorium Sinematografi dan Pertunjukan UNISDA Lamongan Lagu Lailiyatis Sa'adah Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Sarmili Literasi Liza Wahyuninto Lugiena De Lukas Adi Prasetyo Lukisan Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lusia Kus Anna Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Lutfi M. Mushthafa M. Romandhon M. Sunyoto M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M’Shoe Made Geria Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahrus eL-Mawa Majelis Ulama Indonesia Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcus Suprihadi Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Maruli Tobing Mashuri Masuki M. Astro Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Wulan Medco Media Lamongan Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Meka Nitrit Kawasari Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka MI Thoriqotul Hidayah Pilang 1 Mia Arista Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Miftahul A’la Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Ghufron Cholid Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Samsul Arifin Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Ali Athwa Mohammad Eri Irawan Mohammad Rafi Azzamy MTs Putra-Putri Simo Sungelebak Muh Kholid A.S Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Amin Muhammad Arif Muhammad Aris Muhammad Eko Nugroho Muhammad Hidayat Muhammad Muhibbuddin Muhammad Musa Muhammad N. Hassan Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mukafi Niam Mukhsin Amar Mulyani Hasan Mulyo Sunyoto Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Munawir Aziz Muntamah Cendani Musfarayani Musfi Efrizal N. Syamsuddin CH. Haesy Nadine Tri Duhita Naim Nanang Suryadi Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Nara Nazaruddin Azhar Neli Triana Ngatini Rasdi Nh. Anfalah Ni Luh Made Pertiwi F Ni Made Frischa Aswarini Ninuk Mardiana Pambudy Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noval Jubbek Noval Maliki Novel Novel Pekik Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Hayati Nur Kholiq Nur Kholis Huda Nurani Soliha Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Ochi Oil on Canvas Oky Sanjaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Paciran Pameran Seni Rupa Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik Panji Satrio Patung Sphinx PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan 2020 Pelukis Dahlan Kong Pelukis Harjiman Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit Progresif Penerbit PUstaka puJAngga Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Peringatan Hari Santri TPQ Al-Hidayah 22 Oktober 2017 Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren Sunan Drajat Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Pilang Tejoasri Lamongan Jawa Timur Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prosa Proses Kreatif Puisi Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka GU Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. N. Bayu Aji R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rafita Dewi Rahmah Maulidia Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rameli Agam Rana Akbari Raras Cahyafitri Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Revdi Iwan Syahputra Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Ridlwan Ridwan Munawwar Riki Utomi Rinny Srihartiny Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robert Adhi Kusumaputra Robin Al Kautsar Roby Karokaro Rodli TL Rof Maulana Rofiqi Hasan Rojiful Mamduh Rokhim Sarkadek Rosdiansyah Rosi Rosidi Rudi S. Kalianda Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rx King Motor S Jai S Yoga S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Sabrina Asril Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salim Alatas Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saratri Wilonoyudho Sari Oktafiana Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sejarah SelaSastra SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang Selvie Monica S Sendang Duwur Tahun 1920 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Shohebul Umam JR Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sifa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simon Saragih Sirikit Syah Siti Muti’ah Setiawati Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Slavoj Zizek Soelistijono Soetanto Soepiadhy Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Sohirin Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Mulyani Sri Wintala Achmad ST Indrajaya Stanley Adi Prasetyo Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sudirman Hasan Sugeng Ariyadi Sugeng Wiyadi Sugiarto Sugito Wira Yuda Suhartono Sujatmiko Sukardi Rinakit Sukitman Sumenep Sunarno Wibowo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susie Evidia Y Sutamat Arybowo Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Suyatmin Widodo Svet Zakharov Syaf Anton Wr Syaiful Bahri Syaiful Irba Tanpaka Syaiful Mustaqim Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syi'ir Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tanjung Kodok Tahun 1947 Tasman Banto Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Ganast MAN Lamongan Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Sakalintang Teater Sangbala Teater Sundra Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tewol Teater Tewol Lamongan Teguh LR Teguh Winarsho AS Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thamrin Dahlan Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute (IHI) Thohir Thompson Hs Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto To Take Delight Toni Munajat Tosa Poetra Tri Andhi S Tri Wahono Trisno S. Sutanto Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Unieq Awien Universitas Airlangga Surabaya Universitas Jember Untung Basuki Ustadz Charis Bangun Samudra Utami Diah Kusumawati Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Wahyu Aji Wahyudi Zuhro Wan Anwar Warjati Suharyono Wawan Eko Yulianto Wawan Hudiyanto Wawancara Wayan Sunarta Welly Suryandoko Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yanuar Jatnika Yanuar Yachya Yaumu Roikha Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yerusalem Ibu Kota Palestina Yesi Devisa YF La Kahija Yogyo Susaptoyono Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudi Latief Yuli Yuni Ikawati Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zahrotun Nafila Zaim Uchrowi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimras Zen Hae Zuhdi Swt