Dusun Kepudi Wetan, Desa Kepudi Bener, Kecamatan Turi,
Kabupaten Lamongan, Jawa Timur merupakan salah satu desa yang masuk wilayah
kawasan Bengawanjero.Sebagaimana desa-desa di kawasan tersebut pada umumnya,
Desa Kepudi Bener menjadi langganan banjir setiap tahun kalau memasuki puncak
musim hujan tiba.
Tidak banyak yang tahu kalau desa tersebut melahirkan satu orang yang sangat
potensial dan berprestasi dalam dunia tulis menulis, kepengarangan dan juga
sastrawan diera sekarang khususnya di Wilayah Lamongan dan Indonesia pada
umumnya.
Namanya Alang Khoiruddin (40), minat kreativitasnya sangat terlihat sejak
dia kanak-kanak ketika dia berada di lembaga pendidikan di desa kelahirannya.
Kreativitas besar tersebut, pada waktu itu belum terpantau dengan baik hanya
saja Khoiruddin (biasa dia dipanggil) dianggap sebagai prilaku anak-anak yang
sekedar menonjol saja dibandingkan teman-temannya.
Kemampuan kreatifnya mulai nampak ketika dia melanjutkan pendidikan di
sekolah menengah di lingkungan Yayasan Pondok Pesantren Matholi’ul Anwar Simo
Sungelebak Karanggeneng Lamongan (1991-1996). Sentuhan guru-gurunya di MTs.
Putra-Putri dan MA. Matholi’ul Anwar mulai membentuk karakternya ditambah lagi
dia berstatus santri di Pondok Pesantren Matholi’ul Anwar Simo juga.
Kreativitasnya mulai memiliki corak walau belum terwujud nyata, religi
sebagai karakter karyanya tanpa disadari muncul disetiap hasil kreativitasnya.
Penguatan karakter ini semakin meningkat, kala anak dari pasangan Chambali dan
Supiyah ini menuntut ilmu keagamaan di Losari, Jombang.
Ketika Kanalindonesia.com mencoba menemui sosok Alang (panggilan biasa
dari sesama penulis), banyak informasi bisa digali. Mungkin, kabar terakhir
mengenai sosoknya yang belum lama ini telah meluncurkan buku-buku tentang
sastra. Buku tersebut diterbitkan setelah melalui proses panjang penulisan di
akhir tahun 2017. Pria kelahiran 17 Agustus 1978 ini rela meninggalkan
statusnya menjadi guru tersertifikasi dan lebih berkonsentrasi pada penulisan
sastra saja.
Sesaat ketika awak media ini menyambangi di kios buku miliknya di depan
pintu gerbang UNISDA Sukodadi Lamongan, seorang lelaki mengenakan baju
kotak-kotak putih menyambut kedatangan Kanalindonesia.com di tempat usahanya
tersebut. Tanpa canggung Alang Khoiruddin bercerita mengenai kesibukannya.
’’Maaf ya bertemunya di kios sederhana begini, karena ini paling enak dan
tenang,” ujarnya kepada Kanalindonesia.com.
Dia mencoba bercerita tentang karir kepenulisannya dimulai saat bergabung
dan menjadi Cantrik Komunitas Sastra Teater Lamongan (Kostela). Karya-karyanya
berupa puisi, esai dan kritik sastra dimuat di beberapa media seperti Edukasi,
Gelanggang, Indupati, Radar Bojonegoro, Telunjuk, Semar Intrupsi, Majalah
Bende, MPA, Kaki Langit, Sakinah, Harokah, dan lain-lain.
Puisi-puisinya terkumpul dalam 8 antologi puisi bersama, satu di antaranya
Nuansa Tata Warna Batin bersama 26 penyair se–Indonesia yang tergabung dalam
Himpunan Penulis Pengarang dan Penyair Nusantara (HP3N) diterbitkan oleh
Yayasan Dewi Saraswati Mataram (2003).
Adapun karya-karyanya yang telah diterbitkan antara lain: Lorong Cinta
(2000), Oase Cinta (2004) Majnun Mencari Kekasih (2004), Wanita Pesona Paling
Melati (2004), Seruling Cinta (2004), Perjamuan Embun (2005), Percikan-Percikan
Cinta (2006), Sapu Jagat Bahasa Indonesia (2007), Buku Pintar Bahasa dan Sastra
Indonesia (2008), Khutbah Pedalaman (2010), Munajat Ilalang (2014), Makrifat
Purba (2017) , Akulah Tanah Akulah Cahaya (2017), Sastra Komunitas dan
Religiositas (2017), Cinta, Puisi dan Transendensi (2017) dan lain-lain.
Karya-karyanya yang berupa manuskrip: Mikraj Cinta, Makna Simbol dan
Ajaran Kemanunggalan Syekh Siti Jenar, Fenomena Sastra Religius, Singgasana
Sastra dalam Alquran dan lain-lain.
Selain menulis, sesekali ia juga diundang menjadi pembicara maupun peserta
diskusi, seminar bahasa-sastra, pelatihan jurnalistik dan kewirausahaan di
berbagai wilayah di Jawa Timur. Namanya masuk dalam buku APA DAN SIAPA PENYAIR
INDONESIA (2017).
Penulis sekaligus pendiri Pustaka Ilalang Group ini sekarang tinggal
dengan bahagia di dusun Kedungsari : Kembangbahu bersama istri dan kedua
anaknya Shofiyahtuddin Tajul Alang Kholwaty dan Kalicya D.
Gitanjali.(omdik/fer)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar