Jumat, November 07, 2008

Nyanyian Penyambut Malam

Naqib Najah*
http://www.lampungpost.com/

Kalau kau buta, mudah saja mengetahui kapan senja hendak rebah kemudian datanglah malam. Senja hendak rebah, terdengarlah nyanyian perempuan dengan suara miris seperti orang tercekik. Ia bernyanyi menelusuri jalan setapak. Sesekali saja ia berhenti, memetik kelopak tetumbuhan merambat, atau kuntum enceng gondok yang terdampar di tepi jalan itu.

***

Aku yang pernah terkagetkan oleh suara piring jatuh membentur tembikar, tak pernah mendengar suara atau nyanyian yang lebih menyayat ketimbang nyanyian perempuan yang kukenal pendiam itu. Nyanyian perempuan itu, betapa lantangnya. Menyebar ke segala sudut. Bahkan bisa dipastikan, liang-liang ular di bawah rimbunan ilalang itu pun ikut gaduh.

Dan dengan nyanyian inilah malam terjemput penuh syahdu. Gugusan-gugusan bintang sembunyi di balik mendung, rembulan gelisah, angin menyerbu pelan-pelan sekitar pemakaman. Runtuhlah daun-daun pohon itu, melenggang-lenggang lantas hinggap di rambut perempuan itu. Kerah bajunya yang ikut dimasuki dedaunan, membuatnya menggerak-gerakkan tangannya sedikit risih.

Perempuan itu akan terus mengembarakan suaranya. Sampai gelap merata, ketika bayi yang ia gendong mulai merasa dingin. Bernyanyilah perempuan itu, beradu dengan tangis bayi. Dan suara perempuan itu, tangis bayi itu, tak layaknya suara yang keluar dari kerongkong manusia. "Terompet Isrofil," begitu aku menyebutnya.

"Salam hormat untuk kakanda, panglima terjantan sejagat." Seraya mengangkat lengan memberi hormat, perempuan itu mengucap salam. Ia sudah sampai pada tempat yang amat tersembunyi. Berkerubung ilalang-ilalang panjang, hampir seukuran tubuh perempuan itu. Beratapkan lubuh-lubuh serta ranting-ranting pohon besar yang sangatlah rindang. Di sinilah seorang yang ia sebut "panglima" merebahkan tubuh selama-lamanya. Makam seorang suami yang jangan kau gugat seberapa mulyanya ia di hadapan perempuan itu.

"Salam hormat kedua kalinya, perwakilan bayi laki-lakimu yang tak henti menangis," kemudian ia menurunkan lengan tangan kanannya, lantas memegang lengan si bayi, dan menyentuhkannya pada nisan. Bayi yang ia gendong semakin menangis, kedua kakinya menendang-nendang perut perempuan itu.

"Panglima, kapan kau sudi mengajari bayimu ini arti kejantanan. Dia tak seperti dirimu, panglima. Kejantananmu, ah, siapa yang bisa menandingi."

Daun-daun luruh. Angin bertiup namun tak mengamuk, dan anjing-anjing lapar tak melolong melempari malam. Hanya saja, siapa yang sanggup menahan tangis bayi itu. Searah daun-daun kering yang luruh, air mata bayi menitik membasah di pipinya.

"Bayimu ini laki-laki. Tapi tangisnya... Apa benar dia hasil dari benih yang panglima tanam di rahimku. Pagi, siang, malam, bayimu ini tak henti menangis. Mirip orang yang tak mempunyai kejantanan saja, panglima!"

Bila kau menganggap perempuan itu sinting, cepat-cepatlah menyesal dengan ungkapanmu itu.

Ia masih mampu membedakan air dengan minyak, hitam dengan kelabu, pasir dengan debu, laut dengan sungai. Bahkan membedakan rayuan dengan ajakan yang memang tulus, ia pun sanggup. Perempuan yang boleh ditaksir masih berumur tiga puluh tahun, (usia seorang ibu muda) boleh dikata masih cantik, seumpama saja rambut kumalnya dipotong cesual dan diberi pelembab setelahnya. Tak merugi suaminya yang ia panggil "panglima" meminangnya ketika paras wajahnya masih menyimpan aura penuh pesona.

"Panglima, hidup ini hikayat neraka."

Membayangkan perjalanan hidup, tak semudah menebak habisnya ajal sebatang lilin. Sebatang lilin di waktu gelap, ah, kau sanggup menebaknya kapan sumbu itu habis. Kau bisa mempersiapkan sebatang yang baru sebelum lima atau enam jam lilin itu padam. Namun hidup ini, keputusan yang dituliskan Tuhan seperti tersembunyi jauh di langit sana, atau bahkan lebih jauh dari itu.

"Panglima, hidup ini hikayat neraka."

Nyanyiannya mengalun lebih keras dibanding ketika ia baru datang di pemakaman. Perempuan itu mengayun-ayunkan badannya, menepuk-nepuk pantat si bayi, dan kedua matanya berbinar-binar memandang nisan bertuliskan, "PANGLIMA HARDANI"

Bentuk tulisan yang amat samar. Tak tertulis dengan cat, namun hanyalah goresan-goresan benda tajam seolah tertulis alakadarnya.

"Panglima, hidup ini hikayat neraka!" tanpa jenuh ia mengulangi kalimat tersebut. Dengan suara parau, layaknya seorang istri yang mengadu kepada suaminya. Tapi, ia memang sedang mengadu, bukan?! Air matanya tergerai, ia sedang berkeluh kepada suami yang ia sebut "panglima" itu.

Apakah setiap kali perempuan itu datang ke pemakaman "panglima", Tuhan tak sudi mengulurkan tangan suci-Nya guna menebarkan ketenangan di benak perempuan itu, bayi itu. Sehingga ia selalu merasakan desakan-desakan luar biasa setibanya di pemakan suami yang ia sebut panglima.

***

Mengenang gemericik kehidupan perempuan itu, "Ketika bersuami lelaki yang sangat dicintai, yang sebulan setelah pernikahan sudah mampu membuat perut perempuan itu mual-mual, ia muntah." Lantas berujarlah bahwa," benih yang kau masukkan, panglima, sebentar lagi akan menjelma panglima kecil. Kau akan semakin paham seberapa ringannya tangan Tuhan untuk membolak-balikkan kehidupan manusia. Menumpahkan kebahagiaan dan menggantikannya dengan nestapa yang tak berujung. Membuang kekayaan yang sudah menggunung menjadi kelaparan yang mengimpit. Tangan Tuhan sungguh kuasa, janganlah kau berbangga hati bila Tuhan sekarang menampakkan di hadapanmu sekarung emas. Sekarung kebahagiaan yang dulu perempuan itu rasakan, sirnalah sudah."

Namun tak usah kau suruh bumi berhenti berputar, dan memerintahkan Tuhan untuk mengulang putaran hari-hari perempuan itu. Perempuan itu tak butuh dikembalikan kepada waktu-waktu yang indah, sekali pun hidup ini hikayat neraka. Di dalam jiwanya ia masih menyimpan hati yang sangat mencintai "panglima", yang kadang-kadang bila perempuan itu melihat lukisan pernikahannya ia mendadak tertawa beriak-riak, kemudian berjalanlah ia menelusuri jalan setapak itu seraya bernyanyi.

***

Mengapa angin berhenti bertiup. Daun-daun tak lagi luruh, dan lolongan anjing menyemarakkan malam. Apakah tangan Tuhan benar terulur di dekat helai-helai rambut perempuan itu, mengelus pipi bayi itu, lalu berseraklah benih-benih kebahagiaan di batin perempuan itu. Benarkah.

Tidak-tidak. Tidak! Tuhan belum mengulurkan tangan-Nya. Angin bertiup lagi dan tidak mengamuk, daun-daun luruh, anjing-anjing liar berhenti melolong melempari malam. Dengarlah bayi itu menagis. Perempuan itu bernyanyi membelah malam, menembus ilalang.

"Kejantananmu, panglima, siapa lelaki yang sanggup mengimbangi. Dengan maksud tak mau bertindak curang, kau berucap terang-terang di hadapanku bahwa hatimu sedang tergila-gila oleh perempuan lain. Kau bilang, tak bisa lagi menahan rasa yang menggebu-gebu itu. Sesuatu yang mendidihkan hatimu, membuatmu gelisah, dan kau ucapkan permintaan secara jantan di hadapanku. Kau sungguh jantan, melontarkan kalimat permohonan supaya aku sudi memberikan izin agar kau tak mati terikat cinta, yang lagi-lagi katamu tak bisa ditahan-tahan." Selesai ia berkata. Badannya kembali bergoyang-goyang, terdengarlah nyanyian itu.

Ketika memandang lengan kirinya, didapatinya sunggingan bekas luka, lurus, tak sebegitu tebal. Namun bekas luka itu sangatlah jelas. Timbul di atas kulitnya yang putih.

"Panglima, maafkan istrimu yang ceroboh ini. Maafkan, panglima!" air matanya tergerai, merangkak di kedua pipinya, mengendap sebentar di bibir, lantas jatuh persis di dahi bayi itu. Kedua matanya yang tengadah memandang daun-daun yang masih berjatuhan.

"Panglima, aku tak bermaksud membunuhmu. Kau lelaki jujur, penghormat wanita. Kedua tanganmu suka mengelus-elus rambutku, mencumbuku. Bahkan ayunan di pertamanan itu, aku masih ingat ketika kedua tanganmu memain-mainkan rantainya, ayunan bergoyang, kau buai aku penuh kasih, panglima!

Namun malam itu, PYARR, kau pecahkan cermin almari, kau suruh aku menusukkan pecahan cermin tersebut. Sehabis mulutmu meminta izin guna bercinta dengan perempuan yang kau gila-gilai, kedua bibirmu bergetar berucap, "Tusukkan cermin itu di dadaku, istriku. Aku ini lelaki bodoh. Bunuh saja diriku, istriku!"

Ah, terlalu jantan dirimu, panglima. Bahkan untuk menebus "kesalahanmu" yang telah berani jatuh hati kepada perempuan lain, kau rela tertusuk.

Aku ambil pecahan cermin. Dirimu yang bersandar di tembok dekat dipan, kupandang sebentar dengan mata tajam. Aku berdiri, dan pecahan kaca itu sudah ada di tanganku. SYRRIIT. Darah mengalir di lenganku. Kuiriskan pecahan kaca itu tepat di lenganku. Ya, di lenganku, panglima.

Setelah kulihat pecahan kaca itu berlumur darah, lekas-lekas kutusukkan pecahan kaca itu di dadamu, di dadamu! Tubuhmu berdarah, ya, dan kau...”

Perempuan itu berdiri. Di hapusnya air mata yang masih menetes di dahi bayi. Ia mendekati rimbunan ilalang. Angin memainkan helai rambutnya. Jemari tangannya yang lentik memetik kelopak enceng gondok, memenuhi genggaman lantas berlutut lagi di samping pemakaman.

"Panglima, aku yakin kau tahu perasaanku. Panglima tahu apa yang sebenarnya aku kehendaki. Ya, aku hanya bermaksud menyatukan darahku dengan darahmu, panglima. Oleh sebab itulah, kulumuri pecahan kaca itu dengan darahku sebelum kutusukkan di dadamu. Supaya darah lenganku itu masuk di dadamu. Agar kau tak lagi gelisah, dan abadilah kebahagiaan kita.

Namun. Namun, apalah daya, panglima. Aku terlalu tajam menusukkan pecahan kaca itu. Ketika itu, hatiku terlampau penuh akan emosi. Dan aku yakin kau tahu, panglima, bagaimana seorang wanita apabila mendengar lelakinya mencintai wanita lain. Dan jam yang berlalu seperti pisau berterjangan mencium luka.1) Angin menebarkan bau anyir, seperti ada darah yang menggenang, tercecer-cecer, melekat di setiap sudut.

Anjing-anjing itu, kini melolong melempari malam. Langit tumpahkan tangis.

***

Lamongan, 11 Mei 2008

1) Sajak Iyut Fitra, Lingkaran (3).

*Naqib Najah: cerpenis, esais, penyair yang mendedikasikan kehidupannya untuk mencari kebahagiaan. Pernah bergabung dengan komunitas religius Lamongan, dan menjabat di sana sebagai editor buletin pengembangan jiwa remaja, Muslim Muda. Kini bermukim dengan sanggar Lesehan Sastra, Pesantren Hasyim Asy'ari, Bantul, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Hana N.S A. Iwan Kapit A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.C. Andre Tanama Aa Sudirman Abd. Basid Abdul Aziz Rasjid Abdul Ghofar Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Muid Badrun Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdullah Ubaid Matraji Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abonk El ka’bah Acep Zamzam Noor Ach. Nurcholis Majid Achmad Farid Tuasikal Achmad Maulani Adi Faridh Adi Marsiela Adi Sucipto Adian Husaini Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrian Ramdani AF. Tuasikal Afnan Malay Afrizal Malna AG Hadzarmawit Netti AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Majestika Aguk Irawan M.N. Agung Prihantoro Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R Sarjono Agus S Warman Agus Sri Danardana Agus Sulton Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Rafiq Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syafii Maarif Ahmad Taufik Ahmad Thohari Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Al-Fairish Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Ali Irwanto Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Alvi Puspita Amang Mawardi Ambarukminingsih Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Amirullah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andhi Setyo Wibowo Andik Nurcahyo AndongBuku #3 Andry Deblenk Anindita S. Thayf Aning Ayu Kusuma Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anwari WMK Aprillia Ika Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Arif Firmansyah Arifun Najib Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arys Hilman Asarpin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asri Bariqah Awalludin GD Mualif Azumardi Azra Azyumardi Azra Baca Puisi Badaruddin Amir Balada Bambang kempling Bambang Satriya Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benni Indo Benny Benke Benny D Koestanto Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Koran Bernada Rurit Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Palopo Budi Purnomo Buldanul Khuri Bunda Zakyzahra Tuga Bungaran Antonius Simanjuntak Candrakirana Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Che Guevara Coronavirus Cover Buku Kritik Sastra Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi II Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi IV Cover Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi V D. Zawawi Imron Dadan Maula Darmawan Dadang Ari Murtono Dahlan Kong Damanhuri Zuhri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Dedykalee Deni Ali Setiono Deni Jazuli Denny Ardiansyah Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan Dewi Indah Sari Dhanu Priyo Prabowo di Bluri di Karangasem Dian Sukarno Diana AV Sasa Diana Ifrina Ernawati Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dini Tri Dinoroy M. Aritonang Dion Maulana Prasetya Diskusi buku Djaka Susila Djenar Maesa Ayu Djesna Winada Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Budiono Herusatoto Drs H Choirul Anam Drum Band MI Miftahul Ulum (Kuluran) Dudi Rustandi Dunia Penerbitan Indonesia Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Nikmatika Roma Dwi Pranoto Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddy D. Iskandar Edeng Syamsul Ma’arif Edi Faisol Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elly Burhaini Faizal Elly Trisnawati Ellyn Novellin Emerson Yuntho Emha Ainun Nadjib Emil WE Endang Supriyadi Endi Haryono Endri Y Erdogan Esai Esha Tegar Putra Esme Fadliha Etik Widya Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fadjriah Nurdiarsih Fahmi Fahrudin Nasrulloh Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faris Al Faisal Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Felix K. Nesi Festival Mocosik Festival Seni Internasional 2010 Yogyakarta Festival Seni Internasional 2014 Yogyakarta Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan festivalsenisurabaya.com Fikri. MS Firdawsi Fortus Pake Forum Lingkar Pena Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Foto Franditya Utomo Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Magnis-Suseno Friski Riana Fuad Hasan Nasihin Fuji Pratiwi Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawa Gede Mugi Raharja Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gedung Sangbala Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gito Waluyo Goenawan Mohamad Golput Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma’ruf Amin Gus Dur H Ikhsan Effendi H. Usep Romli H.M H.B. Jassin H.O.S Cokroaminoto Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Hadi Napster Hadziq Jauhary Halim H.D. Halimatussa’diyah Hamberan Syahbana Hamluddin Hana Pertiwi Hanif Nashrullah Hardono Haris del Hakim Haris Firdaus Haris Priyatna Haris Saputra Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Basri Hasan Junus Hasanuddin WS Hasnan Bachtiar Helmi Y Haska Helmy Tasaufy Hera Khaerani Herdiyan Heri C Santoso Heri Latief Herman Herman Hasyim Herman RN Herry Lamongan Herry Mardianto Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Homaedi I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I Wayan Seriyoga Parta IBM. Dharma Palguna Ibnu PS Megananda Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Mustofa Imam Nawawi Imam Qodim Al-Haromain Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Imelda Imron Arlado Imron Rosidi Imron Rosyid Imron Tohari Indrian Koto Ingki Rinaldi Ipik Tanoyo Ire Irvan Sihombing Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismet NM Haris Ismi Wahid Isnanur Janah Iswadi Pratama Isyana Artharini Iwan Nurdaya-Djafar Iwank Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Janual Aidi Javed Paul Syatha Jazzi Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jembatan Kuno Yang Misterius Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Jodhi Yudono Jogjanews.com John Joseph Sinjal Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Paket Hemat Juara Ke 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jumartono Jurnalisme Sastra Jusuf A.N K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.Y. Karnanta Kadjie Mudzakir Kaheesa Kirania Putri Ayu Kang Daniel Kapal Nabi Nuh Karanggeneng Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kautsar Muhammad Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) KH Abdul Ghofur KH Bisri Syansuri KH. Abdul Aziz Masyhuri KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khoirul Abidin Khoirul Inayah Ki Ompong Sudarsono Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kika Dhersy Putri Kitab Arbain Nawawi KITLV Koh Young Hun Koko Sudarsono Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopi Sunan Drajat Kopuisi Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Krisman Kaban Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kulonprogo Kurnia Effendi Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswinarto L Ridwan Muljosudarmo Laboratorium Sinematografi dan Pertunjukan UNISDA Lamongan Lagu Lailiyatis Sa'adah Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Sarmili Literasi Liza Wahyuninto Lugiena De Lukas Adi Prasetyo Lukisan Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lusia Kus Anna Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Lutfi M. Mushthafa M. Romandhon M. Sunyoto M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M’Shoe Made Geria Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahrus eL-Mawa Majelis Ulama Indonesia Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcus Suprihadi Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Maruli Tobing Mashuri Masuki M. Astro Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Wulan Medco Media Lamongan Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Meka Nitrit Kawasari Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka MI Thoriqotul Hidayah Pilang 1 Mia Arista Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Miftahul A’la Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Ghufron Cholid Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Samsul Arifin Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Ali Athwa Mohammad Eri Irawan Mohammad Rafi Azzamy MTs Putra-Putri Simo Sungelebak Muh Kholid A.S Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Amin Muhammad Arif Muhammad Aris Muhammad Eko Nugroho Muhammad Hidayat Muhammad Muhibbuddin Muhammad Musa Muhammad N. Hassan Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mukafi Niam Mukhsin Amar Mulyani Hasan Mulyo Sunyoto Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Munawir Aziz Muntamah Cendani Musfarayani Musfi Efrizal N. Syamsuddin CH. Haesy Nadine Tri Duhita Naim Nanang Suryadi Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Nara Nazaruddin Azhar Neli Triana Ngatini Rasdi Nh. Anfalah Ni Luh Made Pertiwi F Ni Made Frischa Aswarini Ninuk Mardiana Pambudy Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noval Jubbek Noval Maliki Novel Novel Pekik Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Hayati Nur Kholiq Nur Kholis Huda Nurani Soliha Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Ochi Oil on Canvas Oky Sanjaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Paciran Pameran Seni Rupa Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik Panji Satrio Patung Sphinx PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan 2020 Pelukis Dahlan Kong Pelukis Harjiman Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit Progresif Penerbit PUstaka puJAngga Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Peringatan Hari Santri TPQ Al-Hidayah 22 Oktober 2017 Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren Sunan Drajat Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Pilang Tejoasri Lamongan Jawa Timur Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prosa Proses Kreatif Puisi Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka GU Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. N. Bayu Aji R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rafita Dewi Rahmah Maulidia Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rameli Agam Rana Akbari Raras Cahyafitri Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Revdi Iwan Syahputra Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Ridlwan Ridwan Munawwar Riki Utomi Rinny Srihartiny Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robert Adhi Kusumaputra Robin Al Kautsar Roby Karokaro Rodli TL Rof Maulana Rofiqi Hasan Rojiful Mamduh Rokhim Sarkadek Rosdiansyah Rosi Rosidi Rudi S. Kalianda Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rx King Motor S Jai S Yoga S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Sabrina Asril Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salim Alatas Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saratri Wilonoyudho Sari Oktafiana Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sejarah SelaSastra SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang Selvie Monica S Sendang Duwur Tahun 1920 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Shohebul Umam JR Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sifa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simon Saragih Sirikit Syah Siti Muti’ah Setiawati Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Slavoj Zizek Soelistijono Soetanto Soepiadhy Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Sohirin Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Mulyani Sri Wintala Achmad ST Indrajaya Stanley Adi Prasetyo Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sudirman Hasan Sugeng Ariyadi Sugeng Wiyadi Sugiarto Sugito Wira Yuda Suhartono Sujatmiko Sukardi Rinakit Sukitman Sumenep Sunarno Wibowo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susie Evidia Y Sutamat Arybowo Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Suyatmin Widodo Svet Zakharov Syaf Anton Wr Syaiful Bahri Syaiful Irba Tanpaka Syaiful Mustaqim Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syi'ir Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tanjung Kodok Tahun 1947 Tasman Banto Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Ganast MAN Lamongan Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Sakalintang Teater Sangbala Teater Sundra Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tewol Teater Tewol Lamongan Teguh LR Teguh Winarsho AS Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thamrin Dahlan Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute (IHI) Thohir Thompson Hs Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto To Take Delight Toni Munajat Tosa Poetra Tri Andhi S Tri Wahono Trisno S. Sutanto Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Unieq Awien Universitas Airlangga Surabaya Universitas Jember Untung Basuki Ustadz Charis Bangun Samudra Utami Diah Kusumawati Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Wahyu Aji Wahyudi Zuhro Wan Anwar Warjati Suharyono Wawan Eko Yulianto Wawan Hudiyanto Wawancara Wayan Sunarta Welly Suryandoko Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yanuar Jatnika Yanuar Yachya Yaumu Roikha Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yerusalem Ibu Kota Palestina Yesi Devisa YF La Kahija Yogyo Susaptoyono Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudi Latief Yuli Yuni Ikawati Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zahrotun Nafila Zaim Uchrowi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimras Zen Hae Zuhdi Swt