Jumat, November 07, 2008

Jl. P. DiponegoroNo. 46

AS. Sumbawi
 
Bagaimana jika anda mengetahui rahasia orang lain? Apa yang akan anda lakukan? Barangkali kita akan sepandangan bilamana untuk sementara mendiamkannya sembari menunggu apa yang akan terjadi. Nasehatku, kita tak boleh sembarangan mengungkapkannya. Akan menjadi sesuatu sia-sia bila kita begitu saja mengobralnya. Tidak memperdulikan waktu yang tepat. Karena bagaimanapun juga rahasia tersebut bisa menjadi sesuatu sangat berharga. Bisa menjadi sebuah senjata untuk merobohkan lawan, jika kebetulan rahasia tersebut mengungkapkan keburukan. Namun, jika kebaikan yang termuat di dalamnya, akan menjadi bumerang bagi diri kita sendiri tentunya bila diungkapkan dengan ceroboh. Suatu hal yang selalu kucamkan dalam benakku bahwa hanya orang-orang yang pandai memanfaatkan kesempatan, beruntung di dunia ini.
 
Ngomong-ngomong soal rahasia, sekarang ini aku mengetahui rahasia seseorang. Dia bernama HeniSaraswati. Dia tinggal di rumah nomor 46 di jalan P. Diponegoro. Setiap minggu sekali aku mengantar surat kepadanya. Dari tulisan yang tertera di bagian belakang amplop, aku tahu bahwa selama ini dia saling berkirim surat dengan seorang perempuan bernama Dewi Hartati yang tinggal diluar kota. Entah, siapa dia? Namun, dilihat dari intensitas kiriman surat tersebut, sepertinya mereka berdua sangat akrab. Bersahabat.
 
Pada awalnya, perjumpaanku dengan Nyonya Heni berlangsung sebentar, seperti layaknya sebagai tukang pos dengan si penerima surat. Aku segera berlalu setelah menyerahkan surat yang kemudian dibalas dengan ucapan terima kasih yang meluncur dari bibirnya memerah. Namun setelah beberapa kali berjumpa, ada sesuatu yang muncul dalam diriku tanpa kusadari menyuruh memperhati kan dirinya lebih dari biasanya. Dari apa-apa yang kutangkap, aku pun menyimpulkan bahwa Nyonya Heni berumur ant-ara 35 sampai 40 tahun. Masih terlihat cantik dan sehat. Sikap dan dandanannya menunjukkan bahwa dia perempuan yang matang. Sungguh menawan.
 
Setiap kali mengantar surat kepadanya, aku tak pernah melihat seorang laki-laki di rumahnya, kecuali seorang pembantu perempuan yang sudah tua. Dari situ aku pun menduga-duga status dirinya. Perawan tua? Janda? Istri? Atau perempuan yang disebut ‘mandiri’?
 
Suatu hari Nyonya Heni memanggil ketika aku hendak memasuki halaman rumahnya.
“Adakah surat buat saya?” katanya tersenyum.
“Memang ada, Nyonya,” balasku sembari mengambil surat dari tas.
 
Aku kemudian melangkah menuju beranda di mana Nyonya Heni sudah berdiri di sana. Kualihkan pandang mata-ku dari sorot matanya.
 
“Ini sudah saya tunggu,” katanya setelah menerima surat dari tanganku. Kami saling tersenyum. Sekali lagi kualihkan pandang mataku dari sorot matanya yang menawan itu.
“Silahkan duduk. Barangkali segelas minuman dingin akan membantu menghapus dahaga anda,” katanya.
 
Di beranda kami pun duduk di kursi berhadapan. Kulihat di meja sebuah majalah terbuka menunjukkan halaman cerpen berjudul ‘Impian Sasa’ dengan gambar seorang perempuan berjalan menuju kemegahan kota. Sebentar kemudian dia membuka amplop. Gerak-geriknya membikin aku terus mengawasinya. Dari halaman rumahnya yang rindang kurasakan udara berhembus segar.
 
“Sebentar,” katanya kemudian melangkah ke dalam.
Kuperhatikan dia sampai melewati pintu. Kemudian kualihkan perhatianku pada bangunan rumahnya yang berukuran sedang namun tertata indah. Pilihan warna keramik pada dinding rumah yang serasi dengan aneka bunga dalam pot yang segar terawat. Juga keramik pada lantainya. Sungguh orang lain akan kerasan dengan keadaan rumahnya.
 
Seorang pembantu perempuan datang dengan segelas minuman dingin berwarna merah dan setoples makanan ringan. “Silahkan,” katanya kemudian berlalu kembali. Segera kuteguk minuman itu.
 
Sudah lima belas menit aku menunggu, namun Nyonya Heni tak keluar-keluar juga. Dalam gelisah aku sesekali berdiri melihat ke arah dalam rumahnya. Sementara di dalam tas masih ada puluhan surat harus kusampaikan pada alamatnya masing-masing.
 
Tiba-tiba aku melihat pembantu itu berjalan dari samping rumah. Tangannya membawa tas dari plastik.
 
“Mbok…,” panggilku.
“Mbok mau ke mana?”
“Mau pergi ke pasar. Ada apa, Tuan?”
“Nyonya kok tidak keluar-keluar, Mbok. Ke mana, ya?”
“Nggak tahu, Tuan. Barangkali ada di kamarnya.”
Sejenak dengan gelisah kuarahkan mataku ke bagian dalam rumah.
 
“Kalau begitu saya pamit dulu, Mbok. Bilang pada Nyonya bahwa saya harus segera mengantar surat.”
“Baiklah, Tuan,” katanya. Aku bergegas pergi. **
 
Hari besoknya aku mengantar surat yang beralamat di jalan P. Diponegoro No. 50. Ketika lewat di depan rumah Nyonya Heni kuarahkan pandang mataku mencarinya. Tetapi, dia tak nampak duduk membaca di beranda. Pintu rumahnya pun tertutup. Maka aku pun terus saja. Sebenarnya kalau dia ada, aku ingin mampir dan mengucapkan terima kasih atas segelas minuman dingin yang diberikannya.**
 
Sudah tiga minggu ini tak ada surat yang harus kuantar untuk Nyonya Heni. Padahal biasanya setiap minggu pasti ada sebuah surat untuknya dari Dewi Hartati. Meskipun begitu, setiap hari aku selalu lewat di depan rumahnya. Aku ingin bertemu dengannya. Pertemuan terakhir dengannya membuat diriku merasa tak enak. Di samping itu, aku merasa kangen juga tak melihat dirinya. Namun seperti hari-hari sebelumnya, hari itu pun pintu rumahnya dalam keadaan tertutup. Dan tentu saja aku kecewa.
 
Hampir tiap malam aku selalu terbayang akan dirinya. Membuatku gelisah. Pernah suatu kali aku mencoba mengetuk pintu rumahnya, namun yng kudapatkan hanya desau angin yang berhembus dari halaman rumahnya. Apa yang tengah terjadi dengan dirinya? Apakah dia sedang pergi jauh? pikirku sendiri. **
 
Siang itu aku lewat di jalan P. Diponegoro. Di tas, ada sebuah surat yang harus kuantarkan ke alamat jalan ini. Bukan untuk Nyonya Heni, melainkan untuk seseorang yang tinggal di rumah dengan nomor 99. Ketika mendekati ru-mah Nyonya Heni, kuarahkan mataku ke rumah itu. Tentu saja aku tersontak gembira saat menemukan Nyonya Heni duduk di beranda sembari membaca. Tanpa kusadari dada-ku berdebar-debar. Mendadak aku menjadi ragu untuk bertamu. Kemudian saat lewat di gerbang halaman rumahnya, aku memutuskan terus berlalu dengan purapura tidak tahu. Tiba-tiba kudengar panggilan.
 
“Pak Abdul.” Aku menoleh. Kulihat Nyonya Heni tersenyum menatapku.Segera kubelokkan sepeda motor dinasku menghampirinya.
 
“Pak Abdul, adakah surat buat saya?” katanya sembari tersenyum. Meskipun aku tahu takada surat untuknya di dalam tasku, aku tetap pura-pura mencarinya.
 
“Sudah lama sahabat saya tidak mengirim surat buat saya?” katanya dengan tersenyum. Kurasakan gerak-gerikku kikuk sekali. Dadaku pun berdebar kencang. Nyonya Heni begitu menawan.
 
“Maaf Nyonya. Tidak ada,” kataku. Kulihat di wajahnya melintas kecewa.
“Baiklah kalau begitu. Tapi, barangkali istirahat sebentar sembari menikmati segelas minuman dingin akan membantu menghapus rasa haus dan lelah di siang yang gerah ini,” katanya.
 
“Ehm, terima kasih. O, ya, saya minta maaf, kemarin lalu pulang tanpa pamit kepada Nyonya.”
 
“Ah, tidak. Sebenarnya saya yang harus minta maaf. Membuat anda terlalu lama menunggu,” katanya tersenyum. Sejenak kami terdiam.
 
“O, silahkan duduk,” katanya. Sebentar kemudian kami sudah duduk berhadapan.
“Bagaimana kabar hari ini, Pak Abdul,” katanya.
“Baik-baik saja. Nyonya?”
“Beginilah.”
 
Sejenak kami terdiam. Ketika mata kami saling berpandangan, aku segera menundukkannya. Aku tak sanggup menatapnya. Matanya kurasakan seakan menerobos dadaku. Hatiku berdebar-debar.
 
“Anak dan istri?” katanya.
“Tak ada, Nyonya. Istri saya meninggal tanpa memberikan seorang anak kepada saya.”
 
“O, maaf.”
“Tak apa, Nyonya.” Kami terdiam.
“Nyonya sendiri?”
“Ehm, kurang lebih sama seperti anda. Kami bercerai,” katanya. Kami kembali terdiam. Sebentar kemudian, Si Mbok keluar dengan membawa suguhan.
 
Sembari menikmati suguhan, kami mengadakan percakapan ringan. Tidak kusangka Nyonya Heni hampir meng-etahui semua yang menjadi bahan percakapan. Mulai masalah pilkada sampai masalah laga final Liga Champion antara AC Milan & Liverpool yang akan digelar seminggu lagi.
 
Setelah kurasakan waktu telah cukup dan segelas minumanku telah habis, aku pamit melanjutkan perjalanan. **
 
Keesokan harinya, aku sengaja lewat di jalan P. Diponegoro, meskipun tak ada surat yang harus kuantarkan ke sana. Kulihat Nyonya Heni duduk di beranda seperti kemarin. Ketika lewat di depan rumahnya, aku pura-pura tak melihatnya. Dan tentu saja aku gembira ketika dia memanggilku kembali. Aku segera menghampiri nya.
 
Seperti kemarin, ia kembali menanyakan apakah ada surat untuk dirinya. Namun karena memang tak ada, aku pun menjawab apa adanya. Kemudian ia menawariku untuk duduk-duduk sebentar. Aku menolaknya.
 
“Terima kasih, Nyonya. Mungkin lain kali. Hari ini banyak sekali surat yang harus diantarkan,” kataku beralasan.
 
“Baiklah kalau begitu.”
“Mari,” kataku kemudian melangkah pergi.
“Pak Abdul,” panggilnya tiba-tiba. “Saya bisa titip sesu-atu?”—“Apa itu, Nyonya?” —-“Surat. Untuk di-pos-kan,”
katanya. Aku pun mengiyakannya. **
 
Sore hari tiba di rumah, aku segera membaca surat Nyonya Heni yang akan dikirimkan kepada Dewi Hartati itu. Memang ini bukan pertama kali aku membaca surat orang. Beberapa minggu yang lalu, aku membaca surat Dewi Hartati sebelum kuantarkan kepada Nyonya Heni yang isinya mengungkapkan bahwa Dewi Hartati menyarankan Nyonya Heni untuk menikah lagi. Kalau kesulitan mendapat calon, aku punya kenalan yang kukira pantas untukmu, begitu tulis Dewi Hartati.
 
Sebenarnya aku sependapat dengan Dewi Hartati mengenai Nyonya Heni. Di samping itu, menurutku umur perempuan seumuran Nyonya Heni adalah masanya bagi perempuan terlihat sangat cantik-cantiknya. Kecantikan yang matang. Berbeda pesonanya dengan seumuran gadis-gadis yang baru mekar. Dan Nyonya Heni adalah salah satu buktinya. Aku kerap membayangkn bagaimana jika bersanding dengannya dipelaminan. Dan seterusnya. Selain itu, apakah kita akan terus sendirian sampai ajal menjemput? Tanpa se-orang istri atau suami? Jujur aku tak menginginkan itu terjadi. Seperti yang kini sedang kualami. Andaikata Nyonya Heni mau menikah denganku, saling menemani hingga maut memisahkan kami, kemungkinan besar aku bahagia. **
 
Aku tersentak ketika membaca alinea ketiga isi surat Nyonya Heni itu. Seakan bermimpi kuulang-ulang memba-canya. Baris itu adalah:
 
Ti, beberapa minggu ini aku merasa telah menemukan seseorang yang akan menjadi teman hidupku. Dia adalah orang yang selalu mengantarkan surat-suratmu. Kuharap kau jangan tertawa jika kukatakan bahwa dia adalah seorang tukang pos. Tapi, bukankah tukang pos merupakan pekerjaan yang mulia? Aku teringat pada film ‘The Post-man’ yang dibintangi Kevin Costner. Kita pernah menontonnya bersama, bukan? Film itu menceritakan bagaimana seorang tukang pos sangat dicintai oleh semua orang. Ya, memang itu hanya sebuah film. Dan lucunya, sehabis non-ton film itu, kau mengatakan padaku bahwa kau ingin menikah dengan seorang tukang pos. Dan tukang pos itu tak lain adalah Kevin Costner sendiri. Bagaimana mungkin? Bukankah dia adalah seorang bintang film. Tapi, itulah yng membuat kita tertawa sepanjang malam. **
 
Sudah seminggu aku tak pergi ke rumah Nyonya Heni. Selama itu pula surat Nyonya Heni yang dititipkan kepadaku berada di tanganku. Aku sengaja tak mem-pos-kannya. Aku mempunyai sebuah rencana untuk menulis surat kepadanya dengan nama Dewi Hartati. Tentu saja demi kepentinganku juga. Aku sangat yakin tukang pos yang dimak-sud Nyonya Heni ialah aku sendiri. Kubayangkan tak lama lagi kami bersanding di pelaminan. O,sungguh senangnya.
 
Untunglah, aku ingat bahwa tulisan tangan Dewi Hartati dan Nyonya Heni hampir mirip sehingga aku bisa mencontohnya dari surat Nyonya Heni yang ada padaku itu. Kini, surat balasan itu telah selesai dan siap dikirimkan. Le-ngkap dengan perangko yang telah dicap tentunya. **
 
Setelah memberikan surat balasan itu kepadanya, kami duduk berhadap-hadapan. Saat kami saling berpandangan, aku sudah tak menghindar seperti dulu. Malah dia sendiri yang terlihat serba salah. Barangkali karena mataku yang sengaja kupasang jalang. Ya, isi suratnya itulah yang menyuruhku seperti ini. Andaikata aku tak membacanya, barangkali aku tak akan pernah tahu bahwa diam-diam kami Saling mencintai.
 
“Sebentar, ya,” katanya melangkah ke dalam. Aku tersenyum menganggap diriku sendiri layaknya Arjuna. Sebentar dia telah kembali dengan setumpuk surat yang kemudian diletakkannya di atas meja. Dia diam sejenak. Dan yang membuatku bingung adalah dia kemudian menangis.
 
Setelah menenangkan dirinya, dia berkata: “Kami sangat akrab. Bahkan lebih dari itu.”
“Dan dia…, Dewi Hartati, sebenarnya sudah meninggal tiga tahun yang lalu,” lanjutnya.
“Hah…,” ucapku refleks. Sejenak kami saling berpand-angan. —–“Jadi?”
 
“Ya, selama ini aku sendiri yang menulis surat-surat itu,” katanya menatap ke meja. Dalam hati aku merasa ditelanjangi. Aku tak sanggup lagi menatap matanya.
 
Dalam diam, tiba-tiba aku teringat perkataannya sebentar lalu. Kami sangat akrab. Bahkan lebih dari itu. Apakah mereka saling mencintai? Pernah menjadi sepasang kekasih? Lesbi? Pikirku. Kucoba menatap dirinya kembali. Dalam sorot matanya, ingin kudapatkan jawabnya.
 
2005.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Hana N.S A. Iwan Kapit A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.C. Andre Tanama Aa Sudirman Abd. Basid Abdul Aziz Rasjid Abdul Ghofar Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Muid Badrun Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdullah Ubaid Matraji Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abonk El ka’bah Acep Zamzam Noor Ach. Nurcholis Majid Achmad Farid Tuasikal Achmad Maulani Adi Faridh Adi Marsiela Adi Sucipto Adian Husaini Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrian Ramdani AF. Tuasikal Afnan Malay Afrizal Malna AG Hadzarmawit Netti AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Majestika Aguk Irawan M.N. Agung Prihantoro Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R Sarjono Agus S Warman Agus Sri Danardana Agus Sulton Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Rafiq Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syafii Maarif Ahmad Taufik Ahmad Thohari Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Al-Fairish Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Ali Irwanto Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Alvi Puspita Amang Mawardi Ambarukminingsih Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Amirullah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andhi Setyo Wibowo Andik Nurcahyo AndongBuku #3 Andry Deblenk Anindita S. Thayf Aning Ayu Kusuma Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anwari WMK Aprillia Ika Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Arif Firmansyah Arifun Najib Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arys Hilman Asarpin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asri Bariqah Awalludin GD Mualif Azumardi Azra Azyumardi Azra Baca Puisi Badaruddin Amir Balada Bambang kempling Bambang Satriya Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benni Indo Benny Benke Benny D Koestanto Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Koran Bernada Rurit Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Palopo Budi Purnomo Buldanul Khuri Bunda Zakyzahra Tuga Bungaran Antonius Simanjuntak Candrakirana Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Che Guevara Coronavirus Cover Buku Kritik Sastra Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi II Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi IV Cover Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi V D. Zawawi Imron Dadan Maula Darmawan Dadang Ari Murtono Dahlan Kong Damanhuri Zuhri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Dedykalee Deni Ali Setiono Deni Jazuli Denny Ardiansyah Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan Dewi Indah Sari Dhanu Priyo Prabowo di Bluri di Karangasem Dian Sukarno Diana AV Sasa Diana Ifrina Ernawati Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dini Tri Dinoroy M. Aritonang Dion Maulana Prasetya Diskusi buku Djaka Susila Djenar Maesa Ayu Djesna Winada Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Budiono Herusatoto Drs H Choirul Anam Drum Band MI Miftahul Ulum (Kuluran) Dudi Rustandi Dunia Penerbitan Indonesia Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Nikmatika Roma Dwi Pranoto Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddy D. Iskandar Edeng Syamsul Ma’arif Edi Faisol Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elly Burhaini Faizal Elly Trisnawati Ellyn Novellin Emerson Yuntho Emha Ainun Nadjib Emil WE Endang Supriyadi Endi Haryono Endri Y Erdogan Esai Esha Tegar Putra Esme Fadliha Etik Widya Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fadjriah Nurdiarsih Fahmi Fahrudin Nasrulloh Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faris Al Faisal Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Felix K. Nesi Festival Mocosik Festival Seni Internasional 2010 Yogyakarta Festival Seni Internasional 2014 Yogyakarta Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan festivalsenisurabaya.com Fikri. MS Firdawsi Fortus Pake Forum Lingkar Pena Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Foto Franditya Utomo Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Magnis-Suseno Friski Riana Fuad Hasan Nasihin Fuji Pratiwi Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawa Gede Mugi Raharja Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gedung Sangbala Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gito Waluyo Goenawan Mohamad Golput Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma’ruf Amin Gus Dur H Ikhsan Effendi H. Usep Romli H.M H.B. Jassin H.O.S Cokroaminoto Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Hadi Napster Hadziq Jauhary Halim H.D. Halimatussa’diyah Hamberan Syahbana Hamluddin Hana Pertiwi Hanif Nashrullah Hardono Haris del Hakim Haris Firdaus Haris Priyatna Haris Saputra Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Basri Hasan Junus Hasanuddin WS Hasnan Bachtiar Helmi Y Haska Helmy Tasaufy Hera Khaerani Herdiyan Heri C Santoso Heri Latief Herman Herman Hasyim Herman RN Herry Lamongan Herry Mardianto Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Homaedi I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I Wayan Seriyoga Parta IBM. Dharma Palguna Ibnu PS Megananda Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Mustofa Imam Nawawi Imam Qodim Al-Haromain Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Imelda Imron Arlado Imron Rosidi Imron Rosyid Imron Tohari Indrian Koto Ingki Rinaldi Ipik Tanoyo Ire Irvan Sihombing Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismet NM Haris Ismi Wahid Isnanur Janah Iswadi Pratama Isyana Artharini Iwan Nurdaya-Djafar Iwank Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Janual Aidi Javed Paul Syatha Jazzi Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jembatan Kuno Yang Misterius Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Jodhi Yudono Jogjanews.com John Joseph Sinjal Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Paket Hemat Juara Ke 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jumartono Jurnalisme Sastra Jusuf A.N K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.Y. Karnanta Kadjie Mudzakir Kaheesa Kirania Putri Ayu Kang Daniel Kapal Nabi Nuh Karanggeneng Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kautsar Muhammad Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) KH Abdul Ghofur KH Bisri Syansuri KH. Abdul Aziz Masyhuri KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khoirul Abidin Khoirul Inayah Ki Ompong Sudarsono Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kika Dhersy Putri Kitab Arbain Nawawi KITLV Koh Young Hun Koko Sudarsono Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopi Sunan Drajat Kopuisi Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Krisman Kaban Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kulonprogo Kurnia Effendi Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswinarto L Ridwan Muljosudarmo Laboratorium Sinematografi dan Pertunjukan UNISDA Lamongan Lagu Lailiyatis Sa'adah Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Sarmili Literasi Liza Wahyuninto Lugiena De Lukas Adi Prasetyo Lukisan Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lusia Kus Anna Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Lutfi M. Mushthafa M. Romandhon M. Sunyoto M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M’Shoe Made Geria Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahrus eL-Mawa Majelis Ulama Indonesia Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcus Suprihadi Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Maruli Tobing Mashuri Masuki M. Astro Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Wulan Medco Media Lamongan Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Meka Nitrit Kawasari Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka MI Thoriqotul Hidayah Pilang 1 Mia Arista Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Miftahul A’la Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Ghufron Cholid Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Samsul Arifin Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Ali Athwa Mohammad Eri Irawan Mohammad Rafi Azzamy MTs Putra-Putri Simo Sungelebak Muh Kholid A.S Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Amin Muhammad Arif Muhammad Aris Muhammad Eko Nugroho Muhammad Hidayat Muhammad Muhibbuddin Muhammad Musa Muhammad N. Hassan Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mukafi Niam Mukhsin Amar Mulyani Hasan Mulyo Sunyoto Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Munawir Aziz Muntamah Cendani Musfarayani Musfi Efrizal N. Syamsuddin CH. Haesy Nadine Tri Duhita Naim Nanang Suryadi Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Nara Nazaruddin Azhar Neli Triana Ngatini Rasdi Nh. Anfalah Ni Luh Made Pertiwi F Ni Made Frischa Aswarini Ninuk Mardiana Pambudy Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noval Jubbek Noval Maliki Novel Novel Pekik Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Hayati Nur Kholiq Nur Kholis Huda Nurani Soliha Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Ochi Oil on Canvas Oky Sanjaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Paciran Pameran Seni Rupa Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik Panji Satrio Patung Sphinx PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan 2020 Pelukis Dahlan Kong Pelukis Harjiman Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit Progresif Penerbit PUstaka puJAngga Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Peringatan Hari Santri TPQ Al-Hidayah 22 Oktober 2017 Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren Sunan Drajat Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Pilang Tejoasri Lamongan Jawa Timur Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prosa Proses Kreatif Puisi Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka GU Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. N. Bayu Aji R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rafita Dewi Rahmah Maulidia Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rameli Agam Rana Akbari Raras Cahyafitri Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Revdi Iwan Syahputra Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Ridlwan Ridwan Munawwar Riki Utomi Rinny Srihartiny Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robert Adhi Kusumaputra Robin Al Kautsar Roby Karokaro Rodli TL Rof Maulana Rofiqi Hasan Rojiful Mamduh Rokhim Sarkadek Rosdiansyah Rosi Rosidi Rudi S. Kalianda Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rx King Motor S Jai S Yoga S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Sabrina Asril Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salim Alatas Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saratri Wilonoyudho Sari Oktafiana Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sejarah SelaSastra SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang Selvie Monica S Sendang Duwur Tahun 1920 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Shohebul Umam JR Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sifa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simon Saragih Sirikit Syah Siti Muti’ah Setiawati Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Slavoj Zizek Soelistijono Soetanto Soepiadhy Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Sohirin Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Mulyani Sri Wintala Achmad ST Indrajaya Stanley Adi Prasetyo Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sudirman Hasan Sugeng Ariyadi Sugeng Wiyadi Sugiarto Sugito Wira Yuda Suhartono Sujatmiko Sukardi Rinakit Sukitman Sumenep Sunarno Wibowo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susie Evidia Y Sutamat Arybowo Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Suyatmin Widodo Svet Zakharov Syaf Anton Wr Syaiful Bahri Syaiful Irba Tanpaka Syaiful Mustaqim Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syi'ir Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tanjung Kodok Tahun 1947 Tasman Banto Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Ganast MAN Lamongan Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Sakalintang Teater Sangbala Teater Sundra Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tewol Teater Tewol Lamongan Teguh LR Teguh Winarsho AS Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thamrin Dahlan Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute (IHI) Thohir Thompson Hs Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto To Take Delight Toni Munajat Tosa Poetra Tri Andhi S Tri Wahono Trisno S. Sutanto Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Unieq Awien Universitas Airlangga Surabaya Universitas Jember Untung Basuki Ustadz Charis Bangun Samudra Utami Diah Kusumawati Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Wahyu Aji Wahyudi Zuhro Wan Anwar Warjati Suharyono Wawan Eko Yulianto Wawan Hudiyanto Wawancara Wayan Sunarta Welly Suryandoko Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yanuar Jatnika Yanuar Yachya Yaumu Roikha Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yerusalem Ibu Kota Palestina Yesi Devisa YF La Kahija Yogyo Susaptoyono Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudi Latief Yuli Yuni Ikawati Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zahrotun Nafila Zaim Uchrowi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimras Zen Hae Zuhdi Swt