Potret Mbah KH. Muhammad Amin (1910-1949)
Muhammad Alfatih Suryadilaga *
Mbah KH. Muhammad Amin (1910-1949) seorang ulama di Pantai Utara Jawa dan Pendiri Pesantren Tunggul, Lamongan, beliau alumni pesantren Tebuireng, Jombang, yang wafat pada tanggal 13 Ramadhan 1368 H atau 9 Juli 1949 M. Beliau telah meninggal beberapa puluh tahun lalu, namun nama besarnya masih tetap menggaung dan bergema sampai sekarang.
Silsilah KH. Muhammad Amin
H. Muhammad Amin secara geneologis masih keturunan ulama besar yang menjadi cikal bakal keturunan ulama di Jawa. Dalam dirinya mengalir darah biru sampai Rasulullah saw. melalui jalur Raden Qosim atau dikenal Sunan Drajat dengan keturunan yang ke-12. Ayahnya sendiri KH. Musthofa bin Abdul Karim. Silsilah atas keturunan Kiyai Amin dari ayahnya merupakan keturunan ulama besar yang dikenal salah satu penyebar Islam di tanah Jawa yakni Walisongo.
Selain fakta keturunan dari Sunan Drajat, Ayah Kiyai Amin juga memiliki keturunan darah dari raja-raja di Jawa. Hal ini dapat dilihat silsilahnya melalui Ayahnya dengan Joko Tingkir dalam tingkatan ke ke-10. Senada hal itu, sosok keturunan dari raja ini dapat dilihat melalui jalur Raja Brawijaya V. Beliau ini generasi nasab dari Raja Brawijaya ke-13. Dengan demikian, Kiyai Amin bersilsilah yang menuju kepada ulama besar penyebar ajaran Islam di Jawa sekaligus keturunan Raja Brawijaya ke-5.
Jalur nasab ibunda Kyai Amin juga dari orang alim. Hal ini terlihat dalam darah keturunan Ibu Kiyai Amin dari Nyai Khodijah. Setidaknya melalui jalur ibunya ini sampai pada tingkatan yang sama dengan ayahnya, namun berasal dari jalur Raden Ainul Yakin atau dikenal dengan Sunan Giri Gresik. Maka, darah pejuang Islam mengalir dari kedua orang tua Kiyai Amin, baik dari ayah maupun ibundanya.
Jalur kekerabatan dengan Joko Tingkir juga ditemukan dalam pribadi Isteri dari Kiyai Amin. Beliau ialah Aminah bin Mahbub bin Muhsinah bin Abd. Djabbar Maskumambang. Jalur ini ke atas menuju Kadiun bin Kudoleksono bin Kiyai Siman bin Nyai Sarimah bin Ongkoyudo bin Kiyai Abdullah Sambu Dukun bin Kiyai K. Abd Djabbar bin Pangeran Selarong bin Pangeran Buwono bin Joko Tingkir. Sehingga Nyai Aminah istri Kiyai Amin keturunan ke 13 ke atas melalui Joko Tingkir.
Adapun dari jalur ayahnya Kiyai Amin, Kyai Mustofa ke Joko Tingkir melalui saudara Pangeran Benowo, yaitu adiknya yang bernama Kiyai Jumali. Silsilah selengkapnya dimulai dari Kiyai Musthofa bin Nyai Khodijah binti Nyai Ruqoyyah binti Kiyai Harun bin Kiyai Qomaruddin bin Kiyai Samidin bin Nyai Jonah bin Kiyai Dentho bin Kiyai Jumali bin Joko Tingkir. Dari jalur ibu Kiyai Amin, yakni Nyai Aminah, juga bersambung ke Kiyai Harun bin Kiyai Qomaruddin, dengan jalur lengkapnya dimulai dari Nyai Aminah binti Kiyai Moh. Sholeh Tsani bin Nyai Rosiyah binti Harun bin Qomaruddin.
Kyai Amin sendiri merupakan anak ke tujuh dari pasangan KH. Musthofa bin Abdul Karim dengan Nyai Aminah binti Kiyai Moh. Sholeh Tsani Bungah, Gresik (Istri pertama). Kedua mempelai ini dikaruniai 10 orang anak, dua di antaranya meninggal di waktu kecil yaitu anak pertama dan terakhir. Sehingga yang masih hidup di antaranya dua orang perempuan bernama Nyai Maryam dan Nyai Sofiyah. Sedangkan kelima anak laki-lakinya selain Kiyai Amin adalah Kiyai Abdul Karim, Kiyai Moh. Sholeh, Kiyai Ahmad Muhtadi, Kiyai Abdur Rahman dan Kiyai Abdullah. Dengan demikian, dari perkawinan ini orang tua Kyai Amin dikaruniai sepuluh orang anak dua perempuan dan delapan laki-laki.
Kyai Mustofa juga memiliki isteri kedua bernama Nyai Marfu’ah binti Usman Paciran. Dari pernikahan ini Ayah Kiyai Amin mendapatkan anak enam orang. Dua di antara 6 bersaudara meninggal diwaktu kecil pula, yakni Abd. Hakim dan Mudzakkir. Sehingga dari jumlah yang tersisa saudara kandung Kiyai Amin adalah empat orang masing-masing dua orang perempuan yakni Nyai Fatimah dan Nyai Robi’ah serta dua orang saudara laki-laki yakni Ustadz Abd. Qodir dan Kiyai Moh Djabir. Dengan demikian, seluruh saudara Kiyai Amin 16 orang dengan dua ibu, dan yang meninggal dalam usia kecil sebanyak empat orang yang kesemuanya laki-laki.
Berpengaruh terhadap perkembangan Pesantren di Jawa
Ayah Kyai Amin (Kyai Mustofa) adalah seorang pengasuh pesantren Kranji. Pesantren ini mengajarkan kitab-kitab klasik dengan metode wetonan. Hal ini dilakukan Kiyai Musthofa selama 25 tahun sejak tahun 1918 sampai 1923 M. Bakat kepemimpinan pesantren ini juga merupakan turunan dari ayahnya atau Mbah dari Kiyai Amin. Beliau Kyai Abd Karim dari Tebuwung, Gresik. Jadi, bakat kepemimpinan dalam diri Kyai Amin sudah keahlian yang diturunkan secara genetik oleh keluarga besarnya.
Jalur keturunan pesantren besar juga terdapat dalam pribadi Kiyai Amin melalui ibunya Nyai Haji Aminah bin KH. Moh. Sholih Tsani. Ibunda kiyai Amin memiliki keturunan dari pengasuh Pesantren Qomaruddin, Bungah, Gresik. Setidaknya di dalam pesantren tersebut dikenal 3 nama yang sama; Muhammad Sholeh Awal, Tsani dan Tsalis. Ketiga nama tersebut merupakan bagian terpenting dalam perkembangan pesantren.
Muhammad Sholeh yang ketiga (1907) adalah kakak kandung Kyai Amin, sedangkan Sholeh kedua (1902) adalah Kakek dari Kyai Amin, karena beliau juga ayah dari ibunya Kiyai Amin, yakni Nyai Aminah. Beliau Muhammad Sholeh Tsani bernama kecil Mohammad Nawawi dari Rengel Tuban. Ayahnya bernama Madyani yang dikenal bernama KH Abu Ishaq. Sedang Kiyai Sholeh Awal merupakan putera ke delapan dari Kiyai Qomaruddin. Namun nama kecilnya Moh. Harun dan berubah nama sejak selesai menjalankan ibadah haji. Dengan demikian, keberadaan Kiyai Amin melalui jalur ibundanya memiliki keturunan besar dari Kiyai Qomaruddin Gresik.
Garis keturunan Kiyai Amin melalui ibundanya Nyai Aminah melahirkan banyak pesantren. Selain pesantren Qomaruddin dan pesantren al-Islah Bungah, Pesantren Leran Kiyai Abu Naim, Pesantren Matholiul Anwar Simo, dan Pesantren Kranji. Sedangkan melalui jalur kakeknya Kiyai Amin, Kiyai Abd Karim adalah pesantren Tebuwung yang kemudian dikenal bernama Pesantren al-Karimi. Demikian, beragam pesantren berkembang melalui darah Kiyai Amin ke atas melalui ayah dan ibunya.
***
*) Dr. Muhammad Alfatih Suryadilaga, M.Ag. Kelahiran Lamongan 26 Januari 1974.
Wakil Dekan AUPK FUSAP UIN Yogyakarta, Dosen IAT, Sos Fishum, PPS. Ketua
Redaksi Jurnal Esensia dan Sekretaris Redaksi Jurnal Musawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar