Judul buku: Islam digerogoti aliran desktruktif
Pengarang: Ma’ali Abdul Hamid Hamudah
Penerjemah: Drs. Yudian Wahyudi Wahyudi Asmin, Drs. Marwoto, Drs. Muh Raji HF
Penerbit: Pustaka Mantiq, Januari 1990
Tebal: 134 halaman
Peresensi: Sutejo
Koran Surya
ISLAM adalah suatu risalah, berarti agama akan berarti sebagai suatu ciri karateristik nilai. Lebih jauh, sering dikuatirkan sebagai sesuatu kekuatan yang akan mengancam bagi musuh-musuh Islam. Begitu juga, Islam bukankah sekadar agama yang mempunyai aturan ritual apatis, tetapi ruh dari Islam senantiasa menuntut ditegakkannya kebenaran.
Islam adalah perombak, pembaharu dari suatu alam kebodohan. Islam adalah pendobrak adapt kejahiliyahan yang telah menjadi nafas dan nadi sebuah kehidupan, untuk menuju suatu alam yang penuh dengan cahaya Illahi.
Tetapi, begitu muluskah perjalanan Islam? Begitu mudahkah langkah kaki Islam? Agaknya tidaklah demikian, ibarat bayi, sebelum lahir untuk menghirup kebebasan, dia telah terhalang dengan berbagai macam kekuatan destruktif yang mencoba untuk merobohkan Islam.
Pada uraian pertama dari buku ini, dikemukakan salah satu bentuk aliran destruktif –gerakan Qodyaniah-, yang oleh banyak sering dianggap sebagai salah satu kelompok (firqoh) Islam, perbedaanya hanya terletak pada faru’nya. Benarkah demikian? Buku ini mencoba mengajak pembaca untuk menelusuri dan melacak kesalahfahaman ini. Bahkan lebih jauh, buku ini merupakan upaya untuk meluruskan kesalahan yang terletak membudaya itu, dengan jalan menemukan (membongkar) kedok Qodyaniah yang benar-benar nyata bahayanya.
Pengarang buku ini, mencoba memberikan keotentikan fakta, dengan menampilkan salah satu ajaran Qodyaniah, diantaranya jika ada orang Islam Mati, maka ia tidak dishalati dan tidak dikuburkan di kuburan mereka. Ia tidak boleh kawin dengan seorang muslim, dan tidak boleh melakukan mumalah apa pun juga. Bahkan, bagi mereka, ia adalah kafir’’ (hal.13).
Lebih tandas lagi, nabi Qodyaniah Ghulan Ahmad mengatakan ‘’Barang siapa tidak beriman kepadaku, berarti tidak beriman kepada Allah dan rasulnya. (hal.13).
Di sisi lain, buku ini akan menguak: (a) bagaimana noda Qodyaniah bermula? (b) kapan kematiannya? kebohongan-kebohongan apa saja yang telah dilakukan? (d) sejauh juga (e) bagaimana hubungan dengan umat Israil? Jawabannya, adalah terurai pada bab pertama buku ini.
Pada bab kedua (Yahudi dan Syi’ah), tak kalah menarik, pada pembahasan ini diuangkapkan tentang tantangan destruktif yang merongrong Islam. Dimana, Yahudi yang mengaku sebagai penganut Syi’ah bekerja sama dengan tokoh majusi Persia dengan berbagai akal busuknya. Diantaranya, adalah pembuatan buku-buku yang berisi tafsir Al-quran, kemudian membantai kesucian hadist-hadist Ahlu sunnah Waljamaah. Di zaman khalifah Ustman dan Ali, Yahudi juga bergerak lincah yang berduet dengan tokoh majusi Persia, yang berpura-pura memeluk Islam. Tokoh yang muncul dari Yahudi adalah Ka’bul Akbar, kemudian di zaman Ali, muncullah Abdullah bin Saba’.
Aliran Ismailiyah.
Aliran ini dipelopori oleh seorang Yahudi yang bernama Abdullah bin Maimun Al Qaddah yang melahirkan aliran-aliran rahasia dan sesat. Aliran ini berdalih menjadi pembela rakyat kecil, dengan mempertentangkan dua lapisan masyarakat. ‘’Isu yang mereka tampilkan adalah kelas-kelas dalam masyarakat, tak ubahnya seperti komunisme di jaman modern ini. Mereka selalu menggunakan dua istilah, yaitu kelas penguasa yang menindas dan kelas rakyat jelata yang tertindas. (hal. 46).
Hal yang menarik, keadaan semacam ini pernah dimanfaatkan oleh kaum Bolseviks di abad 20, yang diujungnya melahirkan komunisme Internasional.
Gerakan-gerakan lain, seperti Rotary Club, Sekte Yahowa, Freemasonry, ataupun kelompok Ruhiyyah yang meninggalkan Islam adalah merupakan suatu gerakan destruktif yang tidak henti-hentinya mencoreng dan merongrong Islam. Dan semuanya, belumlah terungkap dalam tulisan ini. Suatu kelebihan dari buku ini, adalah kejelian pengarang dalam menangkap fenomena sosial, dan dengan gaya pengungkapan serta sistematika yang mudah diikuti, akan mengantarkan Anda dengan mudah memahami buku ini.
Di sisi lain, pengarang bermaksud menggelitik dan menggugah pembaca untuk mengenali, yang pada akhirnya memerangi wajah-wajah destruktif ini. Sebagai sebuah buku agama, isi, gaya pengungkapan dan penyajian ulasan dapatlah dikatakan bagus. Sebuah buku yang mencoba menceritakan duka-duka perjalanan Islam hingga sekarang. Buku ini adalah pembuka pikiran dan peralasan umat Islam untuk sadar dan berusaha menemukan gerakan destruktif dalam kenyataan sosial kita. Buku ini menjanjikan sejumlah pengetahuan, berderet cerita sejarah yang akan dapat ditemukan di dalam buku ini. Karenanya, patutlah dimiliki bagi segenap Muslim.
***
Dijumput dari: http://sastra-indonesia.com/2013/01/subversi-aliran-aliran-destruktif-dalam-tubuh-islam/
Pengarang: Ma’ali Abdul Hamid Hamudah
Penerjemah: Drs. Yudian Wahyudi Wahyudi Asmin, Drs. Marwoto, Drs. Muh Raji HF
Penerbit: Pustaka Mantiq, Januari 1990
Tebal: 134 halaman
Peresensi: Sutejo
Koran Surya
ISLAM adalah suatu risalah, berarti agama akan berarti sebagai suatu ciri karateristik nilai. Lebih jauh, sering dikuatirkan sebagai sesuatu kekuatan yang akan mengancam bagi musuh-musuh Islam. Begitu juga, Islam bukankah sekadar agama yang mempunyai aturan ritual apatis, tetapi ruh dari Islam senantiasa menuntut ditegakkannya kebenaran.
Islam adalah perombak, pembaharu dari suatu alam kebodohan. Islam adalah pendobrak adapt kejahiliyahan yang telah menjadi nafas dan nadi sebuah kehidupan, untuk menuju suatu alam yang penuh dengan cahaya Illahi.
Tetapi, begitu muluskah perjalanan Islam? Begitu mudahkah langkah kaki Islam? Agaknya tidaklah demikian, ibarat bayi, sebelum lahir untuk menghirup kebebasan, dia telah terhalang dengan berbagai macam kekuatan destruktif yang mencoba untuk merobohkan Islam.
Pada uraian pertama dari buku ini, dikemukakan salah satu bentuk aliran destruktif –gerakan Qodyaniah-, yang oleh banyak sering dianggap sebagai salah satu kelompok (firqoh) Islam, perbedaanya hanya terletak pada faru’nya. Benarkah demikian? Buku ini mencoba mengajak pembaca untuk menelusuri dan melacak kesalahfahaman ini. Bahkan lebih jauh, buku ini merupakan upaya untuk meluruskan kesalahan yang terletak membudaya itu, dengan jalan menemukan (membongkar) kedok Qodyaniah yang benar-benar nyata bahayanya.
Pengarang buku ini, mencoba memberikan keotentikan fakta, dengan menampilkan salah satu ajaran Qodyaniah, diantaranya jika ada orang Islam Mati, maka ia tidak dishalati dan tidak dikuburkan di kuburan mereka. Ia tidak boleh kawin dengan seorang muslim, dan tidak boleh melakukan mumalah apa pun juga. Bahkan, bagi mereka, ia adalah kafir’’ (hal.13).
Lebih tandas lagi, nabi Qodyaniah Ghulan Ahmad mengatakan ‘’Barang siapa tidak beriman kepadaku, berarti tidak beriman kepada Allah dan rasulnya. (hal.13).
Di sisi lain, buku ini akan menguak: (a) bagaimana noda Qodyaniah bermula? (b) kapan kematiannya? kebohongan-kebohongan apa saja yang telah dilakukan? (d) sejauh juga (e) bagaimana hubungan dengan umat Israil? Jawabannya, adalah terurai pada bab pertama buku ini.
Pada bab kedua (Yahudi dan Syi’ah), tak kalah menarik, pada pembahasan ini diuangkapkan tentang tantangan destruktif yang merongrong Islam. Dimana, Yahudi yang mengaku sebagai penganut Syi’ah bekerja sama dengan tokoh majusi Persia dengan berbagai akal busuknya. Diantaranya, adalah pembuatan buku-buku yang berisi tafsir Al-quran, kemudian membantai kesucian hadist-hadist Ahlu sunnah Waljamaah. Di zaman khalifah Ustman dan Ali, Yahudi juga bergerak lincah yang berduet dengan tokoh majusi Persia, yang berpura-pura memeluk Islam. Tokoh yang muncul dari Yahudi adalah Ka’bul Akbar, kemudian di zaman Ali, muncullah Abdullah bin Saba’.
Aliran Ismailiyah.
Aliran ini dipelopori oleh seorang Yahudi yang bernama Abdullah bin Maimun Al Qaddah yang melahirkan aliran-aliran rahasia dan sesat. Aliran ini berdalih menjadi pembela rakyat kecil, dengan mempertentangkan dua lapisan masyarakat. ‘’Isu yang mereka tampilkan adalah kelas-kelas dalam masyarakat, tak ubahnya seperti komunisme di jaman modern ini. Mereka selalu menggunakan dua istilah, yaitu kelas penguasa yang menindas dan kelas rakyat jelata yang tertindas. (hal. 46).
Hal yang menarik, keadaan semacam ini pernah dimanfaatkan oleh kaum Bolseviks di abad 20, yang diujungnya melahirkan komunisme Internasional.
Gerakan-gerakan lain, seperti Rotary Club, Sekte Yahowa, Freemasonry, ataupun kelompok Ruhiyyah yang meninggalkan Islam adalah merupakan suatu gerakan destruktif yang tidak henti-hentinya mencoreng dan merongrong Islam. Dan semuanya, belumlah terungkap dalam tulisan ini. Suatu kelebihan dari buku ini, adalah kejelian pengarang dalam menangkap fenomena sosial, dan dengan gaya pengungkapan serta sistematika yang mudah diikuti, akan mengantarkan Anda dengan mudah memahami buku ini.
Di sisi lain, pengarang bermaksud menggelitik dan menggugah pembaca untuk mengenali, yang pada akhirnya memerangi wajah-wajah destruktif ini. Sebagai sebuah buku agama, isi, gaya pengungkapan dan penyajian ulasan dapatlah dikatakan bagus. Sebuah buku yang mencoba menceritakan duka-duka perjalanan Islam hingga sekarang. Buku ini adalah pembuka pikiran dan peralasan umat Islam untuk sadar dan berusaha menemukan gerakan destruktif dalam kenyataan sosial kita. Buku ini menjanjikan sejumlah pengetahuan, berderet cerita sejarah yang akan dapat ditemukan di dalam buku ini. Karenanya, patutlah dimiliki bagi segenap Muslim.
***
Dijumput dari: http://sastra-indonesia.com/2013/01/subversi-aliran-aliran-destruktif-dalam-tubuh-islam/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar