Sabtu, April 24, 2010

EKSORDIUM RATU ADIL: BAHASA MENGGERAKKAN JIWA

Nurel Javissyarqi

“Tulisan sastra-filsafat tidak perlu dipertanggungjawabkan!”
Pendapat itu terlontar dari seorang pendidik di sebuah universitas daerahku, lulusan S3. Guru sewaktu aku dibangku sekolah menengah pertama. Insan cerdas yang mengagungkan profesi, sebab di atas rata-rata penduduk tempat tinggalnya. Tapi mahasiswanya tak banyak baca, aku kerap duduk-duduk bersantai di toko buku dekat kampusnya, hanya satu-dua datang melihat. Padahal buku di sana tersedia lumayan pun murah. Masyarakat belum suka baca, meski sudah bisa membaca, lantas buat apa sejak kecil sekolah sampai perguruan tinggi?

Aku rasa pecandu buku lebih melek, meski selembar kertas tercecer di jalanan. Ini keras kepalaku, meninjau balik tak puas mata pelajaran, apalagi dipaksa duduk di bangku kaku. Di sini menantang segugus gagasan pada orang-orang merasa new criticism, tentu lebih baik dari kwalitasku. Demikian menuntut diri memproduksi kebodohan, sebab hidup penangguhan. Bukan nganggur puas gajian, apalagi mentereng berwajah profan.

Perjalanan nalar ini berangkat dibodoh-bodohkan sejak kecil sampai kini. Hal yang ku syukuri namun tidak asyik, kala yang begitu tak berbuat lebih. Harapanku jujur terima titik kebertemuan, sadar miliki peran masing-masing. Sebaiknya bekerja tak usah menggerutu, sedang dirinya sendiri tak mampu. Andai menjelma pendendam, dendamlah manis berolah sayang. Seperti disentil berkali-kali teringat kalimah itu. Lewat ini aku sentil balik orang-orang serupa, sejauh kata-kataku jatuh. Dalam pengajaran, insan sombong sunah disombongin, tapi bukan lantas merendahkan. Sebab itu tak memungkinkan mencapai lapisan langit terbaik. Eksordium ini menegur, sedikit kasar sebab mereka norak terhadapku.

Tentang tanggung jawab, aku ambil sebaris ujaran Derrida dalam Specters Of Marx, Dedikasi: “…tanggung jawab tidak terbatas, tidak membolehkan nurani yang bersih menutup mata.”

Pun keseluruhan dunia penuh tanggung jawab, meski lahirnya acak oleh pantulan sebab. Ialah memikul akibat dari yang diperbuat. Walau pengecutnya seorang tetap bertanggung atas dirinya. Pencuri bertanggung jawab utilannya dengan hati was-was memenuhi kebutuhan anaknya. Seorang pintar oleh kelihaiannya, bukan memberi kebenaran tunggal. Kita tahu hakim itu anak turun kekejaman yang dimanusiawikan. Tahap ini harus mendaki, agar tak terjadi kemandekan nilai. Ketakpuasan itu bara jiwa; aku bertanya dan pada diri telah lebih. Bahkan jawaban itu jarak permenungan terhadap nilai yang tersebar. Akan kerap menampar angin, jika yang terkenai selalu menggelinding bukan pengulangan tanpa makna, tapi penggalian alam data menjadi logika rasa.

Olehnya, sastra memiliki tanggung jawab lebih daripada ilmu logika semata, struktur kaku prakmatis buta, tarian patah menyakitkan mata, jauh di bawah lincah sastrawi. Wajib dipertanggungjawabkan sebelum berimbas kefatalan. Kita sadar bahasa dapat menggerakkan jiwa, mengomando perasaan suntuk atas pengendalian penulisnya. Perubahan sosial tak lebih praktek dari kalimah memukau, propaganda mencengangkan nalar, apalagi skat perubahan bathin kini berlesatan. Revolusi memberi tanda keberhasilan dari gerak bahasa menyedot simpati. Sedang logika rasa berperan penting di tengah istirah, maka tampaklah penilaian debur ombak objektifitas seseorang, seperti kaos lebih luwes dibanding baju kemeja. Anak-anak jalanan berpapasan orang-orang berdasi, kerap membaca. Jangan kira pejalan tidak punya penilaian jasa. Yang tertindas selalu membuka kemungkinan datangnya Ratu Adil dalam diri.
***

Berfikir merupakan aktifitas pohon nalar, mencari data bertebarang dibentuk dalam susunan, diwujudkan kesatuan pengertain. Ini berkembang sejauh daya penalaran, di samping sejarah pertumbuhan. Pengetahuan ialah buah akal di jalan pengalaman terdukung imajinasi. Gerak berfikir tanpa bantuannya, hanya menghasilkan sistematis kering. Imajinasi inilah abstrasi percepatan fikir menjangkau, ditempatkan di kursi berukuran nilai. Pengambilan ini disebutlah kerjanya ilmu pengetahuan.

Yang kusampaikan wewarna suatu masa bisa berubah tiupan angin, tapi setidaknya punya kesadaran pertama sebelum jauh, sadar yang diperbincangkan kini. Ialah terbangun olahan pengalaman di kursi sendiri; kesadaran berada dapat mengambil sekiranya perlu, dan tidak kesampingkan pola yang menambah kehendak mengembang. Ini kapasitas tersadar luapan, kesengajaan menggesek sudut-sudut dimaknai, bisa tidak dipercaya. Yang jelas kesamaan-perbedaan terbentuk bukan tanpa alasan, semua berangkat dari landasan masing-masing. Menggali potensi bernalar merasai, sejauh nafas imaji mendorong ke puncak pengetahuan. Hakikat ini apakah benar atau lewat? Boleh jadi yang tertulis bukan apa-apa, namun bukankah tersebut sering tak tersentuh. Sebab itu aku berharap saudara menyuntuki, yang dibilang biasa sampai memantulkan nilai tambah.

Mari mengarungi gelombang perubahan hayat. Kita sentuh dapati butiran laut pengetahuan, lama-lama airnya kering menggaram di kulit. Aku sekadar kembangkan keliaran berfikir demi sejauh mana terjatuh dari ketinggian dakian, atau termasuk tak punya kerjaan. Menancapkan kayu-kayu di pekarangan yang telah ada pagarnya seperti orang gila. Atau menghiasi pagar bercat warna-warni agar menarik dipandang tanpa kerutkan dahi, atau terlampau tidak bisa dimengerti. Bahasa tergunakan pun sebatas kemampuan memasalahi keberadaan diri atas nuanse yang ada bagi kehadiran pembaca. Yang terlakukan sebatas dan semua orang bisa jikalau meluangkan masa. Aku perturutkan kebodohan hingga hadir meski acak, bukan itu diharapkan. Orang-orang menarik pengalaman bagi paham menyerupai latihan, demi tidak gugup di ruang asing nalar gemilang.

Saat ketengahkan serasa berhadapan hantu-hantu logika, malaikat metafisis merindingkan bulu-bulu, mengeluarkan keringat dingin dari pori-pori ketakutan. Padahal yang hendak disampaikan meluapkan gagasan kemandirian sebagai insan berdampingan badan lain. Aku tak menyoal saat hasil dikonceki sampai kepemilikan bukan murni, tapi dari rangsangan. Diri ini mencoba merumuskan namun gagal di tengah jalan. Mungkin sang cerdas ketahui juga berangkat dari hal terusahakan kini, hanya lebih encer dari kepalaku yang bebal. Maka izinkan pertentangkan nalar demi temukan anatomi kesadaran, sampai ketahui kepemilikan pribadi.
***

Pendekatan sekadarnya awalan ini. Memasukkan bahan secukupnya untuk diolah di lambung penalaran dengan kesederhanaan, harapannya tidak melambung ke langit tak terjangkau atau terlalu menghujam ke perut bumi mustahil digali. Lewat semak-semak di sekitar bunga dilewati orang berlalulalang mengikuti perubahan. Aku cukupkan pengamatan sesederhana mungkin, agar bisa dinikmati bersama.

Ini dorongan kebutuhan tak harus dikeruk dalam demi kesiapan belum tertandai, tapi dengan penerimaan tak sampai mata berkunang. Kita mulai temukan jalan kehati-hatian, mengunyah bahan terperoleh tandingan, jika kiranya dasar terambil menyerupai diperlukan. Olehnya buah ide kurang tepat jika didialogkan sepintas keinginan yang mencerminkan apologi sepihak, meski dengan argumentasi kuat. Tulisan ini bukan mengamini kebenaran yang datangnya cepat, namun setujui akhir setelah jarak menyimak. Kepastian sesudah menyuntuki, jalanan terlewati memiliki nafas sendiri.

Sebuah ide bukan temuan murni meski terlahir dari ketiadaan hampa. Nyatanya segala berangkat dari ruang-waktu tertentu, pula miliki nilai tersendiri di hadapan pelaku. Bukan berarti aku hampiri berdada terbuka, sebab betapa pun saudara tidak mau membaca, jika yang kutawarkan bugil adanya. Ada usaha dilakukan pembaca, menyimak teks jadi bagian dirinya, kalau menghadap putusan jitu. Perkiraan belum tentu benar, meski mutlak telah ditunjukkan data empiris. Olehnya juga temukan getaran kalimah yang sanggup menyatukan energi kedalaman, melahirkan gagasan yang tidak diperkirakan sebelumnya, inilah logika rasa tengah mengejawantah.

Di sini tak hidangkan kalimah juntrung, pula keluar ke suatu kegilaan mabuk pengucapkan tanya. Kita tahu kuatnya kontrol tetap telah diatur, ini berdekatan manipulasi data. Olehnya sebagai pembaca wajib curiga pada teks ketuk palu agar tak terjerembab. Sebab bukan satu-satunya kebenaran, bisa saja kita benar pun paham lain benar dalam satu kasus, meski penyelesainnya bertolak. Tidakkah jika mengambil secukupnya mangfaat, akan hasilkan situasi menyehatkan. Kadang paksaan menghadirkan lebih, juga tidak memungkiri bertolak. Seobyektif apapun argumentasi ialah pantulan subyektifitas, maka kurang tepat berguru pada beberapa mengamatan sambil mengindahkan tempat lain, meski kurang suka. Kita bisa bayangkan betapa luas obyektifitas temuan, masih terjerat langkah sendiri. Tapi bukan berarti kecelakaan atau mencederai, tentu dapat meraba proses pengambilan secukupnya, agar yang terpampang ditarik tidak kelewat batas.

Yang dipergunakan ini untuk meringkas pandangan dalam alat. Bukan berhamburan pada ruang mendapati halusinasi. Ini tidak kita butuhkan, agar percepatan yang ada dalam kurun waktu tepat, andai kelambatan tetap dapat dipetik pelahan. Beginilah aku mengamati sebuah obyek, saudara bisa meneruskan yang tampil menjadi obyek tersendiri sebagai kerahasiaan. Mengerti kedudukan, tanpa aku sungkan menyuruh duduk atau berdiri, sebab saudaralah terbaik. Kemungkinan jelas, tanggung jawab nalar perasaan milik sendiri di hadapan memahami.
***

Dapat dikata ini mengembangkan kesadaran budaya, diri dan peranan. Itulah bukit kesadaran menuangkan fikiran perasaan. Pengolahan keduanya demi kembarakan diri bersama kekinian mencapai realitas masa depan. Tentu terima cemooh, sebab apalah dariku yang baru menginjak usia tiga puluh tahun, barusan menapaki jalan penulisan. Kiranya tak menutup dibenahi, agar berpengalaman menghidangkan di suatu perjamuan.

Aku rasa inilah suara pedesaan di sebuah negara carut marut membenahi pribadi bangsanya, tertatih gagap mengolah perubahan, namun jika singsingkan lengan lebih baik, meski banyak terjadi pengeroposan. Kita tentu memiliki mimpi menata batu tak lagi sandungan, tapi bahan bangunan yang suatu saat ada orang ambil manfaat, mendiami karena dijadikan pemukiman teridam. Akulah yang bodoh menyungguhi kesadaran, dari itulah izinkan mengaca di cermin sekalian, agar peroleh bentuk kesejatian anatomi diri, di jarak publik dalam kamar pembaca.

Meski pembongkarang belum berkesimpulan kuat, aku percaya kegoyahan menyunggi beban, kalau dilatih semakin kokoh otot-otot tidak lagi dinamakan beban, tapi mengasyikan daripada menganggur tanpa pegangan. Kita sadar nilai lahir dari kesucian. Kala bertambah dewasa, banyak jemari ingin memanfaatkan untuk menjajah sesama. Nilai rasa malu, hormat, kasih sayang, kebajikan, lama-lama tergerogoti sendiri sebab terlampau bisa dikuasai hasrat terpendam, karena telah akrab jenis dendam yang kan dilahirkan. Atau yang lahir di rahim kebajikan tapi tiada kedinamisan, mencemaskan virus pengendapan tidak sehat. Sebab itu, kita kembali temukan carut-marut mengenyam perubahan dan bisa kuasai lewat elastisitas, mendapati senyum tulus tiada cemburu buta, melaksanakan nilai-nilai dalam kemajuan berbangsa.
***

Syukur atas anugerah usia, kenikmatan cahaya serentetan sejarah, bunga rampai peradaban unggul, buah-buah nikmat para insan utama, harum kopi pengantar para ilmuwan, kepulan cerutu penambah pacuan, senyum kasih memantapkan tujuan, sensasi keceriahan mencerahkan perbaikan. Kesempatan diberikan terus belajar di tumpukan ruang-waktu kesehatan yang mengintriki jiwa keimanan.

Maaf atas kekurangan jejaring pemikiran kalbu, masih terusik hawa lintasan. Tapi semoga yang terusahakan bermanfaat, walau mentah di usia pendakian. Olehnya berharap saran, agar bertambah baik terjelaskan posisi gagasan, atas tegur sapa temukan lebih mendekati purna. Ini jangan-jangan semiologi gerak keadaban mendatang. Berangkatnya dari gelisah tapi bukan lepas kajian. Lalu tumbuh kesadaran diri bersama pengertian, yang penarikannya jauh terkembang.

Terimakasih uluran waktu pembaca, hingga mempuni menggetarkan cakrawala menambah kemudahan. Sekali lagi aku sadar keterbatasan tingkat emosi masih belia dalam kancah menebarkan khasana, yang reracikan bumbunya pun tidak sesedap berimbang judul, tapi kiranya tidak mematikan rasa. Tidakkah jalan-jalan dilalui, segera terfahamkan yang dimaksud kehidupan. Karena kumpulan ini sejenis buah mentah butuh permenungan, lewat itu faham maksud terharapkan kalimahnya.

Ini selenting percik api sadarkan kulit bermata terkantuk, bukan mencengangkan. Tentu saudara lebih luas pandangan dariku yang baru belajar mengeluarkan beban keinginan. Serta kurangnya dinaya penangkapan harapan terdalam, maka belumlah terangkat jernih. Tapi sungguh niatannya berhasrat kelestarian alam, berimbangnya masyarakat kesampingkan salah faham menuju kebaikan. Para insan berkedudukan saling tukar informasi, menambah kandungan keadaban. Impian berjembatan menyatukan pandangan yang menampilkan berita perbaikan, bukan percabang jiwa.

Agustus 2006, lamongan, Jawa.
*) dijumput dari pengantar buku Trilogi Kesadaran.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Hana N.S A. Iwan Kapit A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.C. Andre Tanama Aa Sudirman Abd. Basid Abdul Aziz Rasjid Abdul Ghofar Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Muid Badrun Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdullah Ubaid Matraji Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abonk El ka’bah Acep Zamzam Noor Ach. Nurcholis Majid Achmad Farid Tuasikal Achmad Maulani Adi Faridh Adi Marsiela Adi Sucipto Adian Husaini Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrian Ramdani AF. Tuasikal Afnan Malay Afrizal Malna AG Hadzarmawit Netti AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Majestika Aguk Irawan M.N. Agung Prihantoro Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R Sarjono Agus S Warman Agus Sri Danardana Agus Sulton Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Rafiq Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syafii Maarif Ahmad Taufik Ahmad Thohari Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Al-Fairish Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Ali Irwanto Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Alvi Puspita Amang Mawardi Ambarukminingsih Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Amirullah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andhi Setyo Wibowo Andik Nurcahyo AndongBuku #3 Andry Deblenk Anindita S. Thayf Aning Ayu Kusuma Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anwari WMK Aprillia Ika Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Arif Firmansyah Arifun Najib Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arys Hilman Asarpin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asri Bariqah Awalludin GD Mualif Azumardi Azra Azyumardi Azra Baca Puisi Badaruddin Amir Balada Bambang kempling Bambang Satriya Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benni Indo Benny Benke Benny D Koestanto Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Koran Bernada Rurit Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Palopo Budi Purnomo Buldanul Khuri Bunda Zakyzahra Tuga Bungaran Antonius Simanjuntak Candrakirana Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Che Guevara Coronavirus Cover Buku Kritik Sastra Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi II Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi IV Cover Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi V D. Zawawi Imron Dadan Maula Darmawan Dadang Ari Murtono Dahlan Kong Damanhuri Zuhri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Dedykalee Deni Ali Setiono Deni Jazuli Denny Ardiansyah Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan Dewi Indah Sari Dhanu Priyo Prabowo di Bluri di Karangasem Dian Sukarno Diana AV Sasa Diana Ifrina Ernawati Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dini Tri Dinoroy M. Aritonang Dion Maulana Prasetya Diskusi buku Djaka Susila Djenar Maesa Ayu Djesna Winada Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Budiono Herusatoto Drs H Choirul Anam Drum Band MI Miftahul Ulum (Kuluran) Dudi Rustandi Dunia Penerbitan Indonesia Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Nikmatika Roma Dwi Pranoto Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddy D. Iskandar Edeng Syamsul Ma’arif Edi Faisol Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elly Burhaini Faizal Elly Trisnawati Ellyn Novellin Emerson Yuntho Emha Ainun Nadjib Emil WE Endang Supriyadi Endi Haryono Endri Y Erdogan Esai Esha Tegar Putra Esme Fadliha Etik Widya Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fadjriah Nurdiarsih Fahmi Fahrudin Nasrulloh Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faris Al Faisal Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Felix K. Nesi Festival Mocosik Festival Seni Internasional 2010 Yogyakarta Festival Seni Internasional 2014 Yogyakarta Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan festivalsenisurabaya.com Fikri. MS Firdawsi Fortus Pake Forum Lingkar Pena Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Foto Franditya Utomo Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Magnis-Suseno Friski Riana Fuad Hasan Nasihin Fuji Pratiwi Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawa Gede Mugi Raharja Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gedung Sangbala Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gito Waluyo Goenawan Mohamad Golput Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma’ruf Amin Gus Dur H Ikhsan Effendi H. Usep Romli H.M H.B. Jassin H.O.S Cokroaminoto Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Hadi Napster Hadziq Jauhary Halim H.D. Halimatussa’diyah Hamberan Syahbana Hamluddin Hana Pertiwi Hanif Nashrullah Hardono Haris del Hakim Haris Firdaus Haris Priyatna Haris Saputra Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Basri Hasan Junus Hasanuddin WS Hasnan Bachtiar Helmi Y Haska Helmy Tasaufy Hera Khaerani Herdiyan Heri C Santoso Heri Latief Herman Herman Hasyim Herman RN Herry Lamongan Herry Mardianto Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Homaedi I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I Wayan Seriyoga Parta IBM. Dharma Palguna Ibnu PS Megananda Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Mustofa Imam Nawawi Imam Qodim Al-Haromain Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Imelda Imron Arlado Imron Rosidi Imron Rosyid Imron Tohari Indrian Koto Ingki Rinaldi Ipik Tanoyo Ire Irvan Sihombing Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismet NM Haris Ismi Wahid Isnanur Janah Iswadi Pratama Isyana Artharini Iwan Nurdaya-Djafar Iwank Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Janual Aidi Javed Paul Syatha Jazzi Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jembatan Kuno Yang Misterius Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Jodhi Yudono Jogjanews.com John Joseph Sinjal Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Paket Hemat Juara Ke 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jumartono Jurnalisme Sastra Jusuf A.N K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.Y. Karnanta Kadjie Mudzakir Kaheesa Kirania Putri Ayu Kang Daniel Kapal Nabi Nuh Karanggeneng Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kautsar Muhammad Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) KH Abdul Ghofur KH Bisri Syansuri KH. Abdul Aziz Masyhuri KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khoirul Abidin Khoirul Inayah Ki Ompong Sudarsono Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kika Dhersy Putri Kitab Arbain Nawawi KITLV Koh Young Hun Koko Sudarsono Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopi Sunan Drajat Kopuisi Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Krisman Kaban Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kulonprogo Kurnia Effendi Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswinarto L Ridwan Muljosudarmo Laboratorium Sinematografi dan Pertunjukan UNISDA Lamongan Lagu Lailiyatis Sa'adah Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Sarmili Literasi Liza Wahyuninto Lugiena De Lukas Adi Prasetyo Lukisan Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lusia Kus Anna Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Lutfi M. Mushthafa M. Romandhon M. Sunyoto M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M’Shoe Made Geria Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahrus eL-Mawa Majelis Ulama Indonesia Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcus Suprihadi Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Maruli Tobing Mashuri Masuki M. Astro Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Wulan Medco Media Lamongan Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Meka Nitrit Kawasari Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka MI Thoriqotul Hidayah Pilang 1 Mia Arista Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Miftahul A’la Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Ghufron Cholid Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Samsul Arifin Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Ali Athwa Mohammad Eri Irawan Mohammad Rafi Azzamy MTs Putra-Putri Simo Sungelebak Muh Kholid A.S Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Amin Muhammad Arif Muhammad Aris Muhammad Eko Nugroho Muhammad Hidayat Muhammad Muhibbuddin Muhammad Musa Muhammad N. Hassan Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mukafi Niam Mukhsin Amar Mulyani Hasan Mulyo Sunyoto Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Munawir Aziz Muntamah Cendani Musfarayani Musfi Efrizal N. Syamsuddin CH. Haesy Nadine Tri Duhita Naim Nanang Suryadi Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Nara Nazaruddin Azhar Neli Triana Ngatini Rasdi Nh. Anfalah Ni Luh Made Pertiwi F Ni Made Frischa Aswarini Ninuk Mardiana Pambudy Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noval Jubbek Noval Maliki Novel Novel Pekik Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Hayati Nur Kholiq Nur Kholis Huda Nurani Soliha Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Ochi Oil on Canvas Oky Sanjaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Paciran Pameran Seni Rupa Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik Panji Satrio Patung Sphinx PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan 2020 Pelukis Dahlan Kong Pelukis Harjiman Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit Progresif Penerbit PUstaka puJAngga Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Peringatan Hari Santri TPQ Al-Hidayah 22 Oktober 2017 Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren Sunan Drajat Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Pilang Tejoasri Lamongan Jawa Timur Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prosa Proses Kreatif Puisi Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka GU Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. N. Bayu Aji R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rafita Dewi Rahmah Maulidia Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rameli Agam Rana Akbari Raras Cahyafitri Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Revdi Iwan Syahputra Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Ridlwan Ridwan Munawwar Riki Utomi Rinny Srihartiny Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robert Adhi Kusumaputra Robin Al Kautsar Roby Karokaro Rodli TL Rof Maulana Rofiqi Hasan Rojiful Mamduh Rokhim Sarkadek Rosdiansyah Rosi Rosidi Rudi S. Kalianda Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rx King Motor S Jai S Yoga S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Sabrina Asril Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salim Alatas Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saratri Wilonoyudho Sari Oktafiana Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sejarah SelaSastra SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang Selvie Monica S Sendang Duwur Tahun 1920 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Shohebul Umam JR Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sifa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simon Saragih Sirikit Syah Siti Muti’ah Setiawati Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Slavoj Zizek Soelistijono Soetanto Soepiadhy Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Sohirin Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Mulyani Sri Wintala Achmad ST Indrajaya Stanley Adi Prasetyo Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sudirman Hasan Sugeng Ariyadi Sugeng Wiyadi Sugiarto Sugito Wira Yuda Suhartono Sujatmiko Sukardi Rinakit Sukitman Sumenep Sunarno Wibowo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susie Evidia Y Sutamat Arybowo Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Suyatmin Widodo Svet Zakharov Syaf Anton Wr Syaiful Bahri Syaiful Irba Tanpaka Syaiful Mustaqim Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syi'ir Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tanjung Kodok Tahun 1947 Tasman Banto Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Ganast MAN Lamongan Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Sakalintang Teater Sangbala Teater Sundra Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tewol Teater Tewol Lamongan Teguh LR Teguh Winarsho AS Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thamrin Dahlan Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute (IHI) Thohir Thompson Hs Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto To Take Delight Toni Munajat Tosa Poetra Tri Andhi S Tri Wahono Trisno S. Sutanto Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Unieq Awien Universitas Airlangga Surabaya Universitas Jember Untung Basuki Ustadz Charis Bangun Samudra Utami Diah Kusumawati Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Wahyu Aji Wahyudi Zuhro Wan Anwar Warjati Suharyono Wawan Eko Yulianto Wawan Hudiyanto Wawancara Wayan Sunarta Welly Suryandoko Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yanuar Jatnika Yanuar Yachya Yaumu Roikha Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yerusalem Ibu Kota Palestina Yesi Devisa YF La Kahija Yogyo Susaptoyono Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudi Latief Yuli Yuni Ikawati Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zahrotun Nafila Zaim Uchrowi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimras Zen Hae Zuhdi Swt