Krisman Kaban
http://www.sinarharapan.co.id/
Judul Buku: Patriotisme Semangat Bela Negara
Penulis: Tono Suratman
Editor: Save M Dagun dan Arief Prayitno
Tahun Terbit: 2008
Penerbit: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara (LPKN)
Halaman: 198 hal.
Kata Patriotisme semakin jarang kita dengar. Padahal, semangat patriotisme itu sesungguhnya tidak boleh pudar dalam kehidupan kita sebagai individu maupun dalam berbangsa dan bernegara. Namun, harus diakui bahwa semangat patriotisme itu dari waktu ke waktu semakin terdegradasi.
Kondisi itu tentu sangat mengkhawatirkan di tengah arus globalisasi yang makin tak terbendung masuk ke semua lini. Tingkah laku masyarakat kita pun kian jauh dari semangat kebersamaan. Sebagian besar orang kini lebih bangga kepada produk-produk asing, bahkan bangga terhadap bangsa asing.
Kebanyakan masyarakat kini juga lebih mengutamakan kepentingan pribadi dan masa bodoh dengan orang lain, apalagi kepentingan negara.
Nah, di sinilah pentingnya kembali menghidupkan semangat patriotisme. Mayjen TNI Tono Suratman yang kini menjabat Panglima Kodam VI Tanjungpura mencoba menggelitik kita dengan menuliskan sebuah buku Patriotisme Semangat Bela Negara. Apa yang digambarkan dalam bukunya sangat terang bahwa patriotisme itu tidak boleh pudar dan harus terus dikobarkan dari generasi ke generasi.
Patriotisme untuk membela negara itu bukan melulu hanya oleh aparat keamanan seperti tentara atau polisi dan lainnya, tetapi semua warga negara, sesuai dengan bidangnya masing-masing. Kesadaran itulah yang dicoba dibangkitkan kembali oleh penulis yang lulus Akabri dari Kecabangan Infanteri tahun 1975 ini.
Motivasinya jelas yakni agar terpaan dan gerusan pengaruh zaman dapat dieliminasi dan kembali ke cita-cita luhur NKRI. Kemandirian bangsa dalam berbagai bidang sebuah keharusan yang wajib diwujudkan. Mencapai itu, jiwa dan semangat patriotisme itu perlu ditanamkan pada segenap masyarakat dari generasi ke generasi.
Kecintaan terhadap bangsa dan negara serta semangat untuk memajukan bangsa ini sebagai upaya bela negara harus dimiliki oleh segenap anak bangsa.
“Karenanya, rangkaian tulisan dalam buku ini diharapkan dapat membangun wawasan, memahami jati diri bangsa dan memberikan motivasi kepada komponen bangsa untuk senantiasa membangun dan mencintai bangsanya demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo dalam kata sambutannya mengomentari terbitnya buku tersebut.
Kehadiran buku setebal 198 halaman ini memang mendapat sambutan luar biasa dari berbagai kalangan. Buku yang diterbitkan Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara ini edisi cetakan pertama November 2008. Namun, antusiasme masyarakat cukup tinggi, sehingga Desember 2008 langsung dilakukan cetak ulang.
Beberapa tokoh yang memberikan sambutan buku ini antara lain Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso, KSAD Agustadi Sasongko Purnomo, Direktur Esekutif Reform Institute, Dr Yudi Latif, Marsekal Muda (Purn) Graito Usodo, Gubernur Lemhanas Prof Dr Muladi SH, dan Franz Magnis-Suseno SJ.
“Buku ini memandang cinta negeri (amore patria) sebagai kebajikan luhur dan jiwa patriotik sebagai taruhan kebesaran bangsa. Jika pada masa lalu patriotisme mampu membebaskan bangsa dari kolonial, pada masa kini ia ditantang untuk memulihkan harkat bangsa di pentas dunia. Suatu buku yang pantas dibaca oleh mereka yang pedulu negeri,” kata Yudi Latif.
Sementara itu, Franz Magnis-Suseno SJ berpendapat, NKRI membutuhkan prajurit yang mencintai Tanah Air, berwawasan kebangsaan, bebas dari kesukuan, kedaerahan dan keagamaan yang sempit, pendukung demokrasi, sadar akan hak-hak manusia, jujur, bertanggung jawab, berani dan kompeten. Buku karya Pak Tono Suratman ini dapat menjadi pemandu ke cita-cita keprajuritan Indonesia abad ke-21 ini.
http://www.sinarharapan.co.id/
Judul Buku: Patriotisme Semangat Bela Negara
Penulis: Tono Suratman
Editor: Save M Dagun dan Arief Prayitno
Tahun Terbit: 2008
Penerbit: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara (LPKN)
Halaman: 198 hal.
Kata Patriotisme semakin jarang kita dengar. Padahal, semangat patriotisme itu sesungguhnya tidak boleh pudar dalam kehidupan kita sebagai individu maupun dalam berbangsa dan bernegara. Namun, harus diakui bahwa semangat patriotisme itu dari waktu ke waktu semakin terdegradasi.
Kondisi itu tentu sangat mengkhawatirkan di tengah arus globalisasi yang makin tak terbendung masuk ke semua lini. Tingkah laku masyarakat kita pun kian jauh dari semangat kebersamaan. Sebagian besar orang kini lebih bangga kepada produk-produk asing, bahkan bangga terhadap bangsa asing.
Kebanyakan masyarakat kini juga lebih mengutamakan kepentingan pribadi dan masa bodoh dengan orang lain, apalagi kepentingan negara.
Nah, di sinilah pentingnya kembali menghidupkan semangat patriotisme. Mayjen TNI Tono Suratman yang kini menjabat Panglima Kodam VI Tanjungpura mencoba menggelitik kita dengan menuliskan sebuah buku Patriotisme Semangat Bela Negara. Apa yang digambarkan dalam bukunya sangat terang bahwa patriotisme itu tidak boleh pudar dan harus terus dikobarkan dari generasi ke generasi.
Patriotisme untuk membela negara itu bukan melulu hanya oleh aparat keamanan seperti tentara atau polisi dan lainnya, tetapi semua warga negara, sesuai dengan bidangnya masing-masing. Kesadaran itulah yang dicoba dibangkitkan kembali oleh penulis yang lulus Akabri dari Kecabangan Infanteri tahun 1975 ini.
Motivasinya jelas yakni agar terpaan dan gerusan pengaruh zaman dapat dieliminasi dan kembali ke cita-cita luhur NKRI. Kemandirian bangsa dalam berbagai bidang sebuah keharusan yang wajib diwujudkan. Mencapai itu, jiwa dan semangat patriotisme itu perlu ditanamkan pada segenap masyarakat dari generasi ke generasi.
Kecintaan terhadap bangsa dan negara serta semangat untuk memajukan bangsa ini sebagai upaya bela negara harus dimiliki oleh segenap anak bangsa.
“Karenanya, rangkaian tulisan dalam buku ini diharapkan dapat membangun wawasan, memahami jati diri bangsa dan memberikan motivasi kepada komponen bangsa untuk senantiasa membangun dan mencintai bangsanya demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo dalam kata sambutannya mengomentari terbitnya buku tersebut.
Kehadiran buku setebal 198 halaman ini memang mendapat sambutan luar biasa dari berbagai kalangan. Buku yang diterbitkan Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara ini edisi cetakan pertama November 2008. Namun, antusiasme masyarakat cukup tinggi, sehingga Desember 2008 langsung dilakukan cetak ulang.
Beberapa tokoh yang memberikan sambutan buku ini antara lain Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso, KSAD Agustadi Sasongko Purnomo, Direktur Esekutif Reform Institute, Dr Yudi Latif, Marsekal Muda (Purn) Graito Usodo, Gubernur Lemhanas Prof Dr Muladi SH, dan Franz Magnis-Suseno SJ.
“Buku ini memandang cinta negeri (amore patria) sebagai kebajikan luhur dan jiwa patriotik sebagai taruhan kebesaran bangsa. Jika pada masa lalu patriotisme mampu membebaskan bangsa dari kolonial, pada masa kini ia ditantang untuk memulihkan harkat bangsa di pentas dunia. Suatu buku yang pantas dibaca oleh mereka yang pedulu negeri,” kata Yudi Latif.
Sementara itu, Franz Magnis-Suseno SJ berpendapat, NKRI membutuhkan prajurit yang mencintai Tanah Air, berwawasan kebangsaan, bebas dari kesukuan, kedaerahan dan keagamaan yang sempit, pendukung demokrasi, sadar akan hak-hak manusia, jujur, bertanggung jawab, berani dan kompeten. Buku karya Pak Tono Suratman ini dapat menjadi pemandu ke cita-cita keprajuritan Indonesia abad ke-21 ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar