Wuri Kartiasih
http://jurnalnasional.com/
Prediksi tren busana muslim tahun depan menyajikan kecintaan pada kekayaan tradisi Indonesia.
Membicarakan tren tahun depan, tak hanya terjadi pada fashion untuk busana mainstream alias yang dikenakan masyarakat pada umumnya. Tren juga dipersiapkan sejumlah desainer busana muslim.
Sebanyak 13 desainer busana muslim yang tergabung dalam Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) baru saja menggelar peragaan busana hasil prediksi mereka dalam sebuah fashion show yang berlangsung di Cendrawasih Room, Jakarta Convention Center, Jakarta pada 3 Desember.
Dalam menciptakan karyanya, sebagian besar desainer terinspirasi motif tradisional dari Indonesia, dan juga menggabungkan motif yang mengangkat kebudayaan Indonesia dengan corak negara lain. Kekuatan tradisi makin terlihat dengan digunakannya sejumlah kain tenun tradisional sebagai salah satu andalan dari karya mereka.
Seperti pada karya Hennie Noor yang mengambil tema Charming Indonesia. Ia mengambil keragaman corak tenun Torso. Corak kain yang beraneka ragam dan beraneka warna ini ditampilkan untuk busana ke pesta.
Permainan detail pada busana terlihat semarak dengan beragam aplikasi seperti penggunaan manik-manik, sulaman, dan penggunaan pita. Sebagai sebuah koleksi busana muslim, dapat dikatakan hanya wanita yang berani tampil beda lah yang berani mengenakannya. Karena selain penggunaan warna yang mencolok, pada beberapa busana terlihat terlalu ramai.
Selain Hennie Noor, Nuniek Mawardi pun menampilkan kain tenun tradisional Jawa (Tuban dan Yogyakarta) yaitu lurik. Untuk karya-karyanya ini Nuniek mengambil tema Alluric. Dalam deretan karyanya, Nuniek mengandalkan eksplorasi beragam detail untuk koleksinya tersebut, seperti pleats, opnaissel, puff, layering, dan juga smock.
"Koleksi saya ini menggambarkan gelombang laut, gamping cadas, rimbun pepohonan, alur cangkang kerang, serta perkotaan yang terus tumbuh," ujarnya. Karya Nunik tak melulu ditampilkan dengan lurik yang cenderung kaku. Tetapi juga dengan bahan lace, organdi, ataupun sifon. Sepintas koleksinya terlihat mengambil gaya Eropa dan lagi-lagi hanya dapat digunakan oleh wanita yang berani tampil beda yang di Indonesia merupakan minoritas.
Selain kedua perancang tersebut, kain tenun juga diolah oleh Savitri yang mengambil keragaman kain tenun nusantara untuk kemudian diaplikasikannya ke dalam koleksi busana bergaya melayu. Meskipun beberapa busana di padankan dengan celana, Savitri membuat desain busana dengan model panjang.
Perpaduan warna yang harmonis menjadikan busana rancangannya aman dikenakan pada berbagai waktu kesempatan. Entah itu acara formal maupun non formal.
Lalu keunikan lain terlihat pada busana yang terinspirasi dari budaya dua negara yang berbeda. Misalnya Iva Lativah. Dengan mengambil judul Indonesia Ni Youkoso, Iva terinspirasi keindahan Indonesia dan Jepang.
Busana yang terbuat dari kain batik motif klasik (warna sogan) dengan model kimono, terlihat cantik dipadankan dengan bawahan berupa lilitan kain yang juga terbuat dari batik namun dengan motif yang berbeda. Penggunaan obi terlihat bukan hanya sebagai aksesoris tetapi juga sebagai aksen. Hal ini karena warnanya yang kontras dengan busana yang dipadankan.
Selain dengan menggunakan bahan batik, Iva juga menampilkan koleksi yang terbuat dari kain polos dengan warna-warna lembut. Kain yang digunakan antara lain katun, shantung, silk, dan juga organdi. Sebagai aksesoris, Iva tetap menggunakan obi dan juga ikat pinggang yang terbuat dari bahan.
Sedangkan Merry Pramono mengolah inspirasi eksotisme Mesir yang diaplikasikannya tak hanya pada motif tapi juga garis rancangannya. "Karya-karya saya terinspirasi dari wanita jaman kerajaan Mesir dalam film Cleopatra yang digabungkan dengan busana wanita India modern," ujarnya.
Pada beberapa stel busana yang ditampilkan, tampak motif bunga lotus dengan warna cokelat mengarah terakota. Sedangkan busana lainnya menggunakan bahan dengan warna-warna yang beragam dengan detail berupa bordir, dan bebatuan.
Selain mereka, masih ada beberapa desainer lainnya yang memperlihatkan kreasinya untuk tahun depan. Di antaranya Monika Jufry, Ade Listiany, Ida Royani, Toera Imara, Lia Afif, Jeny Tjahyawati, Hanny Hananto, dan Irna Mutiara.
Dari pergelaran busana ini, terlihat kecenderungan para desainer yang mulai banyak menampilkan kreasi busana ready to wear mereka, meskipun terkadang desain yang mereka tawarkan, terbilang kurang fleksibel jika dikenakan karena memberikan efek tampilan aneh. Namun itu semua kembali kepada masyarakat yang ingin memilihnya.
http://jurnalnasional.com/
Prediksi tren busana muslim tahun depan menyajikan kecintaan pada kekayaan tradisi Indonesia.
Membicarakan tren tahun depan, tak hanya terjadi pada fashion untuk busana mainstream alias yang dikenakan masyarakat pada umumnya. Tren juga dipersiapkan sejumlah desainer busana muslim.
Sebanyak 13 desainer busana muslim yang tergabung dalam Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) baru saja menggelar peragaan busana hasil prediksi mereka dalam sebuah fashion show yang berlangsung di Cendrawasih Room, Jakarta Convention Center, Jakarta pada 3 Desember.
Dalam menciptakan karyanya, sebagian besar desainer terinspirasi motif tradisional dari Indonesia, dan juga menggabungkan motif yang mengangkat kebudayaan Indonesia dengan corak negara lain. Kekuatan tradisi makin terlihat dengan digunakannya sejumlah kain tenun tradisional sebagai salah satu andalan dari karya mereka.
Seperti pada karya Hennie Noor yang mengambil tema Charming Indonesia. Ia mengambil keragaman corak tenun Torso. Corak kain yang beraneka ragam dan beraneka warna ini ditampilkan untuk busana ke pesta.
Permainan detail pada busana terlihat semarak dengan beragam aplikasi seperti penggunaan manik-manik, sulaman, dan penggunaan pita. Sebagai sebuah koleksi busana muslim, dapat dikatakan hanya wanita yang berani tampil beda lah yang berani mengenakannya. Karena selain penggunaan warna yang mencolok, pada beberapa busana terlihat terlalu ramai.
Selain Hennie Noor, Nuniek Mawardi pun menampilkan kain tenun tradisional Jawa (Tuban dan Yogyakarta) yaitu lurik. Untuk karya-karyanya ini Nuniek mengambil tema Alluric. Dalam deretan karyanya, Nuniek mengandalkan eksplorasi beragam detail untuk koleksinya tersebut, seperti pleats, opnaissel, puff, layering, dan juga smock.
"Koleksi saya ini menggambarkan gelombang laut, gamping cadas, rimbun pepohonan, alur cangkang kerang, serta perkotaan yang terus tumbuh," ujarnya. Karya Nunik tak melulu ditampilkan dengan lurik yang cenderung kaku. Tetapi juga dengan bahan lace, organdi, ataupun sifon. Sepintas koleksinya terlihat mengambil gaya Eropa dan lagi-lagi hanya dapat digunakan oleh wanita yang berani tampil beda yang di Indonesia merupakan minoritas.
Selain kedua perancang tersebut, kain tenun juga diolah oleh Savitri yang mengambil keragaman kain tenun nusantara untuk kemudian diaplikasikannya ke dalam koleksi busana bergaya melayu. Meskipun beberapa busana di padankan dengan celana, Savitri membuat desain busana dengan model panjang.
Perpaduan warna yang harmonis menjadikan busana rancangannya aman dikenakan pada berbagai waktu kesempatan. Entah itu acara formal maupun non formal.
Lalu keunikan lain terlihat pada busana yang terinspirasi dari budaya dua negara yang berbeda. Misalnya Iva Lativah. Dengan mengambil judul Indonesia Ni Youkoso, Iva terinspirasi keindahan Indonesia dan Jepang.
Busana yang terbuat dari kain batik motif klasik (warna sogan) dengan model kimono, terlihat cantik dipadankan dengan bawahan berupa lilitan kain yang juga terbuat dari batik namun dengan motif yang berbeda. Penggunaan obi terlihat bukan hanya sebagai aksesoris tetapi juga sebagai aksen. Hal ini karena warnanya yang kontras dengan busana yang dipadankan.
Selain dengan menggunakan bahan batik, Iva juga menampilkan koleksi yang terbuat dari kain polos dengan warna-warna lembut. Kain yang digunakan antara lain katun, shantung, silk, dan juga organdi. Sebagai aksesoris, Iva tetap menggunakan obi dan juga ikat pinggang yang terbuat dari bahan.
Sedangkan Merry Pramono mengolah inspirasi eksotisme Mesir yang diaplikasikannya tak hanya pada motif tapi juga garis rancangannya. "Karya-karya saya terinspirasi dari wanita jaman kerajaan Mesir dalam film Cleopatra yang digabungkan dengan busana wanita India modern," ujarnya.
Pada beberapa stel busana yang ditampilkan, tampak motif bunga lotus dengan warna cokelat mengarah terakota. Sedangkan busana lainnya menggunakan bahan dengan warna-warna yang beragam dengan detail berupa bordir, dan bebatuan.
Selain mereka, masih ada beberapa desainer lainnya yang memperlihatkan kreasinya untuk tahun depan. Di antaranya Monika Jufry, Ade Listiany, Ida Royani, Toera Imara, Lia Afif, Jeny Tjahyawati, Hanny Hananto, dan Irna Mutiara.
Dari pergelaran busana ini, terlihat kecenderungan para desainer yang mulai banyak menampilkan kreasi busana ready to wear mereka, meskipun terkadang desain yang mereka tawarkan, terbilang kurang fleksibel jika dikenakan karena memberikan efek tampilan aneh. Namun itu semua kembali kepada masyarakat yang ingin memilihnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar