PERAHU KEKASIHNYA KEKASIH
Malam itu keajaiban tuhan kembali terkuak
ketika langit terlihat suram oleh awan
kelip bintang tak lagi mampu hiasi lautan
dan sinar bulan tak lagi bisa terangi langit memalam.
Di waktu bersamaan, kebimbangan melanda
nelayan kecemasan dalam tentukan arah:
blingsat hati memilih mata angin
hingga perahu pun sempat terhenti
sepersekian waktu sepi.
Sembari menunggu, nelayan itu mendo’a pada Sang Robby.
Di tengah panjatan bimbang membuncak
muncullah seberkas cahaya mutiara waktu dalam samudra
pancaranya menyibak bau berkah
ciptakan terang di jagad rasa.
Nelayan pun dengan riang menyambutnya:
arah mata angin kembali tercipta
perahu kini melaju kencang kembali.
Pertanda arus kehidupan surgawi
segera alirkan daya kerinduan sejati.
Mampukah nelayan lewati jeramnya arus terus
ketika tanpa cahaya purnama dipandang?
13-14 Pebruari 2006, Malam XV Suro.
Malam itu keajaiban tuhan kembali terkuak
ketika langit terlihat suram oleh awan
kelip bintang tak lagi mampu hiasi lautan
dan sinar bulan tak lagi bisa terangi langit memalam.
Di waktu bersamaan, kebimbangan melanda
nelayan kecemasan dalam tentukan arah:
blingsat hati memilih mata angin
hingga perahu pun sempat terhenti
sepersekian waktu sepi.
Sembari menunggu, nelayan itu mendo’a pada Sang Robby.
Di tengah panjatan bimbang membuncak
muncullah seberkas cahaya mutiara waktu dalam samudra
pancaranya menyibak bau berkah
ciptakan terang di jagad rasa.
Nelayan pun dengan riang menyambutnya:
arah mata angin kembali tercipta
perahu kini melaju kencang kembali.
Pertanda arus kehidupan surgawi
segera alirkan daya kerinduan sejati.
Mampukah nelayan lewati jeramnya arus terus
ketika tanpa cahaya purnama dipandang?
13-14 Pebruari 2006, Malam XV Suro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar