Selasa, Agustus 05, 2008

PERJAMUAN CINTA

A Hana NS

Oh… mungkin ini adalah ujian yang di berikan Tuhan padaku. Aku harus mengalami kisah cinta yang begitu menguji kesabaranku dengannya. Affantri adalah kekasihku. Kekasih setiaku. Dia biasa di panggil Affan. Dia menerimaku apa adanya. Kami bersama-sama menimba ilmu di MA MA’ARIF di bawah naungan Ponpes AL-LATHIF. Aku nyantri di sana. Sedangkan Affan hanya anak rumahan biasa. Teman-teman biasa memanggilku dengan sebutan Alif. Nama yang sangat singkat bagiku.
Malam itu malam Selasa. Selesai ngaji bersama, di papan pengumuman, aku melihat sebuah pengumuman.


SUSUNAN PENGURUS PERIODE 2008-2009
Ketua : Nisa k
Wk ketua : Iffa mj
Sekertaris : Firo A
Wk sekertaris : Ani N
Bendahara : Farida M
Wk bendahara : Kholida
Seksi-Seksi
Keamanan : - Faiza
- Fiya
- Alif

“Masya Allah!” dalam hatiku, aku kaget. Seraya ingin pingsan.
“Mengapa aku bisa menjadi pengurus? Kok bisa? Gak mungkin!” aku bicara dalam hati. Sementara itu, di sampingku teman-teman meledekku.
“ Ya Allah Alif, jadi keamanan! Gak salah tuh..?”
“Alif jadi keamanan! Apa gak perlu diamankan?”
“Alif jadi keamanan! Apa kebalik matanya yang Nunjuk?”
Ledekkan teman-temanku terngiang-ngiang di telingaku. Aku hanya bisa diam. Membisu dan membatu. Aku tak berani membantah.

Dan malam itu juga, aku memberanikan diri datang ke kamar mbak ketua. Yaitu Mbak Nisa. Di sana aku bertanya-tanya tentang posisiku.
“Mbak Nisa, apa gak salah Mbak Nisa memilih aku menjadi keamanan pondok?” tanyaku baik-baik.

“Alif, aku memandang kamu itu Insya Allah bisa menjalankan tugas ini.” jawabnya dengan lembut.
“ Tapi Mbak…” belum sempat aku meneruskan kata-kataku.
“Udahlah Lif, ini juga sudah keputusan dari dhalem. Kata Ibu Nyai, Alif pantas jadi keamanan. Kalau nggak mau, ya kamu ke ndhalem aja. Lagian kamu itu sudah di percaya sama ndhalem. Jangan salah gunakan kepercayaan itu Lif’.” kata Mbak Nisa menjelaskan panjang lebar.

Aku mencoba memahami kata-kata Mbak Nisa. Sejenak aku merenung memikirkanya. Ya… aku telah dipercaya oleh ndhalem, kenapa aku menyia-nyiakannya? ini adalah kebanggaan besar buatku. Tapi aku mempunyai sorang kekasih. Affan. Lalu bagaima dengan dia? Apakah aku harus meninggalkannya? Tidak mungkin. Aku nggak akan meninggalkannya. Aku sangat mencintainya. Begitupun dia.
“Tapi Mbak, aku punya Affan. Mbak tau Affan kan? Bagaimana dengan dia? Aku nggak mungkin meninggalkannya!”
“Alif, sekarang terserah kamu. Keputusan ada di tangan kamu. Kamu pilih Affan apa pondok kamu. Tapi kalau menurutku, labih baik kamu memilih pondok kamu.”
“ Ya udalah Mbak, biar aku pikir-pikir dulu. Aku balik ke kamar dulu yah.” pamitku

Dugaanku benar. Santri-santri di dalam kamarku meledekku. “Lif kamu kok bisa ya jadi keamanan, padahal kamu kan anak nakal. Tiap hari aja kamu bermesraan dengan Affan. Bagaimana dengan anak buahmu? Pemimpinnya saja seorang yang tiap harinya bermesraan di sekolah. Ihh mau jadi apa pondok kita, iya kan?” kata seorang temanku. Sangat meyakitkan. Sangat menusuk hatiku. Tapi dari kata-kata itulah aku berfikir bahwa aku tidak seperti itu. Aku akan membuktikan bahwa aku takkan selamanya seperti ini.

Tet… tet… tet… bel berdering memecah sunyinya malam. Bel menunjukkan bahwa jama’ah tahjjud akan segera dimulai. Para santri segera bangun. Dan mengambil air wudlu untuk mengikuti jama’ah sholat tahajjud. Begitupun juga denganku. Aku bergegas mengambil air wudlu. Dan berangkat menuju ke musholla. Seperti biasa, setelah selesai berjama’ah aku tidak langsung ke kamar. Tapi aku meneruskan memuji nama-nama kebesaran Allah. Kulihat jam menunjukkan pukul 04.30, tak lama kemudian suara adzan nan merdunya bergema memecahkan sunyi senyap heningnya malam. Para santri Al Latif segera menuju kamar mandi untuk mengambil air wudlu.

Setelah sholat subuh, aku menyempatkan diri datang ke kamar Mbak Nisa.
“Assalamu’alaikum.”
“Waalaikumsalam. Ada apa Lif?“ tanya Mbak Nisa.
“Begini Mbak,” kataku sambil mengambil duduk di samping Mbak Nisa.
“Mbak, tadi malam aku sudah memikirkannya. Dan aku……” begitu ungkapku.
Dan aku menceritakan apa yang kualami tadi malam. Mbak Nisa kagum padaku. Dia semakin percaya bahwa aku bisa melakukan tugas ini.

“Tapi Mbak, aku minta satu permohonan.”
“Apa itu?”
“Izinkan aku bertemu dengan Affan kali ini saja.”
“Tapi Lif!”
“Mbak, ini yang terakhir. Aku akan menceritakan bagaimana posisiku sekarang, agar dia tahu. Mbak, ku mohon kali ini saja. Ini yang terakhir kalinya.” pintaku dengan wajah memelas. Mbak Nisa diam. Mungkin dia sedang memikirkan aku.
“Ini yang terakhir ya Lif!”
“Iya Mbak. Aku janji, ini yang terakhir!”
“Baiklah aku percaya sama kamu.”
Aku pun mengucapkan terima kasih pada Mbak Nisa berulang-ulang kali sampai Mbak Nisa kualahan.

Aku berangkat ke sekolah dengan jalan kaki. Dalam perjalananku, aku bertemu dengan Isa. Teman sekelasku. Dia menanyakan kabarku. Kabar hubunganku dengan Affan. Kujawab semua baik-baik saja, padahal ada sedikit yang enggak beres.

“Maafkan aku Isa. Aku membohongimu.” kataku dalam hati.
Sampai di depan gerbang, aku melihat Candra. Teman sekelas Affan. Aku memanggilnya dan menuju ke arahnya. Kutinggalkan Isa sendiri. Candra menoleh dan berhenti menungguku.
“Ada apa?”
“Nanti tolong bilang sama Affan, kutunggu di kantin sekolah setelah istirahat. Aku mau ngomong sama dia. Bilang ini penting banget!”
“Okey bos!” dengan mengacungkan jempolnya tanda ia mau menolongku.

Di dalam kelas aku jenuh banget. Waktunya matematika lagi. “Kapan istirahat. Kapan istirahat.” kataku dalam hati.
Aku nggak bisa ngebayangin bagaimana ekspresi wajahnya ketika aku mengatakan semuanya. Aku takut. Gimana kalau dia marah-marah? Gimana kalau dia mutusin aku? Kalau dia ninggalin aku, gimana? Aku nggak mau ini semua terjadi. Aku nggak mau berpisah dengannya. Aku sangat menyayangi dan mencintainya.

Lamunanku masih berkepanjangan. Aku tersentak kaget, saat seorang teman mengagetkanku.
“Ada apa Lif? Dari tadi aku lihat kamu nggak ngedengerin pelajaran. Tapi malah ngelamun?” tanya Ririn teman sebangkuku.
“Nggak ada apa-apa kok Rin. Kamu tenang saja!”
“Kamu jangan bohong. Dari mata kamu itu sudah terlihat jelas kalu kamu nyimpan sesuatu. Cerita dong! Apa salahnya sih!”
aku tetap tidak mau menceritakan apa yang sebenarnya terjadi denganku.

Para siswa siswi MA Ma’arif silih berganti keluar masuk pintu kantin. Aku pun juga masuk ke kantin. Aku tengak-tengokkan kepala kekanan dan kekiri, seseorang yang kucari ternyata membawa segelas es yang segar. Sementara itu, kupandangi, kuaduk-aduk es yang ada di depanku. Andai aku jadi es, aku akan tetap segar walaupun aku tidak bersemangat. Aku kaget ada seorang pria duduk di hadapanku.

“Affan! Kamu ngagetin aku saja dech.”
“Ada apa? Katanya mau ngomong penting?”
“Dengerin ya Fan. Insya Allah aku sudah nggak bisa bertemu lagi.”
Spontan Affan Kaget. “Maksudnya putus Lif? Lif, aku nggak mau kehilanganmu. Lif, aku mencintaimu. Aku nggak mau berpisah denganmu.”
Lalu aku menceritakan semua pada Affan tentang posisiku sekarang. Tentang perasaanku. Tentang sikapnya padaku.

“Nggak, nggak putus kok! Yang kumaksud, kita nggak bisa ketemu. Sebenarnya aku nggak mau ini semua terjadi. Aku nggak mau berpisah sama kamu Fan. Tapi kita kan masih bisa bertemu walaupun itu cuma memandang. Kumohon Fan, mengertilah posisiku sekarang.”
Tak ada kata-kata yang keluar dari mulut Affan. Affan hanya diam. Mungkin ia sedang berfikir bagaimana nasib cerita ini.

“Kumohon mengertilah Fan!” kucoba mengawali pembicaran setelah lama terlarut dalam keheningan. Seraya menegaskan ungkapanku yang sebelumnya.
“Aku bisa mengerti posisimu sekarang. Baiklah aku menerimanya. Mungkin ini adalah ujian yang diberikan Allah untuk cinta kita. Tapi, sampai kapan ini akan terus berjalan?”
“Entahlah Fan, aku juga tidak tahu sampai kapan ini. Kita jalani saja dulu.”

Tak terasa di kantin hanya ada kita berdua. Bel sudah berlalu sejak tadi. Affan memapahku sampai depan kelasku. Kami berpisah di sana. Kupandangi punggung Affan yang semakin menjauh. Dalam hatiku berkata “Sampai kapan cinta ini kan begini.”
Itulah pertemuan terakhirku dengan Affan. Pertemuan yang tak akan kulupakan. Dan tak akan pernah hilang sampai kapanpun.

Hari-hari kujalani dengan penuh rindu. Gelisah melebur jadi satu dalam hatiku. Aku ingin memuntahkannya. Tapi bagaimana? Sedangkan aku terikat dalam sebuah sumpah. Ya….sumpah yang aku ucapkan saat malam pelantikannku. Aku tak boleh melanggarnya. Aku hanya bisa memandang Affan dari jarak jauh. Dia bergurau dengan teman-temannya. Dia tertawa. Kelihatannya dia bahagia. Aku sampai berpikir, apa yang dia rasakan saat ini? Apakah dia merasakan apa yang kurasakan saat ini? Atau justru malah sebaliknya? Dia senang menerima ujian ini semua! Aku tak tahu itu. Yang kutahu sekarang dia bahagia bersama teman-temannya. Tapi kenapa hari ini dia bahagia? Mungkin dia tidak mau memperlihatkan kesedihannya di depan teman-temannya.

Waktu memang cepat berlalu. 1 tahun sudah aku mengalami hari-hariku dengan rasa cintaku. Dengan rasa rindu berat yang tersimpan di dalam dadaku. Selesai pulang dari pengajian, aku berjalan di pinggir jalan raya. Aku tertunduk memandangi halusnya jalan raya di hiasi batu-batu kecil di pinggirnya. Aku berandai-andai. Aku membanyangkan seandainya ujian cintaku sudah berakhir. Dan aku sudah lulus dari sekolah. Selisih 1 tahun, aku di lamar oleh Affan. Dan aku menikah dengannya. Kemudian aku mempunyai 3 orang anak. 2 laki-laki dan 1 perempuan. Aku dan Affan akan merawatnya bersama dengan penuh rasa kasih sayang sampai mereka dewasa. Pasti suasana seperti itu akan sangat membahagiakan hati.

Entah kenapa tiba-tiba kakiku berhenti di depan sebuah toko. Kakiku berjalan menuju toko itu. Aku membeli sebuah kertas dan bolpoin. Lalu aku menulis sebuah surat. Surat itu kutujukan ke Affan. Dan aku meninggalkan toko itu. Aku kembali meneruskan perjalanan. Aku tak tahu mengapa aku mengirim surat itu pada Affan. Ririn menerimanya dan berjanji akan memberikannya pada Affan. Ririn pergi meninggalkanku sendiri. Aku membiarkannya. Aku masih berjalan tanpa tau kemana aku pergi, pandanganku kosong, aku tak tahu apa yang terjadi pada diriku. Kenapa aku begini? Seolah-olah aku seperti orang linglung. Tiba-tiba sebuah bus menabrakku. Aku melihat jasadku berlumuran darah dan dikelilingi oleh orang-orang. Tak lama kemudian mobil ambulan datang membawa jasadku. Masya Allah, aku telah mati. Aku sudah mati ditabrak oleh bus tadi.

Bagaimana dengan pondokku. Sekolahku. Kemudian kekasihku, Affan. Pasti dia sangat gelisah. Aku melihat di antara kerumunan orang-orang itu salah satunya adalah Ririn. Kemudian dia meninggalkan kerumunan itu. Aku tak tahu dia pergi ke mana. Maka dari itu, aku mengikutinya di belakang “Ririn…Ririn “ panggilku. Dia tak peduli. Kucoba sekali lagi, tapi dia masih tetap tak memperduliakan panggilanku. Aku pun baru sadar, kalau aku sudah mati. Percuma aku memanggilnya. Dia takkan pernah mendengarkanku. Jadi, aku hanya bisa mengikutinya dari belakang.

Tak kusangka, ia datang ke rumah Affan. Mungkin dia menyampaikan kabar tentang diriku. Dan mengantarkan suratku. Dugaanku memang benar. Ririn menyampaikan kabar tentang diriku.

“Mengapa ini bisa terjadi Rin?” kata Affan kaget.
”Aku juga tak tahu Fan. Aku juga kaget ketika menerima berita kematian Alif.”
keduanya menitihkan air mata. Aku tak kuasa melihatnya.

“Rin, sudah 1 tahun aku tak bertemu dengan Alif. Aku mencoba untuk menahan rasa rinduku pada Alif. Itu demi Alif. Tapi mengapa ia sekarang malah meningalkanku Rin? Alif kamu jahat banget. Kamu tak memberi tahu aku dulu kalau kamu akan meninggalkanku.”

“Fan suadahlah. Ini semua sudah ada yang ngatur. Fan, ini!” sambil menyodorkan sebuah surat.
“Apa ini?”
“Ini dari Alif, sebelum kecelakaan itu terjadi. Alif bertemu denganku dan menitipkan ini untukmu.”
Affan menerimanya dan membukanya. Kemudian ia membacanya.

Assalamu’alaikum
For : Affan
Affan……! Ingatlah selalu. Aku di sini akan setia selalu. Dan aku takkan pernah meninggalkanmu walaupun sampai ajal menjemputku, karena dirimu telah menyatu di dalam hasratku.
Tak pernah kuragukan cintamu itu. Atau aku curiga bahwa kau hianati aku. Karena aku dan kau kini telah melebur menjadi satu dalam ikatan cinta yang telah kita bina selama ini.
Damai kurasakan hati ini saat dirimu ada bersamaku. Tawa dan candamu selalu mewarnai hari-hari yang kita lewati berdua.
Tapi kini…….. jangan menangis Sayang. Aku kan selalu bersamamu.
Wassalam
From : Alif


Dengan deraian air mata dan tanpa sepatah kata, Affan meninggalkan Ririn yang berada di sampingnya. Aku mengikutinya dari belakang. Begitupun Ririn. Aku tak tahu Affan mau kemana. Dia masuk kesebuah gang yang pernah aku melewatinya. Dia masuk ke sebuah rumah, di mana rumah itu banyak orang yang berpakain hitam dan terdengar bacaan Yasin mengalun dengan merdunya. Itu rumahku. Ternyata Affan ingin melihatku untuk yang terakhir kalinya.

Aku jadi teringat akan pertemuanku dengan Affan pertama kali. Waktu itu aku dan Affan sama-sama mengikuti acara sekolah. Awalnya kami tak kenal, tapi entah mengapa waktu itu seperti sudah lama saling mengenal. Mungkin Allah sudah merencanakan ini semua. Ternyata benar. Setelah melewati waktu yang cukup lama untuk menjalin sebuah kisah cinta, ternyata hanya sampai di sini kisah cintaku berakhir. Aku tak bisa membayangkan apa yang terjadi dengan Affan kedepannya. Apakah dia mencari penggantiku atau tidak? Tapi kuharap begitu.

Jasadku sudah dimasukkan peti. Dan dipikul di depan rumahku. Tak lama kemudian segerombol orang berpakain hitam berjalan menuju masjid untuk men-sholatiku. Selesai sudah acara men-sholatiku. Mereka meneruskan perjalanan menuju sebuah pemakaman umum.

Jasadku dibopong dan dimasukkan ke dalam liang lahat. Dan menimbunku dengan tanah. Aku melihat itu semua. Aku juga melihat Affan. Dia meneteskan air mata, seraya tak rela dengan kepergianku untuk selama-lamanya. Lalu ada seseorang di sampingnya. Dan merangkulnya.

Mereka semua meninggalkan rumah abadiku. Kecuali Affan. Kenapa dia masih di sini? Dia duduk di dekat batu nisanku. Kemudian dia berbicara di atas tanah persemayamanku.
“Alif sayang, kau jahat. Kau pergi meningalkanku tanpa pesan. Tahukah kamu, sungguh aku sangat menyayangimu. Aku sangat mencintaimu. Aku tak ingin kita berpisah. Tapi aku yakin, kamu sebenarnya tidak mati. Hanya saja jasadmu telah berpisah dari nyawamu. Aku percaya kalau kamu tidak akan melupakanku. Begitupun denganku. Aku takkan melupakanmu. Hati kita masih menyatu Sayang. Meskipun kita tak bisa bertemu lagi.

“Aku sekarang ada di depanmu Fan. Aku ingin memelukmu untuk yang terakhir kali. Tapi sayang, itu semua takkan bisa terjadi.” begitu ungkapku.
Walau berribu bahasa telah kuucapkan, kata-kataku tak kunjung sampai pada Affan. Ia tak bisa mendengarkan ungkapanku. Affan berdiri. Kemudian memalingkan badannya. Pergi meninggalkanku sendiri. Meninggalkanku yang telah membumi. Dan hanya tinggal pusara yang jadi prasasti abadi cinta yang sempat bersemi.**

PP. Matholi’ul Anwar, 03 Maret 2008

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Hana N.S A. Iwan Kapit A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.C. Andre Tanama Aa Sudirman Abd. Basid Abdul Aziz Rasjid Abdul Ghofar Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Muid Badrun Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdullah Ubaid Matraji Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abonk El ka’bah Acep Zamzam Noor Ach. Nurcholis Majid Achmad Farid Tuasikal Achmad Maulani Adi Faridh Adi Marsiela Adi Sucipto Adian Husaini Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrian Ramdani AF. Tuasikal Afnan Malay Afrizal Malna AG Hadzarmawit Netti AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Majestika Aguk Irawan M.N. Agung Prihantoro Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R Sarjono Agus S Warman Agus Sri Danardana Agus Sulton Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Rafiq Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syafii Maarif Ahmad Taufik Ahmad Thohari Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Al-Fairish Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Ali Irwanto Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Alvi Puspita Amang Mawardi Ambarukminingsih Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Amirullah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andhi Setyo Wibowo Andik Nurcahyo AndongBuku #3 Andry Deblenk Anindita S. Thayf Aning Ayu Kusuma Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anwari WMK Aprillia Ika Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Arif Firmansyah Arifun Najib Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arys Hilman Asarpin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asri Bariqah Awalludin GD Mualif Azumardi Azra Azyumardi Azra Baca Puisi Badaruddin Amir Balada Bambang kempling Bambang Satriya Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benni Indo Benny Benke Benny D Koestanto Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Koran Bernada Rurit Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Palopo Budi Purnomo Buldanul Khuri Bunda Zakyzahra Tuga Bungaran Antonius Simanjuntak Candrakirana Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Che Guevara Coronavirus Cover Buku Kritik Sastra Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi II Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi IV Cover Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi V D. Zawawi Imron Dadan Maula Darmawan Dadang Ari Murtono Dahlan Kong Damanhuri Zuhri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Dedykalee Deni Ali Setiono Deni Jazuli Denny Ardiansyah Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan Dewi Indah Sari Dhanu Priyo Prabowo di Bluri di Karangasem Dian Sukarno Diana AV Sasa Diana Ifrina Ernawati Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dini Tri Dinoroy M. Aritonang Dion Maulana Prasetya Diskusi buku Djaka Susila Djenar Maesa Ayu Djesna Winada Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Budiono Herusatoto Drs H Choirul Anam Drum Band MI Miftahul Ulum (Kuluran) Dudi Rustandi Dunia Penerbitan Indonesia Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Nikmatika Roma Dwi Pranoto Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddy D. Iskandar Edeng Syamsul Ma’arif Edi Faisol Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elly Burhaini Faizal Elly Trisnawati Ellyn Novellin Emerson Yuntho Emha Ainun Nadjib Emil WE Endang Supriyadi Endi Haryono Endri Y Erdogan Esai Esha Tegar Putra Esme Fadliha Etik Widya Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fadjriah Nurdiarsih Fahmi Fahrudin Nasrulloh Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faris Al Faisal Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Felix K. Nesi Festival Mocosik Festival Seni Internasional 2010 Yogyakarta Festival Seni Internasional 2014 Yogyakarta Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan festivalsenisurabaya.com Fikri. MS Firdawsi Fortus Pake Forum Lingkar Pena Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Foto Franditya Utomo Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Magnis-Suseno Friski Riana Fuad Hasan Nasihin Fuji Pratiwi Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawa Gede Mugi Raharja Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gedung Sangbala Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gito Waluyo Goenawan Mohamad Golput Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma’ruf Amin Gus Dur H Ikhsan Effendi H. Usep Romli H.M H.B. Jassin H.O.S Cokroaminoto Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Hadi Napster Hadziq Jauhary Halim H.D. Halimatussa’diyah Hamberan Syahbana Hamluddin Hana Pertiwi Hanif Nashrullah Hardono Haris del Hakim Haris Firdaus Haris Priyatna Haris Saputra Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Basri Hasan Junus Hasanuddin WS Hasnan Bachtiar Helmi Y Haska Helmy Tasaufy Hera Khaerani Herdiyan Heri C Santoso Heri Latief Herman Herman Hasyim Herman RN Herry Lamongan Herry Mardianto Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Homaedi I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I Wayan Seriyoga Parta IBM. Dharma Palguna Ibnu PS Megananda Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Mustofa Imam Nawawi Imam Qodim Al-Haromain Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Imelda Imron Arlado Imron Rosidi Imron Rosyid Imron Tohari Indrian Koto Ingki Rinaldi Ipik Tanoyo Ire Irvan Sihombing Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismet NM Haris Ismi Wahid Isnanur Janah Iswadi Pratama Isyana Artharini Iwan Nurdaya-Djafar Iwank Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Janual Aidi Javed Paul Syatha Jazzi Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jembatan Kuno Yang Misterius Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Jodhi Yudono Jogjanews.com John Joseph Sinjal Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Paket Hemat Juara Ke 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jumartono Jurnalisme Sastra Jusuf A.N K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.Y. Karnanta Kadjie Mudzakir Kaheesa Kirania Putri Ayu Kang Daniel Kapal Nabi Nuh Karanggeneng Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kautsar Muhammad Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) KH Abdul Ghofur KH Bisri Syansuri KH. Abdul Aziz Masyhuri KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khoirul Abidin Khoirul Inayah Ki Ompong Sudarsono Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kika Dhersy Putri Kitab Arbain Nawawi KITLV Koh Young Hun Koko Sudarsono Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopi Sunan Drajat Kopuisi Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Krisman Kaban Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kulonprogo Kurnia Effendi Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswinarto L Ridwan Muljosudarmo Laboratorium Sinematografi dan Pertunjukan UNISDA Lamongan Lagu Lailiyatis Sa'adah Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Sarmili Literasi Liza Wahyuninto Lugiena De Lukas Adi Prasetyo Lukisan Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lusia Kus Anna Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Lutfi M. Mushthafa M. Romandhon M. Sunyoto M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M’Shoe Made Geria Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahrus eL-Mawa Majelis Ulama Indonesia Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcus Suprihadi Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Maruli Tobing Mashuri Masuki M. Astro Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Wulan Medco Media Lamongan Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Meka Nitrit Kawasari Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka MI Thoriqotul Hidayah Pilang 1 Mia Arista Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Miftahul A’la Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Ghufron Cholid Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Samsul Arifin Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Ali Athwa Mohammad Eri Irawan Mohammad Rafi Azzamy MTs Putra-Putri Simo Sungelebak Muh Kholid A.S Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Amin Muhammad Arif Muhammad Aris Muhammad Eko Nugroho Muhammad Hidayat Muhammad Muhibbuddin Muhammad Musa Muhammad N. Hassan Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mukafi Niam Mukhsin Amar Mulyani Hasan Mulyo Sunyoto Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Munawir Aziz Muntamah Cendani Musfarayani Musfi Efrizal N. Syamsuddin CH. Haesy Nadine Tri Duhita Naim Nanang Suryadi Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Nara Nazaruddin Azhar Neli Triana Ngatini Rasdi Nh. Anfalah Ni Luh Made Pertiwi F Ni Made Frischa Aswarini Ninuk Mardiana Pambudy Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noval Jubbek Noval Maliki Novel Novel Pekik Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Hayati Nur Kholiq Nur Kholis Huda Nurani Soliha Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Ochi Oil on Canvas Oky Sanjaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Paciran Pameran Seni Rupa Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik Panji Satrio Patung Sphinx PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan 2020 Pelukis Dahlan Kong Pelukis Harjiman Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit Progresif Penerbit PUstaka puJAngga Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Peringatan Hari Santri TPQ Al-Hidayah 22 Oktober 2017 Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren Sunan Drajat Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Pilang Tejoasri Lamongan Jawa Timur Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prosa Proses Kreatif Puisi Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka GU Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. N. Bayu Aji R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rafita Dewi Rahmah Maulidia Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rameli Agam Rana Akbari Raras Cahyafitri Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Revdi Iwan Syahputra Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Ridlwan Ridwan Munawwar Riki Utomi Rinny Srihartiny Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robert Adhi Kusumaputra Robin Al Kautsar Roby Karokaro Rodli TL Rof Maulana Rofiqi Hasan Rojiful Mamduh Rokhim Sarkadek Rosdiansyah Rosi Rosidi Rudi S. Kalianda Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rx King Motor S Jai S Yoga S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Sabrina Asril Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salim Alatas Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saratri Wilonoyudho Sari Oktafiana Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sejarah SelaSastra SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang Selvie Monica S Sendang Duwur Tahun 1920 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Shohebul Umam JR Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sifa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simon Saragih Sirikit Syah Siti Muti’ah Setiawati Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Slavoj Zizek Soelistijono Soetanto Soepiadhy Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Sohirin Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Mulyani Sri Wintala Achmad ST Indrajaya Stanley Adi Prasetyo Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sudirman Hasan Sugeng Ariyadi Sugeng Wiyadi Sugiarto Sugito Wira Yuda Suhartono Sujatmiko Sukardi Rinakit Sukitman Sumenep Sunarno Wibowo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susie Evidia Y Sutamat Arybowo Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Suyatmin Widodo Svet Zakharov Syaf Anton Wr Syaiful Bahri Syaiful Irba Tanpaka Syaiful Mustaqim Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syi'ir Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tanjung Kodok Tahun 1947 Tasman Banto Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Ganast MAN Lamongan Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Sakalintang Teater Sangbala Teater Sundra Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tewol Teater Tewol Lamongan Teguh LR Teguh Winarsho AS Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thamrin Dahlan Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute (IHI) Thohir Thompson Hs Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto To Take Delight Toni Munajat Tosa Poetra Tri Andhi S Tri Wahono Trisno S. Sutanto Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Unieq Awien Universitas Airlangga Surabaya Universitas Jember Untung Basuki Ustadz Charis Bangun Samudra Utami Diah Kusumawati Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Wahyu Aji Wahyudi Zuhro Wan Anwar Warjati Suharyono Wawan Eko Yulianto Wawan Hudiyanto Wawancara Wayan Sunarta Welly Suryandoko Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yanuar Jatnika Yanuar Yachya Yaumu Roikha Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yerusalem Ibu Kota Palestina Yesi Devisa YF La Kahija Yogyo Susaptoyono Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudi Latief Yuli Yuni Ikawati Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zahrotun Nafila Zaim Uchrowi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimras Zen Hae Zuhdi Swt