Kamis, Juni 17, 2021

PROFESOR ANEH YANG SASTRAWAN: AYATROHAEDI

Maman S. Mahayana *
 
Mang Ayat! Itulah panggilan akrab Prof. Dr. Ayatrohaedi, guru besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI). Salah seorang penggagas perubahan nama Fakultas Sastra UI (FSUI) menjadi FIB-UI ini, boleh dikatakan tergolong ilmuwan yang agak aneh. Di Universitas Indonesia, misalnya, dapat dipastikan, hanya Mang Ayat satu-satunya guru besar yang disapa dengan panggilan Mang. Meski ada pula yang memanggilnya Pak atau Prof., kebanyakan koleganya, karyawan, atau bahkan mahasiswa-mahasiswa pascasarjana (S-2 atau S-3) yang dibimbingnya, sudah terbiasa memanggilnya, Mang Ayat. Barangkali itulah bentuk penghormatan dan sekaligus kedekatan orang-orang yang mengenalnya. Mang Ayat sendiri, dengan gaya egaliternya, menanggapi semua itu wajar dan biasa saja. Boleh jadi karena kesederhanaanya itu pula, banyak mahasiswa baru yang sering terkecoh, bahkan di antaranya ada yang seenaknya memperlakukannya sebagai karyawan biasa. Dan Mang Ayat, juga menanggapinya biasa saja, meski belakangan mahasiswa itu takut setengah mati ketika tahu bahwa Mang Ayat adalah guru besar di jurusannya.
 
Keanehannya yang lain menyangkut penampilannya yang khas. Selain hampir tak pernah kelihatan pakai dasi, ia juga terkesan cuek. Cara berpakaiannya sederhana dan tak pernah lepas dengan sepatu-sandalnya. Penampilannya yang demikian, sama sekali tidak mengurangi rasa hormat dan kekaguman mereka yang mengenal sosok Mang Ayat. Dalam kegiatannya membimbing penulisan tesis atau disertasi (S-2 dan S-3), misalnya, tak sedikit mahasiswa pascasarjana itu kerap dibuat kelimpungan. Ia dikenal sebagai pembimbing yang membaca dengan “mata elang”; sangat cermat dan tahu saja di mana kelemahan dan kesalahan itu bersembunyi, baik yang menyangkut salah ketik, kesalahan penulisan ejaan dan istilah, kekacauan kalimat, atau salah nalar dalam mengemukakan argumentasi.
 
Kegiatannya di kampus, jika tidak mengajar atau menguji atau usai membimbing mahasiswa yang akan menyelesaikan tesis atau disertasinya, ia bisa seenaknya keluar-masuk jurusan-jurusan, ikut mengobrol dengan dosen-dosen atau karyawan, sambil tidak lupa mengeluarkan joke-joke dan cerita-cerita lucunya. Jika tidak kelihatan keluyuran seperti itu, dapat dipastikan, ia sedang duduk menghadap komputer, menulis apa saja. Dan seminggu kemudian, tulisannya nongol di suratkabar atau majalah ibukota.
 
Satu hal lagi yang unik yang melekat pada diri adik kandung sastrawan Ajip Rosidi ini menyangkut kepakarannya. Sebagai lulusan sarjana sastra Jurusan Ilmu Purbakala dan Sejarah Kuna Indonesia (sekarang Jurusan Arkeologi) tahun 1964 dengan predikat Ahli Purbakala, di kalangan arkeolog, ia dikenal sebagai salah seorang empu. Hampir semua prasasti yang tersebar di seluruh Nusantara ini, pernah menjadi bahan kajiannya, atau setidak-tidaknya pernah dibacanya. Khusus mengenai prasasti-prasasti berbahasa Sunda Kuno, terutama naskah Pangeran Wangsakerta, Mang Ayat sejak awal tahun 1970-an secara gencar telah memperkenalkannya ke khalayak ramai melalui berbagai tulisan. Kemudian muncul berbagai reaksi, bahkan juga tuduhan, bahwa yang menulis naskah itu adalah Mang Ayat sendiri. Mengingat naskah itu berbahasa Sunda kuno, masyarakat tetap saja kesulitan untuk bisa mengapresiasi naskah itu.
 
Ketika ditanya, mengapa masyarakat belum bisa mengapresiasi prasasti berbahasa atau beraksara Sunda kuno atau Sunda buhun. Mang Ayat enteng saja berujar: “Itulah masalahnya. Sebab, dari puluhan juta orang Sunda, sekarang ini hanya tinggal lima orang yang bisa membaca aksara Sunda kuno atau Sunda buhun itu. Mereka itu adalah: (1) Edi S. Ekadjati, (2) Tien Wartini, (3) Undang Ahmad Darsa (dosen Unpad), dan (4) Hasan Djafar (dosen UI).”
 
“Lho, katanya lima orang?”
“Iya. Satunya yang lagi ngomong ini,” jawabnya sambil tertawa ringan.
Beberapa karya Mang Ayat di bidang arkeologi, selain artikel-artikel lepas yang dimuat di banyak suratkabar dan majalah, juga makalah-makalah dan hasil penelitiannya yang kemudian dibawakan di berbagai pertemuan ilmiah di dalam dan luar negeri. Berbagai tulisan itu kemudian dihimpun dalam buku, antara lain, Lokal Genius: Kepribadian Budaya Bangsa (1986) dan Sundakala (2005). Pemberian gelar guru besar (Profesor) merupakan bukti dedikasi dan prestasinya. Bahkan, rekan-rekan sejawatnya sesama arkeolog, secara berseloroh kerap memanggilnya “Ayatullah Rohaedi”. Lalu apanya yang “aneh” lagi dari sosok arkeolog ini?
 
Betul, di bidang arkeologi, tidak diragukan lagi kepakaran Ayatrohaedi ini. Tetapi, disertasi yang berjudul “Bahasa Sunda di Daerah Cirebon: Sebuah Kajian Lokabasa” (1978) tidak termasuk bidang arkeologi. Disertasinya itulah yang mengantarkannya sebagai doktor linguistik dan perintis dialektologi –salah satu bidang kajian dalam linguistik— di Indonesia. Maka dalam bidang dialektologi itu pula, Mang Ayat kini termasuk salah satu dari sebanyaknya sepuluh orang di Indonesia yang ahli di bidang itu. Menurut Prof. Dr. Amran Halim, promotornya, disertasi Ayatrohaedi merupakan disertasi pertama tentang dialektologi di Asia Tenggara. Di bidang bahasa, ia telah menghasilkan beberapa buku, antara lain, Bahasa Sunda di Daerah Cirebon: Sebuah Kajian Lokabasa (berasal dari disertasi, 1985), Dialektologi: Sebuah Pengantar (1979, 1981), Tatabahasa Sunda (terjemahan karya D.K. Ardiwinata, 1985), Tatabahasa dan Ungkapan Bahasa Sunda (terjemahan karya J. Kats dan R. Suriadiraja, 1986), Cerdas Tangkas Berbahasa (dua jilid, 1996). Sebagai pakar bahasa, ia telah menulis sekitar 300 artikel tentang kebahasaan yang dimuat di berbagai suratkabar dan majalah ibukota dan majalah terbitan daerah.
 
Sebagai ilmuwan, kiprah Mang Ayat, selain di bidang arkeologi dan linguistik, juga di bidang sastra (Sunda dan Indonesia) dan kebudayaan secara umum. Ia juga telah menghasilkan sekitar 100-an tulisan mengenai sastra Sunda, sastra Indonesia, sejarah, dan kebudayaan. Tulisan-tulisannya sangat informatif, tetapi di balik itu, ia rajin mengritik siapa atau lembaga apa saja yang dipandangnya tidak tepat dan menyalahi logika ilmiah. Maka, jika tidak hati-hati benar, kita bisa terjerat oleh provokasinya yang memang sangat argumentatif dan logis. Selain itu, dalam banyak tulisannya, ia juga gemar menyodorkan berbagai istilah yang dikeluarkannya dari kosakata bahasa Sansekerta atau bahasa Sunda.
***
 
Ayatrohaedi lahir di Jatiwangi, Majalengka, 5 Desember 1939. Setelah menyelesaikan Sekolah Rakyat di Jatiwangi (1952), Sekolah Menengah Pertama di Majalengka (1955), ia hijrah ke Jakarta melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas yang diselesaikannya tahun 1959. Setelah itu, ia masuk Jurusan Ilmu Purbakala dan Sejarah Kuna Indonesia Fakultas Sastra UI dan lulus akhir tahun 1964.
 
Selesai kuliah, Ayatrohaedi bekerja di Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional di Jakarta. Belum setahun bekerja di sana, ia dipindahkan ke Mojokerto (1965—1966). Karena situasi politik yang kacau ketika itu, ia memutuskan untuk mengundurkan dari pekerjaannya itu. Tetapi, Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran, Bandung menariknya menjadi pengajar di sana (1966—1972).
 
Ketika ada kesempatan mengikuti Pelatihan Lanjutan Linguistik dan Filologi di Faculteit der Letteren en Wijsbegeerte di Universitas Leiden, Ayatrohaedi ikut program itu selama hampir tiga tahun (1971—1973). Minatnya untuk mendalami dialektologi membawanya ke Prancis. Mula-mula bermukim di Bordeaux untuk meningkatkan kemahiran bahasa Prancis. Kemudian pindah ke Grenoble untuk mendalami teori dan metode penelitian dialektologi. Pulang dari Prancis, Ayatrohaedi mengajar di Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Indonesia dan terus bertahan hingga pensiun tahun 2004.
 
Beberapa jabatan yang pernah dipegangnya, antara lain, Ketua Jurusan Arkeologi (1983—1987), Pembantu Rektor Institut Kesenian Jakarta (IKJ) (1989—1994), dan Pembantu Dekan Bidang Akademik FSUI (1999—2000).
***
 
Kiprahnya sebagai sastrawan dimulai samasa masih SMP (dalam bahasa Sunda) dan kelas satu SMA (dalam bahasa Indonesia). Cerpen pertamanya, berjudul “Sejak Itu” yang dimuat majalah Tjerita, No. 2, Januari 1957 merupakan awal kepengarangannya dalam sastra Indonesia. Sejak itu beberapa cerpennya dimuat juga di majalah Tjerita, Siasat, dan Mimbar Indonesia, tiga majalah sastra yang waktu itu sangat berpengaruh. Selain di majalah Mimbar Indonesia dan Siasat, masih ada sekitar 90-an puisinya yang dipublikasikan melalui majalah Basis, Djaja, Pustaka dan Budaya, Budaya Jaya, Trio, Berita Indonesia, dan Seloka. Semua dihasilkan antara tahun 1957 sampai 1978.
 
Pada akhir tahun 1950-an dan awal tahun 1960-an, Ayatrohaedi –seperti kebanyakan sastrawan pada masa itu—aktif pula dalam berbagai kegiatan dan hiruk-pikuk sastra waktu itu. Ketika terjadi polemik antara kubu pendukung humanisme universal dan kubu realisme sosialis, ia memang belum terlalu jauh masuk dalam konflik itu. Tetapi, posisinya yang demikian, Ayatrohaedi, bersama sastrawan lainnya, seperti Ajip Rosidi, Ramadhan KH, dan Toto Sudarto Bachtiar, seperti terjepit di tengah dua arus besar pertentangan kubu humanisme universal –para pendukung Manifes Kebudayaan—dan realisme sosialis –para pendukung Lekra/PKI. Itulah sebabnya, keikutsertaannya sebagai peserta dalam Konferensi Karyawan Pengarang se-Indonesia (KKPI), 1—7 Maret 1964 yang –sebelum dan sesudah penyelenggaraan konferensi itu—begitu gencar ditentang kubu Lekra/PKI, mengatasnamakan kelompok sastrawan Bandung, tetapi sekaligus juga menunjukkan sikap tegas dan pemihakan Ayatrohaedi dalam konflik kedua kubu itu.
 
Sebagai reaksi atas penyelenggaraan KKPI, Lekra/PKI kemudian menyelenggarakan Konferensi Sastra dan Seni Revolusioner, 28 Agustus—2 September 1964. Golongan Lekra/PKI kemudian memelesetkan singkatan KKPI menjadi KK-PSI yang mengesankan sebagai Konferensi Karyawan Partai Sosialis Indonesia. Secara tegas golongan Lekra/PKI menyatakan bahwa sastrawan yang mengikuti KKPI adalah golongan kontrarevolusi, reaksioner, penjilat, dan munafik. Belakangan, mereka yang terlibat dalam konferensi itu, banyak yang mengalami teror dan tekanan dari pihak Lekra/PKI.
 
Dalam situasi yang demikian, Ayatrohaedi tidak kehilangan kreativitasnya. Ia terus menulis esai, cerpen, dan puisi. Dua kumpulan cerpennya yang terbit pada masa itu adalah Yang Tersisih (1965) dan Warisan (1965). Sejumlah puisinya yang dimuat di berbagai majalah sejak tahun 1957 kemudian dikumpulkan dan diterbitkan dengan judul Pabila dan di Mana (1977). Di samping itu, Ayatrohaedi juga menulis cerita anak, yaitu Panji Segala Raja (1974), Ogin si Anak Sakti (1992), dan Panggung Keraton (1993). Adapun karya terjemahannya, antara lain, Puisi Negro (1976), Senandung Ombak (terjemahan novel Yukio Mishima, 1976), Kacamata Sang Singa (cerita anak, terjemahan karya G. Vildrac, 1980).
 
Ayatrohaedi, seperti juga beberapa sastrawan Indonesia yang begitu peduli pada kebudayaan dan bahasa daerahnya, seperti Ajip Rosidi, Sapardi Djoko Damono, Arswendo Atmowiloto, Suripan Sadi Hutomo, Jus Rusyana, dan beberapa sastrawan lainnya, bisa seenaknya bolak-balik menulis dalam dua bahasa, yaitu bahasa daerah (Sunda) dan bahasa Indonesia. Maka, selain menulis dalam bahasa Indonesia, Ayatrohaedi juga menulis dalam bahasa Sunda. Karya kreatifnya dalam bahasa Sunda, di antaranya, Hujan Munggaran (kumpulan cerpen, 1960), Kabogoh Tere (Roman, 1967), Pamapag (antologi puisi, 1972), dan Di Kebon Binatang (1990).
 
Beberapa bukunya yang sedang dalam proses penerbitan, antara lain, Bahasa Indonesia: Api dalam Sekam (kumpulan makalah tentang bahasa Indonesia), Kepala Kerbau (kumpulan esai bahasa, sastra, sejarah, budaya), (Ge)litik Bahasa (kumpulan esai bahasa Indonesia dalam kolom harian Kompas), Gerombolan (kumpulan cerpen), Kata, Mata, Mata, Kata (kumpulan puisi), dan (Ke)kasih Abadi (novel).
 
Demikianlah, sosok Ayatrohaedi, Sang Guru Besar yang “aneh” itu, dengan kesederhanaan dan keunikannya, tetap memancarkan kekaguman bagi mereka yang mengenal kiprah kepakarannya di bidang arkeologi, linguistik, sejarah, sastra (Sunda dan Indonesia), dan kebudayaan. Ternyata, penampilan yang sederhana itu tak mengurangi kekaguman dan rasa hormat orang kepadanya. Itulah sosok sastrawan Prof. Dr. Ayatrohaedi!
***
 
*) Maman S. Mahayana, lahir di Cirebon, Jawa Barat, 18 Agustus 1957. Dia salah satu penerima Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya dari Presiden Republik Indonesia, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono (2005). Menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FS UI) tahun 1986, dan sejak itu mengajar di almamaternya yang kini menjadi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI). Tahun 1997 selesai Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Pernah tinggal lama di Seoul, dan menjadi pengajar di Department of Malay-Indonesian Studies, Hankuk University of Foreign Studies, Seoul, Korea Selatan. Selain mengajar, banyak melakukan penelitian. Beberapa hasil penelitiannya antara lain, “Inventarisasi Ungkapan-Ungkapan Bahasa Indonesia” (LPUI, 1993), “Pencatatan dan Inventarisasi Naskah-Naskah Cirebon” (Anggota Tim Peneliti, LPUI, 1994), dan “Majalah Wanita Awal Abad XX (1908-1928)” (LPUI, 2000). http://sastra-indonesia.com/2009/03/profesor-aneh-yang-sastrawan-ayatrohaedi/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Hana N.S A. Iwan Kapit A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.C. Andre Tanama Aa Sudirman Abd. Basid Abdul Aziz Rasjid Abdul Ghofar Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Muid Badrun Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdullah Ubaid Matraji Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abonk El ka’bah Acep Zamzam Noor Ach. Nurcholis Majid Achmad Farid Tuasikal Achmad Maulani Adi Faridh Adi Marsiela Adi Sucipto Adian Husaini Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrian Ramdani AF. Tuasikal Afnan Malay Afrizal Malna AG Hadzarmawit Netti AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Majestika Aguk Irawan M.N. Agung Prihantoro Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R Sarjono Agus S Warman Agus Sri Danardana Agus Sulton Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Rafiq Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syafii Maarif Ahmad Taufik Ahmad Thohari Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Al-Fairish Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Ali Irwanto Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Alvi Puspita Amang Mawardi Ambarukminingsih Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Amirullah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andhi Setyo Wibowo Andik Nurcahyo AndongBuku #3 Andry Deblenk Anindita S. Thayf Aning Ayu Kusuma Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anwari WMK Aprillia Ika Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Arif Firmansyah Arifun Najib Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arys Hilman Asarpin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asri Bariqah Awalludin GD Mualif Azumardi Azra Azyumardi Azra Baca Puisi Badaruddin Amir Balada Bambang kempling Bambang Satriya Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benni Indo Benny Benke Benny D Koestanto Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Koran Bernada Rurit Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Palopo Budi Purnomo Buldanul Khuri Bunda Zakyzahra Tuga Bungaran Antonius Simanjuntak Candrakirana Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Che Guevara Coronavirus Cover Buku Kritik Sastra Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi II Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi IV Cover Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi V D. Zawawi Imron Dadan Maula Darmawan Dadang Ari Murtono Dahlan Kong Damanhuri Zuhri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Dedykalee Deni Ali Setiono Deni Jazuli Denny Ardiansyah Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan Dewi Indah Sari Dhanu Priyo Prabowo di Bluri di Karangasem Dian Sukarno Diana AV Sasa Diana Ifrina Ernawati Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dini Tri Dinoroy M. Aritonang Dion Maulana Prasetya Diskusi buku Djaka Susila Djenar Maesa Ayu Djesna Winada Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Budiono Herusatoto Drs H Choirul Anam Drum Band MI Miftahul Ulum (Kuluran) Dudi Rustandi Dunia Penerbitan Indonesia Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Nikmatika Roma Dwi Pranoto Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddy D. Iskandar Edeng Syamsul Ma’arif Edi Faisol Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elly Burhaini Faizal Elly Trisnawati Ellyn Novellin Emerson Yuntho Emha Ainun Nadjib Emil WE Endang Supriyadi Endi Haryono Endri Y Erdogan Esai Esha Tegar Putra Esme Fadliha Etik Widya Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fadjriah Nurdiarsih Fahmi Fahrudin Nasrulloh Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faris Al Faisal Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Felix K. Nesi Festival Mocosik Festival Seni Internasional 2010 Yogyakarta Festival Seni Internasional 2014 Yogyakarta Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan festivalsenisurabaya.com Fikri. MS Firdawsi Fortus Pake Forum Lingkar Pena Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Foto Franditya Utomo Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Magnis-Suseno Friski Riana Fuad Hasan Nasihin Fuji Pratiwi Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawa Gede Mugi Raharja Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gedung Sangbala Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gito Waluyo Goenawan Mohamad Golput Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma’ruf Amin Gus Dur H Ikhsan Effendi H. Usep Romli H.M H.B. Jassin H.O.S Cokroaminoto Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Hadi Napster Hadziq Jauhary Halim H.D. Halimatussa’diyah Hamberan Syahbana Hamluddin Hana Pertiwi Hanif Nashrullah Hardono Haris del Hakim Haris Firdaus Haris Priyatna Haris Saputra Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Basri Hasan Junus Hasanuddin WS Hasnan Bachtiar Helmi Y Haska Helmy Tasaufy Hera Khaerani Herdiyan Heri C Santoso Heri Latief Herman Herman Hasyim Herman RN Herry Lamongan Herry Mardianto Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Homaedi I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I Wayan Seriyoga Parta IBM. Dharma Palguna Ibnu PS Megananda Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Mustofa Imam Nawawi Imam Qodim Al-Haromain Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Imelda Imron Arlado Imron Rosidi Imron Rosyid Imron Tohari Indrian Koto Ingki Rinaldi Ipik Tanoyo Ire Irvan Sihombing Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismet NM Haris Ismi Wahid Isnanur Janah Iswadi Pratama Isyana Artharini Iwan Nurdaya-Djafar Iwank Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Janual Aidi Javed Paul Syatha Jazzi Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jembatan Kuno Yang Misterius Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Jodhi Yudono Jogjanews.com John Joseph Sinjal Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Paket Hemat Juara Ke 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jumartono Jurnalisme Sastra Jusuf A.N K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.Y. Karnanta Kadjie Mudzakir Kaheesa Kirania Putri Ayu Kang Daniel Kapal Nabi Nuh Karanggeneng Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kautsar Muhammad Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) KH Abdul Ghofur KH Bisri Syansuri KH. Abdul Aziz Masyhuri KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khoirul Abidin Khoirul Inayah Ki Ompong Sudarsono Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kika Dhersy Putri Kitab Arbain Nawawi KITLV Koh Young Hun Koko Sudarsono Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopi Sunan Drajat Kopuisi Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Krisman Kaban Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kulonprogo Kurnia Effendi Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswinarto L Ridwan Muljosudarmo Laboratorium Sinematografi dan Pertunjukan UNISDA Lamongan Lagu Lailiyatis Sa'adah Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Sarmili Literasi Liza Wahyuninto Lugiena De Lukas Adi Prasetyo Lukisan Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lusia Kus Anna Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Lutfi M. Mushthafa M. Romandhon M. Sunyoto M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M’Shoe Made Geria Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahrus eL-Mawa Majelis Ulama Indonesia Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcus Suprihadi Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Maruli Tobing Mashuri Masuki M. Astro Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Wulan Medco Media Lamongan Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Meka Nitrit Kawasari Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka MI Thoriqotul Hidayah Pilang 1 Mia Arista Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Miftahul A’la Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Ghufron Cholid Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Samsul Arifin Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Ali Athwa Mohammad Eri Irawan Mohammad Rafi Azzamy MTs Putra-Putri Simo Sungelebak Muh Kholid A.S Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Amin Muhammad Arif Muhammad Aris Muhammad Eko Nugroho Muhammad Hidayat Muhammad Muhibbuddin Muhammad Musa Muhammad N. Hassan Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mukafi Niam Mukhsin Amar Mulyani Hasan Mulyo Sunyoto Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Munawir Aziz Muntamah Cendani Musfarayani Musfi Efrizal N. Syamsuddin CH. Haesy Nadine Tri Duhita Naim Nanang Suryadi Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Nara Nazaruddin Azhar Neli Triana Ngatini Rasdi Nh. Anfalah Ni Luh Made Pertiwi F Ni Made Frischa Aswarini Ninuk Mardiana Pambudy Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noval Jubbek Noval Maliki Novel Novel Pekik Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Hayati Nur Kholiq Nur Kholis Huda Nurani Soliha Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Ochi Oil on Canvas Oky Sanjaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Paciran Pameran Seni Rupa Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik Panji Satrio Patung Sphinx PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan 2020 Pelukis Dahlan Kong Pelukis Harjiman Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit Progresif Penerbit PUstaka puJAngga Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Peringatan Hari Santri TPQ Al-Hidayah 22 Oktober 2017 Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren Sunan Drajat Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Pilang Tejoasri Lamongan Jawa Timur Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prosa Proses Kreatif Puisi Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka GU Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. N. Bayu Aji R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rafita Dewi Rahmah Maulidia Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rameli Agam Rana Akbari Raras Cahyafitri Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Revdi Iwan Syahputra Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Ridlwan Ridwan Munawwar Riki Utomi Rinny Srihartiny Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robert Adhi Kusumaputra Robin Al Kautsar Roby Karokaro Rodli TL Rof Maulana Rofiqi Hasan Rojiful Mamduh Rokhim Sarkadek Rosdiansyah Rosi Rosidi Rudi S. Kalianda Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rx King Motor S Jai S Yoga S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Sabrina Asril Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salim Alatas Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saratri Wilonoyudho Sari Oktafiana Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sejarah SelaSastra SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang Selvie Monica S Sendang Duwur Tahun 1920 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Shohebul Umam JR Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sifa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simon Saragih Sirikit Syah Siti Muti’ah Setiawati Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Slavoj Zizek Soelistijono Soetanto Soepiadhy Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Sohirin Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Mulyani Sri Wintala Achmad ST Indrajaya Stanley Adi Prasetyo Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sudirman Hasan Sugeng Ariyadi Sugeng Wiyadi Sugiarto Sugito Wira Yuda Suhartono Sujatmiko Sukardi Rinakit Sukitman Sumenep Sunarno Wibowo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susie Evidia Y Sutamat Arybowo Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Suyatmin Widodo Svet Zakharov Syaf Anton Wr Syaiful Bahri Syaiful Irba Tanpaka Syaiful Mustaqim Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syi'ir Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tanjung Kodok Tahun 1947 Tasman Banto Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Ganast MAN Lamongan Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Sakalintang Teater Sangbala Teater Sundra Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tewol Teater Tewol Lamongan Teguh LR Teguh Winarsho AS Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thamrin Dahlan Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute (IHI) Thohir Thompson Hs Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto To Take Delight Toni Munajat Tosa Poetra Tri Andhi S Tri Wahono Trisno S. Sutanto Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Unieq Awien Universitas Airlangga Surabaya Universitas Jember Untung Basuki Ustadz Charis Bangun Samudra Utami Diah Kusumawati Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Wahyu Aji Wahyudi Zuhro Wan Anwar Warjati Suharyono Wawan Eko Yulianto Wawan Hudiyanto Wawancara Wayan Sunarta Welly Suryandoko Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yanuar Jatnika Yanuar Yachya Yaumu Roikha Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yerusalem Ibu Kota Palestina Yesi Devisa YF La Kahija Yogyo Susaptoyono Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudi Latief Yuli Yuni Ikawati Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zahrotun Nafila Zaim Uchrowi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimras Zen Hae Zuhdi Swt