Sore dalam naungan jingga. Matahari hampir tenggelam. Jumat (13/09/19) pukul 16.00 WIB di sanggar pasir Banyurip Ujungpangkah Gresik digelar Diklat teater SMAM 4 Sidayu dan Diklat PMR, dimulai dengan materi puisi dan eksplorasi teks serta menubuhkan puisi. Adapun Diklat PMR melansungkan materi bencana alam beserta penangananya.
Sholihul Huda mengawali dasar-dasar keaktoran pada peserta Diklat. Lalu dilanjutkan permainan pimpong dalam pembacaan puisi. Sebagai pengenalan akan teks yang ditubuhkan. Sesekali tawa meletup di sela materi yang disampaikan. Hingga kumandang tarhim berkelindan para peserta tetap antusias dalam mengikuti materi.
"Jadilah Siswa-siswi yang berkarakter. Selalulah beretika dan tata Krama serta menjaga hubungan baik dengan tuan rumah" ujar wakasiswa dalam sambutan pas malam apresiasi. Deni Jazuli sebagai lurah sanggar pasir membuka sambutannya dengan penuh semangart " salam seni dan budaya, mari gembira bersama-sama" semua peserta dan pemateri pun bergemuruh menyauti. Sanggar pasir yang lagi menyiapkan ruang baca pun seolah dapat angin segar dalam kegiatan kali ini. Yang mana direncanakan akan mengadakan diskusi sastra dan budaya. Sehingga bisa ngangsuh kaweruh bersama-sama tanpa memandang dari mana ia berasal.
Selepas isya' acara ini digelar penuh sajian yang beraneka warna. Mulai dari pembacaan puisi, kolabora, bernyanyi lagu-lagu melo ataupun kritik sosial. Seperti lagu bento yang diikuti para peserta mereka begitu apresian. Lagunya Peterpan tentang kita dan gabie. Sungguh momentum yang patut dikenang. Juga ada pementasan hasil Diklat baik teater maupun PMR.
Setelah malam apresiatif karya, kemudian dilanjutkan dengan olah Sukma yang dikomandoi Deni beserta tim. Dimulai dengan duduk melingkar di tengah ditaruh obor, lalu para peserta diajak memasuki ruang alam bawa sadar. Melalui kontemplasi menuju proses benih yang tumbuh dari dalam tanah, yang perlahan tumbuh seusai menerima air hujan. Lalu menjadi tunas, memiliki akar, batang ranting dan daun. Sampai datang angin sepoi-sepoi yang lambat laun pohon itu tumbang. Para peserta pun tergeletak, lalu datanglah secercah cahaya. Para peserta seolah lahir dari gua Garba ibu bumi, hasil percintaan dengan bapak langit.
Para peserta seolah bayi lahir, lalu sang pembina teater keramas melati, mas Fatih mengumandangkan adzan seakan di telinga kanan semua peserta dan iqomah di telinga kiri. Lantas bayi-bayi itu melata serupa ular, lalu merangkak serupa binatang berkaki empat. Dilanjutkan dengan belajar berdiri lalu jatuh dan berdiri lagi, kemudian belajar berjalan dan berlari. Kemudian seluruh peserta tertawa terbahak-bahak. Dalam komando tim olah Sukma berlanjut berkumpul membentuk lingkaran dengan bergandengan erat, berputar melawan arah jarum jam. Sampai berputar dan pusaran yang cepat, lalu peserta berguguran tumbang.
Dalam keadaan lunglai, para peserta diajak memasuki ruang dimana mereka pernah berjanji menjadi baik dan berkepribadian Arif. Mereka diingatkan akan keteledoran dan egoistik ya, yang melupakan harapan kedua orang tuanya. Lantas mereka diajak untuk merenungi kehidupan yang sepatutnya, untuk bersimpuh memohon maaf kepada kedua orang tua. Dan tangis pun pecah, suara rengek kepedihan anak yang merasa banyak melakukan penghianatan hidup. Kemudian para peserta diajak memasuki sembah raga dan Sukma pada yang maha Kreator.
Pukul 00.15 WIB, (14/09/19), acara masih berkelanjutan. Peserta Diklat diajak melepas sukmanya untuk pengembaraan, lalu kembali seolah raut muka peserta penuh suka cita. Setelah itu, mata mereka ditutup untuk melakukan perjalanan kreativitas secara kolektif dengan mengumandangkan lafal "bismillahi majreha" diajar berputar-putar sekitar lokasi, akan tetapi mereka diberikan sugesti seolah mendaki bukit dan melewati kuburan, "awas nisan, ini kuburan" teriak tim pemateri bersahutan. Sampai di sebuah persinggahan di situ, dikasih wejangan oleh Sholihul Huda tentang penting kesenian dan komunitas seni teater.
Tidak terasa sudah pukul 01.05 WIB, para peserta diajak ke gerbang kesenian untuk membangun komitmen bersama, untuk aktif, kreatif dan produktif secara kolektif, saling berbagi peran dan mengisi kekurangan, sampai menghasilkan pementasan. Lalu mas Fatih, membaca fatih sebanyak tiga kali, sebagai penutup olah Sukma setelah itu, para peserta di siram dengan air. Kemudian ada perbincangan kesan dan pesan. Peserta begitu semangat mengutarakan pendapatnya, di antaranya "ini baru pertama, tapi menyenangkan", sebagian bilang "saya tidak bawa ganti, dalemanku sampai basah, hayo siapa yang tanggung jawab". Lalu acara ini ditutup dengan berjabat mesra dan foto berjamaah.
Salam seni dan budaya, selamat atas diklatnya ya adik-adik Teater Keramas Melati, semoga selalu kreatif dan produktif. Jejak kalian selalu ada bersama kami. Salam hangat tim sanggar pasir. (3.33 WIB).
Diklat Teater dan PMR SMAM 4 SIDAYU
di Sanggar Pasir Art and Culture
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar