Penulis : Ahmad Rifa’i Rif’an
Editor : Abu Mumtaza
Penerbit : Mizania
Tahun Terbit : Pertama, Mei 2017
Jumlah Halaman : 136 halaman
ISBN : 978-602-418-165-9
Peresensi : Muhammad Rasyid Ridho *
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan kesayangan dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’.” (QS Al-Isra’ ayat 24)
Bahagia adalah kata yang selalu dicari oleh banyak orang. Ada tempat yang membahagiakan dan sering terlupakan, yaitu orangtua. Ya, tidak sedikit orang yang ketika sudah kaya, kemudian lupa akan kehidupan orangtuanya. Tidak sedikit pula, ketika sudah memiliki gelar keilmuan, mendapatkan pendidikan yang tinggi, kemudian melupakan atau bahkan meremehkan apa yang dikatakan oleh orangtua.
Sungguh, sejatinya memuliakan orangtua adalah sumber bahagia setiap insan. Karena tidak mungkin lahir seorang manusia kecuali ada orangtua. Mereka yang mengasuh, tidak tidur malam, membersihkan ketika kita buang air kecil dan besar, mendidik dan memberikan sandang pangan. Maka, dengan cara apapun tidak ada manusia yang bisa membalas jasa mulia orangtuanya.
Dengan begitu, mengabaikan mereka ketika kita sudah sukses, ketika kita sudah sibuk bekerja mencari dunia, adalah cikal keterpurukan kita dunia bahkan di akhirat. Karenanya, ketika orangtua makin menua, hadirkan hati yang lapang dan kesabaran yang melangit menghadapi kerewalan dan kemanjaan mereka berdua (halaman 64). Insya Allah dengan begitu, kita akan mendapatkan bahagia yang berkah, berlipat-lipat dan berbuah di akhirat. Karena jika kita mendurhakai mereka, maka sebaliknya adzab dan kehinaan yang akan didapat.
Hadits Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Abu Dawud ini layak kita renungkan, “Tiga orang yang doanya pasti terkabulkan, doa orang yang teraniaya, doa seorang musafir dan doa orangtua terhadap anaknya.” Maka, sungguh membahagiakan bukan jika orangtua bahagia karena kita dan mendoakan yang baik-baik bagi kita. Dan sungguh menyeramkan jika orangtua sakit hati kepada kita dan tanpa sengaja atau bahkan sengaja mendoakan kepada kita hal-hal yang buruk? Na’udzubillah.
Begitu juga ketika kita menjadi orangtua, jangan sampai kita menjadi orangtua yang durhaka kepada anak. Apakah ada orangtua durhaka terhadap anak? Ada. Yaitu, pertama orangtua yang tidak mendidik dan mengarahkan anaknya kepada jalan kebaikan. Orangtua malah menanyakan anaknya yang beranjak remaja kok belum punya pacar, orangtua membiarkan anaknya yang sering pulang tengah malam dan bahkan tidak peduli lebih-lebih anaknya perempuan.
Selain itu orangtua yang durhaka kepada anaknya adalah mereka yang hanya merasa cukup memberikan anaknya materi tanpa kasih sayang, sentuhan tangan, dan waktu yang luang untuk ngobrol atau bahkan bercanda. Pagi sampai malam kerja, melihat anak sudah terlelap tidur, begitu seterusnya sehari-hari, tanpa meluangkan waktu untuk dihabiskan bersama anak (halaman 70).
Orangtua yang seperti ini lupa, padahal dia akan lebih bahagia ketika tidak hanya memberi materi kepada anaknya, namun juga memberi sentuhan dan kasih sayang. Hal lain yang bisa terjadi jika anak kekurangan kasih sayang, sentuhan dan waktu untuk mengobrol dengan orangtua, adalah dia akan menghabiskan waktu untuk curhat di facebook dan lebih dari itu dia akan curhat kepada teman-temannya yang mau mendengarkan dia, tidak peduli mereka adalah anak-anak nakal dan akan memanfaatkan dia, misal untuk menjadi anggota geng atau calon pengonsumsi narkoba (halaman 74). Karenanya, hal ini sangatlah vital dan harus disadari oleh banyak orangtua, agar kehidupan rumah tangganya lebih indah, bahagia dan barakah.
Selain sikap kepada orangtua dan sikap kepada anak yang bisa membuahkan kebahagiaan yang berkah adalah dengan bersedekah. Ketika ada peminta-minta datang ke rumah kita, memberi mereka lebih baik ketimbang sinis karena menganggap mereka masih punya kemampuan dan mereka bisa mencari kerja yang lebih baik. Jika bisa memberi mereka pekerjaan seperti dalam kisah Rasulullah, itu lebih baik lagi (halaman 90). Namun begitu, sedekah kepada yang benar-benar miskin harus tetap dilakukan, karena hal ini akan memberikan kebahagiaan dan keberkahan.
Buku yang berjudul ‘Izrail Bilang, Ini Hari Terakhirku karya Ahmad Rifa’i Rif’an ini, ditulis dengan narasi sederhana. Namun memiliki daya gugah yang dahsyat. Sangat mengena. Sebuah buku yang layak dibaca oleh semua Umat Islam, bisa menjadi peneman hari nan berilmu di hari-hari Ramadhan tahun ini. Selamat membaca!
_____________
*) Pengajar Kelas Menulis SD Plus Al-Ishlah Bondowoso
*) Pengajar Kelas Menulis SD Plus Al-Ishlah Bondowoso
**) Ingin memesan buku? Ke Toko Buku Hamdalah wa http://bit.ly/085933138891 gabung juga di grup di http://bit.ly/TokoBukuHamdalahWhatsApp dan http://bit.ly/TokoBukuHamdalahTelegram
***) Ohya, kalau mau mencari info tentang buku baru, resensi buku, quotes dan info kuis atau giveaway berhadiah buku, bisa gabung ke channel telegram yang saya kelola yang bernama Buka buku Buka Dunia : t.me/bukabukubukadunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar