Senin, Mei 04, 2009

Membumikan Teater

Suyatmin Widodo
http://www.kr.co.id/

ADA KISAH berharga dari Ali Sadikin, mantan gubernur DKI Jakarta, mengenai teater yang perlu kita renungkan. Sehubungan dengan tugas-tugasnya di Angkatan Laut (sebagaimana ditulis pada Horison edisi Nopember 1993) berkesempatan tugas ke beberapa kota besar luar negeri, antara lain: Paris, Berlin, London, Wina, Tokyo, Washington, dan New York. Setiap melakukan lawatan ke kota-kota itu, ia selalu dibawa pejabat, duta besar atau stafnya berkeliling kota. Biasanya, yang mereka perlihatkan pertama-tama adalah Istana Negara, dengan halaman yang tertata rapi, bersih, dan indah. Di samping itu, ia juga dibawa ke Gedung Parlemen, Mahkamah Agung, dan teater.
Ali Sadikin sempat merenung, kenapa dirinya selalu dibawa ke tempat-tempat itu? Tampaknya, apa yang mereka perlihatkan adalah simbol-simbol. Parlemen merupakan simbol demokrasi. Mahkamah Agung merupakan simbol keadilan dan hukum. Dan teater adalah simbol seni budaya.

Betapa teater (dalam pengertian luas, baik gedung maupun aktivitas teaternya) menduduki posisi penting sebagai representasi dari sederatan seni budaya yang mungkin panjang dan beraneka ragam di kota-kota tersebut. Apa pasalnya? Ali Sadikin tidak mengurai. Namun, dari kisah itu kita patut curiga, ada banyak alasan kenapa teater yang harus dikunjungi? Sebegitu pentingnya rangkaia setiap kali berkunjung selalu membawanya ke teater, tentu menguatkan alasan bahwa memang teater ‘ada apa-apanya’. Ia merupakan wakil yang memiliki peran penting dari kompleksitas seni dan budaya yang tidak bisa lepas dari dialektika kehidupan sosial dan kebudayaan di setiap wilayah yang dikunjunginya.

Seperti dalam sejarah kemunculannya, teater memang merupakan bagian yang utuh dari setiap penyelenggaraan kehidupan dalam menjalani spiritualitas kemanusiaannya. Asal mula teater memang kultus terhadap Dyonisius. Pergelaran teater dikaitkan dengan upacara penyembahan Dewa Domba/Lembu. Sebelum teater dipentaskan dilakukan upacara korban domba/lembu kepada Dyonisius dan nyayian disebut tragedi. Namun, dalam perkembangannya Dyonisius yang tadinya berupa dewa berwujud binatang itu berubah menjadi manusia, dan dipuja sebagai dewa anggur dan kesuburan. Kemudian tragedi mendapat makna lain, yaitu perjuangan manusia melawan nasib. Selain tragedi, pada zaman Yunani Kuno sudah terdapat teater komedi. Komedi merupakan karikatur terhadap cerita duka dengan tujuan menyindir hidup manusia.

Karena dekatnya dengan kehidupan, teater juga bisa dijadikan sebagai alat perjuangan untuk merespon semua peristiwa politik yang sedang berlangsung. Namun, antara politik dan seni jelas mempunyai tujuan berbeda. Sosiolog senior Arief Budiman menyebut berbeda dengan jenis seni lainnya, teater merupakan kesenian yang dipentaskan, karena itu langsung bersifat publik. Teater tidak bisa dipentaskan sendirian, tanpa ada publiknya, seperti halnya seni lukis atau sastra. Dengan demikian, dia cepat terkena kontrol pemerintah. Karena sifatnya yang publik, keberhasilan pementasan teater selalu ada hubungannya dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Karena itu, teater sangat rawan untuk terinduksi masalah-masalah politik. Meskipun tentu saja, tidak selalu hal itu harus terjadi. Karena masih banyak masalah di masyarakat yang tidak politis.

Peran Masing-masing

DALAM PENGERTIAN yang lebih luas, sesungguhnya wujud geliat politik adalah usaha memenangkan suatu kehendak tertentu. Guna mencapai tujuan tertentu tersebut, aktor-aktor politik (para politisi) menggunakan berbagai cara dan instrumen yang ada. Salah satu cara yang sering dan umum dipakai adalah dengan mempengaruhi orang lain dan mengorganisasikan orang-orang tersebut, baik secara nonformal maupun formal, untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Sementara itu, tujuan seni adalah untuk mengungkapkan tanggapan yang intens dari seseorang terhadap persoalan kehidupan. Respon atau reaksi seniman bisa mengenai persoalan-persoalan yang bersifat individual, bisa juga tentang persoalan-persoalan kemasyarakatan. Tanggapan-tanggapan itu tentu tergantung pada pilihan seniman masing-masing. Sebagai misal, di antara sekian seniman tersebut ada yang menyoal kekuasaan yang antidemokrasi dan tidak memberikan ruang ekspresi pada rakyatnya. Mereka melakukan aksi protes melalui karya-karyanya. Tentu saja yang demikian ini mempunyai dampak politis. Oleh karena itu, tidak sedikit pencekalan-pencekalan terhadap pentas teater masa Orde Baru terjadi. Komunitas seperti Teater Koma, Bengkel Teater, dan grup-grup di daerah sering mengalami hambatan-hambatan itu. Setidaknya, upaya-upaya kekuasaan sistematis yang membelenggu seperti mempersulit perizinan, pada masa lalu seringkali terjadi.

Kesenian dan politik jelas berbeda. Politik selalu mempengaruhi untuk mendapatkan dukungan, sementara seni tidak meminta orang lain untuk mendukungnya. Sama sekali aktivitas kesenian bukan untuk mendapatkan dukungan sebagaimana aktivitas politik itu. Tujuan seniman biasanya hanya terbatas sampai usaha mengekspresikan dirinya secara baik. Kalau akhirnya, apa yang diekspresikan berpengaruh pada orang lain untuk melakukan sesuatu, itu bukan tujuan utama seniman.

Oleh karena itu, cukup beralasan ketika orang-orang kemudian menggagas ditempatkannya kembali teater dalam ruang kehidupan masyarakat modern. Penempatan kembali atau pembaruan tempat teater dalam konstelasi masyarakat modern, tampaknya mesti diakui dan mau tidak mau diiringi risiko untuk berusaha ‘menemukan’ kembali manusia yang berdiam dan mungkin mengambil titik pusat di dalamnya. Teater bisa menjadi cagar kebudayaan modern di mana manusia diperbolehkan memperoleh dan mengejawantahkan dirinya sendiri, tanpa terali sosial yang diterimanya dalam keseharian (Radar Panca Dahana, Homo Theatricus, 2000).

Sesungguhnya ini sejalan dengan tuntutan kehidupan modern yang mempersyaratkan orang harus memahami pengetahuan umum untuk dapat berperan dalam kehidupannya. Sebab sebagai makhluk sosial, manusia tak bisa menghindar dari pergaulan masyarakat. Dan saat menjalani kehidupan bermasyarakat tersebut, kita harus memahami peranan kita dalam keseluruhan transformasi dan proses perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. Sekali lagi, untuk memahami peranan yang demikian tentu membutuhkan bekal pengetahuan yang bersifat umum. Apabila tanpa dengan bekal pengetahuan umum yang memadai, kita akan mudah sekali kehilangan makna diri dalam kehidupan modern. Akibatnya, kita akan kesulitan dalam mempermainkan peranan dalam kehidupan bermasyarakat tersebut.

Bekal supaya bisa berperan dalam kehidupan modern itu, kita harus menguasai pengetahuan umum. Pengetahuan umum tersebut, menurut Phenix pada buku Pendidikan Antisipatoris (2002) yang ditulis Mochtar Buchori, meliputi enam wilayah makna (six realms of meaning). Salah satu dari enam wilayah makna tersebut adalah wilayah esthetics. Kita bisa menyebut teater merupakan salah satu kawasan yang berada di wilayah itu. Walaupun teater tidak hanya mengajarkan yang berunsur keindahan belaka. Namun, terdapat pula ajaran-ajaran moral lain terkandung di dalamnya. Sebab, teater tak lain adalah merupakan media ekspresi untuk merespon sesuatu. Karenanya teater lebih ‘hidup’ dan mampu bergerak dinamik.

Terus Mengaliri

TEATER MODERN atau konvensional, yang tradisional atau yang post-modern selalu membicarakan masyarakat yang dikristalkan di dalam diri, dan tokoh-tokoh yang berinteraksi di dalam masyarakat. Karena dekatnya makna teater merupakan dunia mini dalam bentuk permainan, yang pada dasarnya lebih-lebih merupakan mimesis, peniruan apa yang secara sesungguhnya terjadi dalam masyarakat benarnya. Karena itu, untuk mengetahui apa yang terjadi sesungguhnya di dalam masyarakat pergilah ke teater, dan pelajarilah apa yang dipertontonkan di sana. Yang sebaliknya pun terjadi untuk mengolah secara benar di dalam teater hadirlah di dalam kehidupan masyarakat yang sebenarnya, karena di sana letak drama sesungguhnya. (Jakob Oetama, Diskusi HUT ke 25 Tahun Teater Populer, 21 Oktober 1993 di Jakarta).

Tentu apa yang dikatakan sebagai tiruan bukanlah imitasi dalam pengertian sempit. Bukankah sang filosof Plato pernah mengatakan bahwa keindahan itu relatif sifatnya. Karya seni dipandang sebagai mimetik, yaitu imitasi dari kehidupan jasmaniah manusia. Imitasi itu, menurut Plato, bukan demi kepentingan imitasi itu sendiri, tetapi demi kepentingan kenyataan.

Pun demikian, kita tidak bisa mengelak, sampai sekarang tidak sedikit pementasan teater yang ditawarkan oleh sederet komunitas tersebut berupa tema-tema abstrak. Dari tawaran itu tak jarang, masyarakat justru berada dalam interaksi yang berjarak. Sebab seniman mengumandangkan dunianya sendiri tanpa mempedulikan latar belakang masyarakat yang sebenarnya ingin mendekatkan diri padanya, sehingga antara seniman dan masyarakat tidak bisa membangun ruang tegur sapa.

Pola-pola baru yang memungkinkan adanya relasi sepadan itulah yang sekarang harus dibangun kokoh, agar aliran air dari teater benar-benar dirasakan penikmatnya (masyarakat). Para penggiat teater atau teaterawan (baca: seniman) tak lagi membangun menara gading, yang jauh dari gapaian masyarakat. Justru sebaliknya, mereka harus membangun menara air yang bisa meresap ke mana-mana. Sehingga kehadiran teater benar-benar berarti, sebab membumi tanpa jarak dengan kawan komunikasi. Sebuah penggambaran kreator (seniman) merupakan komunikator, karya seni jelmaan pesan, dan masyarakat (penonton) berposisi sebagai komunikan.

Akhirnya, kalau kita hendak membumikan teater sebagai simbol seni dan budaya, tentu tidak hanya mengabadikan teater semata-mata sebagai simbol. Ia tak lebih merupakan spirit untuk mengatakan ‘ideologi’ yang mampu menggerakkan masyarakat. Wujud konkretnya, semua melakukan peran masing-masing sesuai dengan yang harus diperankan. Tanpa harus berpura-pura, menjungkirbalikkan ketidaksungguhan itu menjadi kesungguhan. Seturut dengan apa yang pernah dikatakan filosof termasyur dari Yunani Aristoteles, bahwa karya seni bukan hanya imitasi kehidupan fisik, tetapi juga harus dipandang sebagai karya yang mengandung kebajikan dalam dirinya. Dengan demikian karya-karya seni itu mempunyai watak yang menentukan. Lantas begitu menentukankah karya seni teater dalam kehidupan masyarakat kita? Kalau belum, kita harus mengkampanyekan dengan gerakan nyata guna membumikan teater dalam kehidupan bermasyarakat. Semoga gerakan yang demikian segera mendapat sambutan dari masyarakat yang lebih luas!.

*) Penulis adalah Direktur Yayasan Ronggowarsito dan Anggota Teater KSP Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Hana N.S A. Iwan Kapit A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.C. Andre Tanama Aa Sudirman Abd. Basid Abdul Aziz Rasjid Abdul Ghofar Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Muid Badrun Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdullah Ubaid Matraji Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abonk El ka’bah Acep Zamzam Noor Ach. Nurcholis Majid Achmad Farid Tuasikal Achmad Maulani Adi Faridh Adi Marsiela Adi Sucipto Adian Husaini Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrian Ramdani AF. Tuasikal Afnan Malay Afrizal Malna AG Hadzarmawit Netti AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Majestika Aguk Irawan M.N. Agung Prihantoro Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R Sarjono Agus S Warman Agus Sri Danardana Agus Sulton Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Rafiq Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syafii Maarif Ahmad Taufik Ahmad Thohari Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Al-Fairish Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Ali Irwanto Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Alvi Puspita Amang Mawardi Ambarukminingsih Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Amirullah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andhi Setyo Wibowo Andik Nurcahyo AndongBuku #3 Andry Deblenk Anindita S. Thayf Aning Ayu Kusuma Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anwari WMK Aprillia Ika Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Arif Firmansyah Arifun Najib Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arys Hilman Asarpin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asri Bariqah Awalludin GD Mualif Azumardi Azra Azyumardi Azra Baca Puisi Badaruddin Amir Balada Bambang kempling Bambang Satriya Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benni Indo Benny Benke Benny D Koestanto Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Koran Bernada Rurit Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Palopo Budi Purnomo Buldanul Khuri Bunda Zakyzahra Tuga Bungaran Antonius Simanjuntak Candrakirana Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Che Guevara Coronavirus Cover Buku Kritik Sastra Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi II Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi IV Cover Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi V D. Zawawi Imron Dadan Maula Darmawan Dadang Ari Murtono Dahlan Kong Damanhuri Zuhri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Dedykalee Deni Ali Setiono Deni Jazuli Denny Ardiansyah Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan Dewi Indah Sari Dhanu Priyo Prabowo di Bluri di Karangasem Dian Sukarno Diana AV Sasa Diana Ifrina Ernawati Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dini Tri Dinoroy M. Aritonang Dion Maulana Prasetya Diskusi buku Djaka Susila Djenar Maesa Ayu Djesna Winada Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Budiono Herusatoto Drs H Choirul Anam Drum Band MI Miftahul Ulum (Kuluran) Dudi Rustandi Dunia Penerbitan Indonesia Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Nikmatika Roma Dwi Pranoto Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddy D. Iskandar Edeng Syamsul Ma’arif Edi Faisol Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elly Burhaini Faizal Elly Trisnawati Ellyn Novellin Emerson Yuntho Emha Ainun Nadjib Emil WE Endang Supriyadi Endi Haryono Endri Y Erdogan Esai Esha Tegar Putra Esme Fadliha Etik Widya Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fadjriah Nurdiarsih Fahmi Fahrudin Nasrulloh Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faris Al Faisal Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Felix K. Nesi Festival Mocosik Festival Seni Internasional 2010 Yogyakarta Festival Seni Internasional 2014 Yogyakarta Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan festivalsenisurabaya.com Fikri. MS Firdawsi Fortus Pake Forum Lingkar Pena Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Foto Franditya Utomo Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Magnis-Suseno Friski Riana Fuad Hasan Nasihin Fuji Pratiwi Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawa Gede Mugi Raharja Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gedung Sangbala Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gito Waluyo Goenawan Mohamad Golput Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma’ruf Amin Gus Dur H Ikhsan Effendi H. Usep Romli H.M H.B. Jassin H.O.S Cokroaminoto Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Hadi Napster Hadziq Jauhary Halim H.D. Halimatussa’diyah Hamberan Syahbana Hamluddin Hana Pertiwi Hanif Nashrullah Hardono Haris del Hakim Haris Firdaus Haris Priyatna Haris Saputra Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Basri Hasan Junus Hasanuddin WS Hasnan Bachtiar Helmi Y Haska Helmy Tasaufy Hera Khaerani Herdiyan Heri C Santoso Heri Latief Herman Herman Hasyim Herman RN Herry Lamongan Herry Mardianto Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Homaedi I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I Wayan Seriyoga Parta IBM. Dharma Palguna Ibnu PS Megananda Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Mustofa Imam Nawawi Imam Qodim Al-Haromain Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Imelda Imron Arlado Imron Rosidi Imron Rosyid Imron Tohari Indrian Koto Ingki Rinaldi Ipik Tanoyo Ire Irvan Sihombing Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismet NM Haris Ismi Wahid Isnanur Janah Iswadi Pratama Isyana Artharini Iwan Nurdaya-Djafar Iwank Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Janual Aidi Javed Paul Syatha Jazzi Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jembatan Kuno Yang Misterius Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Jodhi Yudono Jogjanews.com John Joseph Sinjal Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Paket Hemat Juara Ke 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jumartono Jurnalisme Sastra Jusuf A.N K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.Y. Karnanta Kadjie Mudzakir Kaheesa Kirania Putri Ayu Kang Daniel Kapal Nabi Nuh Karanggeneng Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kautsar Muhammad Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) KH Abdul Ghofur KH Bisri Syansuri KH. Abdul Aziz Masyhuri KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khoirul Abidin Khoirul Inayah Ki Ompong Sudarsono Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kika Dhersy Putri Kitab Arbain Nawawi KITLV Koh Young Hun Koko Sudarsono Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopi Sunan Drajat Kopuisi Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Krisman Kaban Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kulonprogo Kurnia Effendi Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswinarto L Ridwan Muljosudarmo Laboratorium Sinematografi dan Pertunjukan UNISDA Lamongan Lagu Lailiyatis Sa'adah Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Sarmili Literasi Liza Wahyuninto Lugiena De Lukas Adi Prasetyo Lukisan Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lusia Kus Anna Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Lutfi M. Mushthafa M. Romandhon M. Sunyoto M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M’Shoe Made Geria Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahrus eL-Mawa Majelis Ulama Indonesia Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcus Suprihadi Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Maruli Tobing Mashuri Masuki M. Astro Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Wulan Medco Media Lamongan Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Meka Nitrit Kawasari Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka MI Thoriqotul Hidayah Pilang 1 Mia Arista Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Miftahul A’la Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Ghufron Cholid Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Samsul Arifin Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Ali Athwa Mohammad Eri Irawan Mohammad Rafi Azzamy MTs Putra-Putri Simo Sungelebak Muh Kholid A.S Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Amin Muhammad Arif Muhammad Aris Muhammad Eko Nugroho Muhammad Hidayat Muhammad Muhibbuddin Muhammad Musa Muhammad N. Hassan Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mukafi Niam Mukhsin Amar Mulyani Hasan Mulyo Sunyoto Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Munawir Aziz Muntamah Cendani Musfarayani Musfi Efrizal N. Syamsuddin CH. Haesy Nadine Tri Duhita Naim Nanang Suryadi Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Nara Nazaruddin Azhar Neli Triana Ngatini Rasdi Nh. Anfalah Ni Luh Made Pertiwi F Ni Made Frischa Aswarini Ninuk Mardiana Pambudy Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noval Jubbek Noval Maliki Novel Novel Pekik Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Hayati Nur Kholiq Nur Kholis Huda Nurani Soliha Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Ochi Oil on Canvas Oky Sanjaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Paciran Pameran Seni Rupa Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik Panji Satrio Patung Sphinx PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan 2020 Pelukis Dahlan Kong Pelukis Harjiman Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit Progresif Penerbit PUstaka puJAngga Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Peringatan Hari Santri TPQ Al-Hidayah 22 Oktober 2017 Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren Sunan Drajat Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Pilang Tejoasri Lamongan Jawa Timur Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prosa Proses Kreatif Puisi Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka GU Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. N. Bayu Aji R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rafita Dewi Rahmah Maulidia Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rameli Agam Rana Akbari Raras Cahyafitri Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Revdi Iwan Syahputra Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Ridlwan Ridwan Munawwar Riki Utomi Rinny Srihartiny Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robert Adhi Kusumaputra Robin Al Kautsar Roby Karokaro Rodli TL Rof Maulana Rofiqi Hasan Rojiful Mamduh Rokhim Sarkadek Rosdiansyah Rosi Rosidi Rudi S. Kalianda Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rx King Motor S Jai S Yoga S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Sabrina Asril Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salim Alatas Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saratri Wilonoyudho Sari Oktafiana Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sejarah SelaSastra SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang Selvie Monica S Sendang Duwur Tahun 1920 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Shohebul Umam JR Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sifa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simon Saragih Sirikit Syah Siti Muti’ah Setiawati Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Slavoj Zizek Soelistijono Soetanto Soepiadhy Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Sohirin Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Mulyani Sri Wintala Achmad ST Indrajaya Stanley Adi Prasetyo Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sudirman Hasan Sugeng Ariyadi Sugeng Wiyadi Sugiarto Sugito Wira Yuda Suhartono Sujatmiko Sukardi Rinakit Sukitman Sumenep Sunarno Wibowo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susie Evidia Y Sutamat Arybowo Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Suyatmin Widodo Svet Zakharov Syaf Anton Wr Syaiful Bahri Syaiful Irba Tanpaka Syaiful Mustaqim Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syi'ir Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tanjung Kodok Tahun 1947 Tasman Banto Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Ganast MAN Lamongan Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Sakalintang Teater Sangbala Teater Sundra Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tewol Teater Tewol Lamongan Teguh LR Teguh Winarsho AS Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thamrin Dahlan Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute (IHI) Thohir Thompson Hs Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto To Take Delight Toni Munajat Tosa Poetra Tri Andhi S Tri Wahono Trisno S. Sutanto Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Unieq Awien Universitas Airlangga Surabaya Universitas Jember Untung Basuki Ustadz Charis Bangun Samudra Utami Diah Kusumawati Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Wahyu Aji Wahyudi Zuhro Wan Anwar Warjati Suharyono Wawan Eko Yulianto Wawan Hudiyanto Wawancara Wayan Sunarta Welly Suryandoko Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yanuar Jatnika Yanuar Yachya Yaumu Roikha Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yerusalem Ibu Kota Palestina Yesi Devisa YF La Kahija Yogyo Susaptoyono Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudi Latief Yuli Yuni Ikawati Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zahrotun Nafila Zaim Uchrowi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimras Zen Hae Zuhdi Swt