Sujatmiko
http://www.tempointeractive.com/
LAMONGAN:Tikar buatan Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, ternyata banyak diminati warga Negara Malaysia. Kegiatan pemasarannya dibantu oleh para Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di Negara itu.
Dalam paparan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Lamongan, tikar Lamongan sebenarnya sudah beredar di Negara Malaysia dalam setahun terakhir ini. Sedangkan di Indonesia, tikar berbahan baku kain, dan campuran dari serat pelepah pisang ini, juga sudah beredar di 25 provinsi di Indonesia.
‘’Jadi jangan salah, tikar-tikar yang dipakai di beberapa daerah itu, mungkin buatan Lamongan,’’ kata Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Lamongan, Mursyid, di sela acara pembukaan Expo Lamongan, Jumat (19/6) sore.
Di Lamongan pengrajin tikar tercatat sekitar 13 ribu orang. Mereka ini bekerja di 14 perusahaan kecil, menengah dan besar, yang tempatnya terpusat di Jalan Sunan Drajat, dan Jalan Sunan Giri, Gg Jambu, Lamongan.
Harganya, berkisar mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu perlembar. Selain produk ini, juga ada asesoris dan hiasan dinding dari tikar. Asesoris ini, kini menjadi salah satu andalan kerajinan tangan dari kabupaten ini. Rata-rata produksinya bisa mencapai 10 ribu perharinya.
Menurut Mursyid, produk tikar menjadi salah satu andalan Pendapatan Daerah Lamongan. Pihak Dinas Perindag juga telah mengajukan hak paten ke Departemen Perdagangan di Jakarta. Upaya ini menghindari klaim produk dari lembaga atau individu yang pernah disasarkan ke salah satu produk asli Lamongan.
http://www.tempointeractive.com/
LAMONGAN:Tikar buatan Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, ternyata banyak diminati warga Negara Malaysia. Kegiatan pemasarannya dibantu oleh para Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di Negara itu.
Dalam paparan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Lamongan, tikar Lamongan sebenarnya sudah beredar di Negara Malaysia dalam setahun terakhir ini. Sedangkan di Indonesia, tikar berbahan baku kain, dan campuran dari serat pelepah pisang ini, juga sudah beredar di 25 provinsi di Indonesia.
‘’Jadi jangan salah, tikar-tikar yang dipakai di beberapa daerah itu, mungkin buatan Lamongan,’’ kata Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Lamongan, Mursyid, di sela acara pembukaan Expo Lamongan, Jumat (19/6) sore.
Di Lamongan pengrajin tikar tercatat sekitar 13 ribu orang. Mereka ini bekerja di 14 perusahaan kecil, menengah dan besar, yang tempatnya terpusat di Jalan Sunan Drajat, dan Jalan Sunan Giri, Gg Jambu, Lamongan.
Harganya, berkisar mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu perlembar. Selain produk ini, juga ada asesoris dan hiasan dinding dari tikar. Asesoris ini, kini menjadi salah satu andalan kerajinan tangan dari kabupaten ini. Rata-rata produksinya bisa mencapai 10 ribu perharinya.
Menurut Mursyid, produk tikar menjadi salah satu andalan Pendapatan Daerah Lamongan. Pihak Dinas Perindag juga telah mengajukan hak paten ke Departemen Perdagangan di Jakarta. Upaya ini menghindari klaim produk dari lembaga atau individu yang pernah disasarkan ke salah satu produk asli Lamongan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar