Senin, Oktober 20, 2008

Perempuan Penjual Nasi Boran

Rian Sindu

Bila suatu saat engkau bertandang ke kotaku. Cobalah mampir sejenak. Sekedar melepas penat sambil menikmati indahnya malam di sana. Kotaku selalu ramai. Apalagi di sebuah pertigaan yang terletak tepat beberapa meter dari alun-alun. Tempat berjajar-jajar perempuan menjajakan nasi boran.*) Makanan bercita rasa asli resep daerahku. Engkau belum pernah merasakan nikmatnya nasi boran, kan? Makanya, mampirlah dulu ke kotaku!
***
Bulan merangkak naik. Malam makin redup. Namun kotaku belum juga lelap. Apalagi di pertigaan ini. Tempat keramaian malam tertumpah. Terlihat beberapa lelaki lesehan di atas tikar pandan. sekadar mengendurkan ketegangan akan rutinitas. Juga yang sengaja berniat merasakan nikmatnya ikan sili, puh dan rempeyek sebagai lauk nasi hangat yang dibalur dengan sambal. Membuat kombinasi yang pas dilidah setiap orang. Sambalnya pedas mengigit dan terasa agak sengak, namun itulah yang membuat nasi boran ini begitu digemari. Anak-anak kecil bergelayut di lengan ibunya yang tegak dengan mulut komat-kamit bertransaksi dengan perempuan-perempuan penjual nasi boran. Bapak-bapak lahap memakan nasi hasil kepalan tangannya sambil ndodok di atas tikar pandan. Ramai sekali pertigaan ini persis seperi biasanya.

Seperti biasanya juga perempuan tambun yang punya tahi lalat persis di bawah dagunya itu terdiam. Di saat penjual yang lain sibuk dengan pincuk demi pincuk nasi melayani pembeli. Ia sibuk mengulur angan-angan. Matanya menerawang tinggi, menerobos pekat, memilah-milah memori masa yang telah lama berlalu. Ya, tepat di bawah lampu jalan pertigaan ini, ia dan tole sering sering menghabiskan malam berdua. Mengais rupiah dari sebakul nasi yang selalu mereka bawa sehabis senja.

Pertigaan ramai ini terasa sepi bagi perempuan itu. Nampaknya ada sesuatu yang telah hilang dari kehidupannya. Ia tak lagi bergairah berjualan. Seakan-akan yang ia lakukan sekarang hanya rutinitas yang harus ia jalani setiap malam. Bahkan ia tak pernah menghitung berapa rupiahkah yang telah masuk ke kantong setiap hari. ” Kalau begitu untuk apa mbok berjualan tiap malam?” Seperti itulah kata-kata yang selalu ditanyakan orang pada perempuan itu. Lalu hampir selalu ia menjawab ” Untuk mengenang Tole.”

” Siapa Tole, Mbok?” Tanya seorang lelaki pembeli.
”Dia putra kesayanganku, Tiap malam ia membantuku berjualan.”
”Lalu kenapa malam ini ia tak ikut jualan?” Lelaki itu nampaknya begitu tertarik dengan tokoh kebanggaan perempuan itu. Tentu, ia tak mengenalnya sama sekali.

“Putraku sekarang sudah bekerja. Nak”
“Di mana tempat putramu bekerja, Mbok?”
”Di sana, di kantor bupati.”
”Sebagai apa?”
”Sebagai abdi negara. ”

”Oh pemelihara gedung negara…?” Lelaki itu pasti tak menyangka dari rahim perempuan itu telah lahir seorang pemimpin.

”Tapi nampaknya, Mbok tak suka ia kerja di sana?” Lelaki itu terus bertanya-tanya.
Perempuan itu mendesah. Kegundahan terselip dari nanar matanya.
”Ada benarnya omongan sampean…. Karena itulah, kini tole tak bisa membantuku lagi berjualan.”

”Ia kan putra mbok, Mustinya ia membantu mbok! Dasar anak tak tahu balas budi!” Kata lelaki itu tersungut-sungut serasa ikut merasakan kesedihan perempuan itu.

Perempuan itu tiba-tiba mengeram geram. Matanya nyalang. Seketika wajah lelaki itu pias. Ia mengambil beberapa lembar ribuan dari saku celananya. Mengucapkan kata maaf dan terimakasih sekenanya. Lalu ngeloyor meninggalkan perempuan itu sendiri. Di hati perempuan itu. Malam terasa begitu sepi.

Sejauh apapun ia dariku. Tole tetap putraku. Walaupun ia telah lupa dengan ibunya tapi aku takkan pernah lupa dengannya. Tak seorangpun kuijinkan menghinanya. Gumam perempuan itu mencericau sendiri. Ia mencium syal yang selalu ia kenakan. Ketika melihat benda itu, hatinya tiba-tiba menjadi haru. ” Mak pakai saja syal ini! Emak lebih butuh dari pada tole.” Ia teringat tole memakaikan syal itu melingkar di pundak perempuan itu. Meski akhirnya tole terbatuk-batuk dan ingusnya deras keluar. Anak itu benci sekali dengan udara dingin. Ia teringat begitu besar semangatnya untuk membantu emaknya. Perempuan itu terbatuk-batuk. Telah lama paru-parunya terserang radang. Makin parah saja semenjak tole tak di sisinya. Tak ada yang merawat perempuan itu lagi.
***

Walaupun dulu penjual nasi boran sangat banyak dibanding sekarang. Namun perempuan itu tak pernah sepi pembeli. Masakannya memang khas. Itu yang sering dikatakan pelanggannya. Terlebih kekhasan itu dibumbui dengan cerita-cerita heroik jaman perjuangan dulu. Ya, masa mudanya dihabiskan dari satu dapur ke dapur lain. Menyediakan makan bagi para pejuang kemerdekaan. Kadang harus merangkap jadi perawat kadang juga harus berani memanggul senapan. Cerita-ceritanya membuat para pembeli betah berlama-lama lesehan di samping bakul nasi boran miliknya. Biasanya Tole kebagian bersih-bersih sendok dan membuangi pincuk-pincuk bekas wadah nasi boran. Mereka terlihat sangat kompak.

Dan kekompakan itu seakan sirna semenjak Tole menang dalam PILKADA tahun lalu. Karena kesibukan tugas. Tole sekarang semakin jarang bersua dengan ibunya. Mungkin hanya sebulan sekali. Itupun tak lama. Bahkan telah empat bulan tole tak datang mengunjungi ibunya. Bulan ini hampir habis. Namun tak ada tanda-tanda tole akan datang bertandang. Kadang perempuan itu masygul dan mulai berpikir bahwa putranya benar-benar telah lupa dengannya.

Walaupun rasa sedih selalu membuncah ketika mengingat Tole. Namun Perempuan itu bangga dengan anak satu-satunya itu. Telah dari balita ia yatim. Namun ia tak pernah manja. Semangatnya untuk terus maju dan merubah kehidupan miskin yang melilitnya tak pernah padam. Suatu ketika perempuan itu kehabisan ide untuk mendapatkan uang, Tole sangat membutuhkan uang untuk biaya studinya. Sedang untung menjual nasi boran tak begitu banyak. Namun Tole dengan gigih nekat bekerja sebagai kuli panggul di pasar. Saat itu tubuhnya kurus kering tak berotot seperti kuli panggul yang lainnya. Namun semangatnya untuk terus sekolah mengalahkan keterbatasan yang ia punyai.

Tole tumbuh jadi pribadi tangguh dan kuat. Otak yang cerdas ditunjang dengan kegigihan untuk terus maju membuatnya pantas untuk membuat keputusan penting dalam hidupnya. Maju sebagai calon bupati periode kedepan. Membuat banyak orang terkejut karena ia hanyalah anak seorang rakyat biasa. Tak ada silsilah kaum berada pada hirarki moyangnya. Lebih terkejut lagi ketioka akhirnya dia menang. Padahal pesaingnya adalah orang-orang bernama dan berkantong tebal. Tak aneh jika ada yang nyeletuk. ” Dia , pasti menang karena langganan nasi boran emaknya banyak!” Mungkin juga benar. Karena rata-rata penggemar makanan itu di kota ini memang mengenal emaknya.
***

Bila suatu saat engkau bertandang di kotaku. Cobalah mampir sejenak di pertigaan ramai itu. Sekedar melepas penat perjalanan atau turut merasakan nikmatnya menyantap nasi boran di pinggir jalan. Sambil melihat kesibukan perempuan-perempuan penjual nasi boran atau lalu lalang kendaraan beraneka jenis. Mungkin juga ingin menikmati malam yang temaram dan damai seperti malam itu. Terlebih jika engkau ingin mendengar langsung cerita seorang perempuan penjual nasi boran yang kesepian karena telah lama ia tak melihat putranya.

Perempuan itu masih saja terpekur di atas sandaran tangannya. Matanya nanar dawarnai keharuan. Lalu beberapa bulir air meleleh dari kelopak matanya. Lampu jalanan yang terang membuatnya bias. Ia masih larut dalam lamunan bahkan ketika ada sebuah avanza berplat merah berhenti tepat di depan bakul nasi borannya.

Seorang lelaki kurus turun dari mobil. Langkahnya wibawa sahaja mendekati perempuan itu. Nampaknya ia bukanlah laki-laki biasa. Di belakangnya, beberapa orang sangar berbadan kekar menguntit laju jalannya lelaki kurus itu.
” Emak!”

Perempuan itu terkesiap. Ia begitu mengenal suara itu. Belum lama perempuan itu bangkit dari duduknya tubuhnya limbung karena sebuah pelukan telah meremas tubunya. Aroma tubuh itu tak asing lagi. Kehangatan seketika melumuri badannya. Dan air mata perempuan itu mengalir makin deras.

”Maafkan Tole, Mak! Telah lama tole tak mengunjungi emak.” Laki-laki itu terisak-isak. Tangannya menyeka air mata yang deras keluar dari mata perempuan itu.

”Ndak papa, Le. Gimana kabar kamu, Le? Sehat?
”Sehat, Mak.”
”Bagaimana pekerjaan kamu?”

”Itulah mak kadang tole menyesal menjadi sekarang. Kenikmatan menjadi orang besar kadang membuat lupa bahwa kita pernah jadi kecil.”
”Ndak boleh begitu, Le, Bagaimanapun itu adalah amanah rakyat.”

Beberapa orang yang lain sedang tersihir dengan situasi yang amat mencengangkan itu. Mereka seperti sedang melihat episode akhir sebuah sinetron. Siapapun yang mengenal lelaki itu pasti akan berubah sikap. Ada yang serupa budak dengan tuannya. Ada yang ketakutan seperti melihat hantu. ada yang sengaja menjauh. Namun banyak juga yang tak mengenal laki-laki itu. Bisa dimaklumi, karena tak semua rakyat mengenali pemimpinnya. Demikian juga pemimpin sering lupa mengenal rakyatnya.

”Kamu tak lupa dengan nikmatnya nasi boran buatan Mak kan? Perempuan itu menyodorkan sepucuk nasi. Dua bungkus lagi buat pengawal laki-laki itu yang sangar-sangar.
”Pasti Mak. Pasti. Oh ya! Habis ini kita beres-beres lalu boyongan kerumah baru kita ya mak!”
Perempuan itu menghela nafas berat. Bola matanya menangkap bakul nasi dan bertumpuk-tumpuk lauk pauk miliknya.
”Itu bukan rumah kita le. Rumah itu adalah titipan yang sewaktu-waktu diambil lagi oleh pemiliknya! Kita adalah rakyat biasa.”
***

Bila suatu saat engkau bertandang kekotaku. Coba mampir sejenak di pertigaan ramai itu. Sekedar melepas penat perjalanan atau sekedar merasakan nikmatnya menyantap nasi boran di pinggir jalan. Sambil melihat kesibukan jual beli nasi boran atau lalu-lalang kendaraan beraneka jenis. Mungkin juga ingin menghabiskan malam dikotaku yang temaram dan damai.

Namun maaf kali ini aku tak bisa menemanimu. Karena pekerjaanku seperti tak habis-habis. Tapi tak usah khawatir. Akan kutunjukkan penjual nasi boran mana yang menjadi langgananku. Ya, perempuan tambun yang ada tahi lalat di dagunya itu. Dijamin engkau akan rindu bertandang kembali kekotaku. Engaku tak hanya akan disuguhi masakan yang enak saja. Namun juga diceritakan bagaimana gigihnya perempuan itu bertahan sebagai penjual nasi boran. Karena ia hendak membuat nasi boran tak dilupakan rakyat kotaku. Tak kalah dengan masakan-masakan luar negeri yang makin deras berdatangan ke kota ini.

Jangan lupa juga minta diceritakan tentang anaknya yang kini menjadi orang besar. Walau begitu, ia tak pernah sombong dan selalu rendah hati. Ia hebatkan? Ya, perempuan itu memang sangat hebat. Dia adalah ibuku. Aku sangat menyayanginya. Walaupun dia masih belum mau tinggal bersamaku di rumah dinas yang luas ini.

Lamongan, Kota Cahaya Oktober 2007

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Hana N.S A. Iwan Kapit A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.C. Andre Tanama Aa Sudirman Abd. Basid Abdul Aziz Rasjid Abdul Ghofar Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Muid Badrun Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdullah Ubaid Matraji Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abonk El ka’bah Acep Zamzam Noor Ach. Nurcholis Majid Achmad Farid Tuasikal Achmad Maulani Adi Faridh Adi Marsiela Adi Sucipto Adian Husaini Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrian Ramdani AF. Tuasikal Afnan Malay Afrizal Malna AG Hadzarmawit Netti AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Majestika Aguk Irawan M.N. Agung Prihantoro Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R Sarjono Agus S Warman Agus Sri Danardana Agus Sulton Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Rafiq Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syafii Maarif Ahmad Taufik Ahmad Thohari Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Al-Fairish Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Ali Irwanto Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Alvi Puspita Amang Mawardi Ambarukminingsih Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Amirullah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andhi Setyo Wibowo Andik Nurcahyo AndongBuku #3 Andry Deblenk Anindita S. Thayf Aning Ayu Kusuma Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anwari WMK Aprillia Ika Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Arif Firmansyah Arifun Najib Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arys Hilman Asarpin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asri Bariqah Awalludin GD Mualif Azumardi Azra Azyumardi Azra Baca Puisi Badaruddin Amir Balada Bambang kempling Bambang Satriya Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benni Indo Benny Benke Benny D Koestanto Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Koran Bernada Rurit Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Palopo Budi Purnomo Buldanul Khuri Bunda Zakyzahra Tuga Bungaran Antonius Simanjuntak Candrakirana Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Che Guevara Coronavirus Cover Buku Kritik Sastra Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi II Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi IV Cover Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi V D. Zawawi Imron Dadan Maula Darmawan Dadang Ari Murtono Dahlan Kong Damanhuri Zuhri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Dedykalee Deni Ali Setiono Deni Jazuli Denny Ardiansyah Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan Dewi Indah Sari Dhanu Priyo Prabowo di Bluri di Karangasem Dian Sukarno Diana AV Sasa Diana Ifrina Ernawati Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dini Tri Dinoroy M. Aritonang Dion Maulana Prasetya Diskusi buku Djaka Susila Djenar Maesa Ayu Djesna Winada Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Budiono Herusatoto Drs H Choirul Anam Drum Band MI Miftahul Ulum (Kuluran) Dudi Rustandi Dunia Penerbitan Indonesia Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Nikmatika Roma Dwi Pranoto Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddy D. Iskandar Edeng Syamsul Ma’arif Edi Faisol Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elly Burhaini Faizal Elly Trisnawati Ellyn Novellin Emerson Yuntho Emha Ainun Nadjib Emil WE Endang Supriyadi Endi Haryono Endri Y Erdogan Esai Esha Tegar Putra Esme Fadliha Etik Widya Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fadjriah Nurdiarsih Fahmi Fahrudin Nasrulloh Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faris Al Faisal Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Felix K. Nesi Festival Mocosik Festival Seni Internasional 2010 Yogyakarta Festival Seni Internasional 2014 Yogyakarta Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan festivalsenisurabaya.com Fikri. MS Firdawsi Fortus Pake Forum Lingkar Pena Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Foto Franditya Utomo Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Magnis-Suseno Friski Riana Fuad Hasan Nasihin Fuji Pratiwi Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawa Gede Mugi Raharja Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gedung Sangbala Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gito Waluyo Goenawan Mohamad Golput Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma’ruf Amin Gus Dur H Ikhsan Effendi H. Usep Romli H.M H.B. Jassin H.O.S Cokroaminoto Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Hadi Napster Hadziq Jauhary Halim H.D. Halimatussa’diyah Hamberan Syahbana Hamluddin Hana Pertiwi Hanif Nashrullah Hardono Haris del Hakim Haris Firdaus Haris Priyatna Haris Saputra Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Basri Hasan Junus Hasanuddin WS Hasnan Bachtiar Helmi Y Haska Helmy Tasaufy Hera Khaerani Herdiyan Heri C Santoso Heri Latief Herman Herman Hasyim Herman RN Herry Lamongan Herry Mardianto Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Homaedi I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I Wayan Seriyoga Parta IBM. Dharma Palguna Ibnu PS Megananda Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Mustofa Imam Nawawi Imam Qodim Al-Haromain Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Imelda Imron Arlado Imron Rosidi Imron Rosyid Imron Tohari Indrian Koto Ingki Rinaldi Ipik Tanoyo Ire Irvan Sihombing Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismet NM Haris Ismi Wahid Isnanur Janah Iswadi Pratama Isyana Artharini Iwan Nurdaya-Djafar Iwank Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Janual Aidi Javed Paul Syatha Jazzi Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jembatan Kuno Yang Misterius Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Jodhi Yudono Jogjanews.com John Joseph Sinjal Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Paket Hemat Juara Ke 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jumartono Jurnalisme Sastra Jusuf A.N K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.Y. Karnanta Kadjie Mudzakir Kaheesa Kirania Putri Ayu Kang Daniel Kapal Nabi Nuh Karanggeneng Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kautsar Muhammad Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) KH Abdul Ghofur KH Bisri Syansuri KH. Abdul Aziz Masyhuri KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khoirul Abidin Khoirul Inayah Ki Ompong Sudarsono Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kika Dhersy Putri Kitab Arbain Nawawi KITLV Koh Young Hun Koko Sudarsono Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopi Sunan Drajat Kopuisi Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Krisman Kaban Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kulonprogo Kurnia Effendi Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswinarto L Ridwan Muljosudarmo Laboratorium Sinematografi dan Pertunjukan UNISDA Lamongan Lagu Lailiyatis Sa'adah Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Sarmili Literasi Liza Wahyuninto Lugiena De Lukas Adi Prasetyo Lukisan Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lusia Kus Anna Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Lutfi M. Mushthafa M. Romandhon M. Sunyoto M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M’Shoe Made Geria Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahrus eL-Mawa Majelis Ulama Indonesia Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcus Suprihadi Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Maruli Tobing Mashuri Masuki M. Astro Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Wulan Medco Media Lamongan Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Meka Nitrit Kawasari Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka MI Thoriqotul Hidayah Pilang 1 Mia Arista Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Miftahul A’la Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Ghufron Cholid Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Samsul Arifin Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Ali Athwa Mohammad Eri Irawan Mohammad Rafi Azzamy MTs Putra-Putri Simo Sungelebak Muh Kholid A.S Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Amin Muhammad Arif Muhammad Aris Muhammad Eko Nugroho Muhammad Hidayat Muhammad Muhibbuddin Muhammad Musa Muhammad N. Hassan Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mukafi Niam Mukhsin Amar Mulyani Hasan Mulyo Sunyoto Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Munawir Aziz Muntamah Cendani Musfarayani Musfi Efrizal N. Syamsuddin CH. Haesy Nadine Tri Duhita Naim Nanang Suryadi Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Nara Nazaruddin Azhar Neli Triana Ngatini Rasdi Nh. Anfalah Ni Luh Made Pertiwi F Ni Made Frischa Aswarini Ninuk Mardiana Pambudy Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noval Jubbek Noval Maliki Novel Novel Pekik Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Hayati Nur Kholiq Nur Kholis Huda Nurani Soliha Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Ochi Oil on Canvas Oky Sanjaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Paciran Pameran Seni Rupa Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik Panji Satrio Patung Sphinx PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan 2020 Pelukis Dahlan Kong Pelukis Harjiman Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit Progresif Penerbit PUstaka puJAngga Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Peringatan Hari Santri TPQ Al-Hidayah 22 Oktober 2017 Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren Sunan Drajat Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Pilang Tejoasri Lamongan Jawa Timur Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prosa Proses Kreatif Puisi Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka GU Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. N. Bayu Aji R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rafita Dewi Rahmah Maulidia Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rameli Agam Rana Akbari Raras Cahyafitri Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Revdi Iwan Syahputra Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Ridlwan Ridwan Munawwar Riki Utomi Rinny Srihartiny Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robert Adhi Kusumaputra Robin Al Kautsar Roby Karokaro Rodli TL Rof Maulana Rofiqi Hasan Rojiful Mamduh Rokhim Sarkadek Rosdiansyah Rosi Rosidi Rudi S. Kalianda Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rx King Motor S Jai S Yoga S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Sabrina Asril Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salim Alatas Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saratri Wilonoyudho Sari Oktafiana Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sejarah SelaSastra SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang Selvie Monica S Sendang Duwur Tahun 1920 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Shohebul Umam JR Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sifa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simon Saragih Sirikit Syah Siti Muti’ah Setiawati Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Slavoj Zizek Soelistijono Soetanto Soepiadhy Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Sohirin Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Mulyani Sri Wintala Achmad ST Indrajaya Stanley Adi Prasetyo Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sudirman Hasan Sugeng Ariyadi Sugeng Wiyadi Sugiarto Sugito Wira Yuda Suhartono Sujatmiko Sukardi Rinakit Sukitman Sumenep Sunarno Wibowo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susie Evidia Y Sutamat Arybowo Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Suyatmin Widodo Svet Zakharov Syaf Anton Wr Syaiful Bahri Syaiful Irba Tanpaka Syaiful Mustaqim Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syi'ir Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tanjung Kodok Tahun 1947 Tasman Banto Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Ganast MAN Lamongan Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Sakalintang Teater Sangbala Teater Sundra Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tewol Teater Tewol Lamongan Teguh LR Teguh Winarsho AS Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thamrin Dahlan Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute (IHI) Thohir Thompson Hs Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto To Take Delight Toni Munajat Tosa Poetra Tri Andhi S Tri Wahono Trisno S. Sutanto Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Unieq Awien Universitas Airlangga Surabaya Universitas Jember Untung Basuki Ustadz Charis Bangun Samudra Utami Diah Kusumawati Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Wahyu Aji Wahyudi Zuhro Wan Anwar Warjati Suharyono Wawan Eko Yulianto Wawan Hudiyanto Wawancara Wayan Sunarta Welly Suryandoko Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yanuar Jatnika Yanuar Yachya Yaumu Roikha Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yerusalem Ibu Kota Palestina Yesi Devisa YF La Kahija Yogyo Susaptoyono Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudi Latief Yuli Yuni Ikawati Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zahrotun Nafila Zaim Uchrowi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimras Zen Hae Zuhdi Swt