Reporter : Arif Koes
Konser musik dan bazar buku Festival Mocosik di Jogja Expo Center (JEC), Bantul, DI Yogyakarta. (GATRA/Arief Koes/FT02).
Ajang konser musik dan bazar buku Festival Mocosik digelar untuk ke dua kali tahun ini.
Kali ini ajeng ini didedikasikan kepada pendiri penerbit buku "Bentang", Yogyakarta, Buldanul Khuri yang selama 25 tahun konsisten menerbitkan buku.
Sekitar 100 sampul buku pertama terbitan Bentang yang memiliki sentuhan artistik dipamerkan selama 20-22 April di Jogja Expo Center (JEC), Bantul, Daewrah Istimewa (DI) Yogyakarta.
Penggagas Festival Mocosik Anas Syahrul Alimi mengatakan sosok Buldanul Khuri adalah inisiator yang membawa karya seni rupa ke dalam dunia penerbitan dengan menjadikan sampul buku terbitan Bentang sebagai kanvas.
“Selama 25 tahun, Buldanul menjadi penjaga literasi dalam bentuk terbitan fisik di Indonesia. Ini menjadi sebuah penanda bahwa literasi fisik berupa buku tidak akan mati di tengah gempuran dokumentasi digital,” kata Anas, saat ditemui, Sabtu (20/4).
Dari 500-an buku terbitan pertama Bentang yang sempat hilang, ada 100 sampul buku karya sejumlah seniman dan perupa di DI Yogyakarta ditampilkan ulang selama festival ini.
Bukan hanya sentuhan seni di sampul buku. Menurut Anas, melalui penerbit Bentang, Buldanul mendedikasikan dirinya dengan mempertaruhkan dana, cita rasa, dan wacana melalui buku-buku tentang sastra, sejarah, dan filsafat.
“Pameran ini merupakan penggalan sejarah untuk kilas balik perkembangan estetika dan pencapaian artistik Buldanul selaku perancang sampul buku bersama para seniman,” lanjutnya.
Kepada pengunjung festival, Buldanul menceritakan dia sempat berduka ketika 500 buku cetakan pertama Bentang dijual saat awal-awal usahanya pada 2004 guna membayar hutang.
“Saya tidak memiliki softfile. Semua dalam bentuk fisik. Ketika kehilangan karya-karya itu, kehidupan saya seperti hancur,” katanya.
Dalam usahanya mengumpulkan kembali karya-karya itu, Buldanul menceritakan dirinya harus membeli ulang karyanya hingga 10 kali lipat dari harga awal.
“Melalui buku-buku itu, para seniman yang menggarap sampul buku itu mendapatkan nama. Lukisan yang dihasilkan dari karya sampul itu saat ini sudah menembus angka ratusan juta rupiah. Padahal dulu saya hanya membeli senilai ratusan ribu rupiah,” tuturnya.
Karena itulah, melalui pameran ini, Buldanul ingin menularkan semangat pendokumentasian literasi fisik dibandingkan digital. Baginya literasi fisik penting untuk membangun peradaban kehidupan sehari-hari.
Festival Mocosik adalah gelaran pameran buku yang digabungkan dengan pertunjukan musik yang memiliki tujuan utama menggairahkan kembali budaya baca di masyarakat.
Direktur Festival Mocosik Bakkar Wibowo mengatakan 100 penerbit hadir selama pameran dengan menjajakan ribuan judul buku.
Selama tiga hari, pengunjung juga dapat menikmati konser musik yang menghadirkan Kahitna, Rio Febrian, Letto, Tulus, Slank, Glenn Fredly, dan Sirkus Barock.
Tidak ketinggalan seniman dan penulis seperti Sapardi Djoko Damono, Seno Gumira Ajidarma, Garin Nugroho, dan Adib Hidayat akan berbagi pengalaman mereka ke pengunjung.
"Setiap tiket nonton konser bisa ditukarkan dengan sebuah buku. Silakan Kalau bukunya mau disumbangkan, ya bisa saja, kami menyediakan tempat untuk menerima sumbangan buku," ujar Bakkar.
Editor : Mukhlison
Tidak ada komentar:
Posting Komentar