Rabu, Maret 10, 2010

MENULIS SEBAGAI SILATURAHMI

Maman S. Mahayana
http://mahayana-mahadewa.com/

Memasuki era kesejagatan, kini, makin disadari betapa informasi menempati kedudukan penting. Siapa yang menguasai informasi, dia yang niscaya dapat memainkan peranannya; mempengaruhi dan sekaligus juga ‘menciptakan’ opini publik, dan menjual informasi untuk kepentingannya atau untuk kepentingan siapa saja. Sebaliknya, siapa yang ketinggalan informasi, dialah yang kelak akan tergusur dan terus-menerus menjadi objek eksploitasi atau menjadi penonton yang pasif, tanpa dapat melibatkan diri dalam arus deras perubahan zaman ini. Atas kesadaran itulah, lalu orang berlomba-lomba mencari, menemukan, dan menguasai informasi.

Dalam pengertian yang lebih khusus, informasi lalu diindentikkan dengan pengetahuan dan wawasan. Semakin luas dan mendalam pengetahuan dan wawasan seseorang, semakin kuat posisi dirinya dalam kehidupannya di tengah masyarakat. Maka, wajarlah jika kini banyak orang yang berusaha melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, tidak hanya untuk meraih gelar, melainkan juga untuk memperoleh pengetahuan yang lebih luas. Perguruan tinggi lalu dipandang seolah-olah sebagai satu-satunya lembaga yang memungkinkan orang meraih gelar dan memperoleh pengetahuan. Ia seakan-akan menjadi sebuah lembaga prestisius. Benarkah begitu?
***

Sesungguhnya, perguruan tinggi ’sekadar’ pendidikan formal. Sememangnya, untuk meraih gelar, orang mesti memasuki perguruan tinggi. Tetapi tidak sedikit pula perguruan tinggi yang lebih menitikberatkan tujuannya hanya untuk mencari untung semata-mata, mengeruk dana masyarakat dengan mengatasnamakan universitas atau institut. Soal mutu dan usaha menjunjung tinggi moralitas keilmuan dan nilai-nilai ilmiah, sama sekali tidak diperhatikan. Akibatnya, berlimpahlah lulusan perguruan tinggi yang menganggur. Mereka jadi pengangguran intelektual. Mengapa terjadi demikian?

Dalam hal itulah, banyak orang yang tidak memahami apa yang akan dilakukan saat ia memasuki dunia perguruan tinggi. Kegiatan penting di perguruan tinggi, salah satunya adalah melaksanakan proses perkuliahan. Adapun hakikat kuliah bukanlah sekadar tatap muka antara dosen dan mahasiswa, melainkan bimbingan dalam proses pencarian dan penambahan pengetahuan. Mengingat perkuliahan hanya bisa dilaksanakan dalam beberapa jam saja, maka kuliah yang sebenarnya bukan dalam tatap muka itu, malainkan dalam pencarian dan penambahan pengetahuan. Dengan kata lain, hakikat kuliah sesungguhnya membaca, dan itu terjadi di gedung perpustakaan atau di ruang-ruang baca dengan buku yang bertindak sebagai dosennya.

Begitulah, pada dasarnya siapa pun dapat kuliah tanpa mesti memasuki perguruan tinggi. Jadi, asalkan seseorang mau membaca, menambah pengetahuan dan wawasannya lewat sumber-sumber tertulis (buku), ia sesungguhnya sedang melakukan proses perkuliahan. Ia secara bebas dapat memilih dosennya sendiri; bidang ilmu yang diminati, dan kapan saja ia melakukan aktivitas kuliahnya. Masalahnya, menempatkan buku sebagai dosen, tidak hanya membuat kita lebih bebas menentukan waktu dan tempat kita kuliah (baca: membaca buku), tetapi juga lebih berani untuk ‘menggugat’ yang tertulis dalam buku bersangkutan.

Jika kuliah antara dosen dan mahasiswa terjadi di ruang dan waktu tertentu, maka membaca tidak terikat oleh ruang dan waktu. Bahkan, aktivitas membaca sebenarnya lebih mirip sebuah dialog. Pembaca terus-menerus berdialog dengan teks yang dibacanya. Dalam proses itu, pembaca bebas menafsirkan dan memperlakukan teks menurut pemahamannya. Pembaca pun boleh setuju, boleh juga tidak, terhadap isi teks yang dibacanya.

Mengingat pembaca mempunyai kebebasan untuk menafsirkan dan memperlakukan teks (buku), maka ia juga bebas menanggapinya secara kritis. Dengan demikian, semakin kita banyak membaca, semakin kritis pula kita menanggapi sebuah teks. Akibatnya tuntutan untuk membaca bacaan yang baik, akan terbina dengan sendirinya. Membaca pada gilirannya, akan dirasakan sebagai kebutuhan yang mutlak perlu untuk terus-menerus menjadi santapan rohani kita.

Demikian, kegiatan membaca anggap saja sebagai kuliah, buku sebagai dosennya dan gedung perpustakaan sebagai kampusnya. Lalu, gelar apa yang akan kita raih dari kegiatan semacam itu? Gelar akademis, memang tidak. Namun, gelar sebagai orang yang berpengetahuan dan berwawasan, niscaya akan diperoleh tanpa perlu diminta. Meskipun demikian, guna mencapai gelaran itu tentulah kita harus menunjukkannya kepada masyarakat luas mengenai pengetahuan dan wawasan yang kita miliki. Untuk itulah menulis menjadi bagian penting sebagai kelanjutan dari kegiatan membaca.
***

Setiap orang, pada dasarnya, dapat dan mampu untuk menulis. Atau, meminjam pernyataan Arswendo Atmowiloto—menulis itu gampang. Kenyataan memang demikian. Masalahnya tinggal bergantung kepada kemauan. Apakah kita benar-benar mau menulis atau tidak. Jika tidak, tak usahlah kita mempunyai keinginan menulis. Namun, jika kita sungguh ingin menjadi penulis, maka menulislah! Niscaya akan kita sadari bahwa sesungguhnya menulis itu tidaklah sesulit yang diduga, betapapun tidak pula segampang yang diangankan. Dalam hal ini, kegiatan menulis terasa ‘lebih gampang’ lagi apabila kita telah memiliki pengetahuan dan wawasan yang memadai mengenai satu atau beberapa hal. Bagi mereka yang menempatkan kegiatan membaca sebagai kuliah, niscaya kemampuannya menulis tinggal menunggu waktu saja. Gelaran sebagai orang yang berpengetahuan dan berwawasan pun tinggal menunggu saat ‘pengesahannya’.

Lho, bagaimana dengan bakat? Bukankah menjadi penulis (pengarang, sastrawan, novelis, cerpenis, penulis esai), hanya mungkin dapat terwujud jika kita mempunyai bakat, talenta? Mungkinkah orang yang tidak punya bakat atau talenta sebagai penulis dapat menjadi cerpenis, novelis atau apa pun yang berkaitan dengan kegiatan tulis-menulis? Itulah pandangan yang sesat! Menulis tidak ada hubungannya dengan bakat. Menulis adalah kegiatan keterampilan. Mengingat menulis sebagai kegiatan keterampilan, maka faktor paling penting dalam dunia tulis-menulis adalah latihan! Latihan, latihan, dan terus latihan selama hidup, sepanjang tekad dan keinginan menjadi penulis tidak kita pensiunankan. Jadi, jika kita ingin menjadi penulis, maka menulislah, dan sejalan dengan itu, berlatihlah menulis sampai titik darah penghabisan!
***

Sebelum kita menjadikan kegiatan membaca dan menulis sebagai kebutuhan keseharian, mungkin kita memerlukan kiat tertentu. Kelak, jika kegiatan membaca dan menulis sudah kita anggap sebagai ’santapan’ keseharian kita, niscaya pula kita akan menyadari, betapa menulis itu dapat pula mendatangkan kenikmatan spiritual, kebanggaan dan kepercayaan diri secara wajar dan tentu saja, menghasilkan keuntungan material.
***

Sebelum memulai menulis, langkah pertama yang mesti dilakukan adalah menegaskan kembali, bahwa kita sungguh ingin menulis; artikel, esai, resensi, makalah atau karya kreatif seperti novel, cerpen atau puisi. Penegasan ini penting supaya timbul motivasi dan dorongan dari dalam diri, bahwa kita sungguh-sungguh akan menulis.

Langkah kedua adalah melaksanakan keinginan itu. Jadi, keinginan itu bukan sekadar angan-angan atau harapan kosong belaka. Bulatkan tekad, bahwa kita memang ingin menjadi penulis. Maka, menulislah! Lalu apa yang hendak kita tulis? Ya, apa saja. Bergantung dari masalah apa yang sekiranya kita ketahui secara lebih baik, dan bagaimana kita ingin mengungkapkannya melalui bahasa tulis. Dalam hal ini, sebaiknya kita menulis sesuatu yang memang benar-benar kita ketahui atau kita kuasai masalahnya. Jika itu sudah ditentukan, maka mulailah menulis. Lalu, bagaimana memulainya?

Itulah langkah ketiga, yaitu menulis apa saja yang ada di dalam benak kepala yang sesuai pula dengan keinginan kita, bahwa kita memang sungguh-sungguh hendak menulis. Janganlah kita memikirkan apakah tulisan itu baik atau tidak; berbobot atau tidak. Pokoknya, untuk langkah pertama ini, kita hendak menulis, maka menulislah! Selepas itu, barulah kita mengevaluasi lagi, urutan masalah yang hendak diungkapkan, hal apa saja yang akan diangkat, dan bagian mana yang perlu dibuang atau dikembangkan. Manfaatkan pula kamus untuk meyakinkan istilah-istilah yang mungkin kita singgung. Lewat kamus pula kita dapat melakukan pilihan kata. Jadi, dalam hal ini, bertindaklah sebagai penulis yang berada di jalan yang benar, yaitu bertindak sebagai pembaca pertama, editor pertama, dan kritikus pertama dari tulisan kita sendiri.

Langkah keempat adalah pengetikan atau penulisan ulang. Ini perlu dilakukan mengingat tulisan sekali jadi, cenderung mengandung kesalahan. Dalam hal ini, sebaiknya kita mengendapkan dahulu apa yang sudak kita tulis. Selepas itu, barulah dilakukan pembacaan dan pengetikan ulang. Di samping itu, cara ini pun berguna untuk menyaring gagasan-gagasan yang mungkin tercecer. Jadi tulisan final sudah mengalami beberapa evaluasi; pembacaan dan pengetikan ulang. Sesudah kita yakin betul bahwa tidak ada kesalahan, baik kesalahan ketik, ejaan, tanda baca atau kalimat, barulah kita mengirimkannya ke media yang sesuai dengan isi dan materi tulisan kita.
Nah, gampang, kan!
***

Manfaat apakah yang dapat kita peroleh dari kegiatan tulis-menulis ini? Hal inilah yang –barangkali—kurang disadari oleh banyak orang, sehingga tidak sedikit orang yang menyepelekan manfaat sebuah tulisan. Bahkan, ada pula yang beranggapan bahwa kegiatan tulis-menulis sebagai kegiatan yang membuang-buang waktu; kegiatan iseng yang percuma. Astaga! Inilah contoh yang baik dari sebuah pandangan yang sesat! Jika masih saja ada pandangan bahwa menulis adalah kegiatan yang membuang-buang waktu, kegiatan percuma yang tiada berguna, maka doa mujarobat harus segera kita sampaikan kepadanya. “Semoga arwahnya segera diterima di sisi Tuhan!”

Sesungguhnya menulis, seperti juga membaca, adalah kegiatan intelektual. Pada saat seseorang berada dalam proses penulisan, pada saat itulah pikiran dan inteleknya bekerja keras. Ia harus memilih dan memilah-milah, kata-kata apa yang patut dan paling tepat diungkapkan; bagaimana ia disampaikan dalam rangkaian kalimat, dan bagaimana pula gagasannya itu diurutkan secara logis.

Mengingat bahasa tulis sangat berbeda dengan bahasa lisan, maka ketepatan memilih kata-kata, kejelasan mengungkapkan gagasan, dan kecermatan menggunakan dan memanfaatkan tanda baca, ikut pula memainkan peranan dalam menghasilkan sebuah tulisan yang baik.

Bagaimanapun, bahasa tulis tidak terikat oleh ruang dan waktu; di mana pun dan dalam waktu dan suasana apa pun, pemahaman terhadap sebuah teks (tulisan), akan tetap tidak mengalami perubahan. Bahasa tulis memberi kemungkinan terjadinya komunikasi tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Seorang penulis entah di mana, dan menulis entah kapan, tulisannya dapat dibaca dan dibaca lagi sampai kapan pun. Jadi sebuah tulisan—artikel—misalnya, dapat dibaca di mana saja dan kapan saja. Akibatnya, sebuah tulisan sangat mungkin dibaca oleh begitu banyak orang dengan wilayah yang begitu luas dan waktu yang begitu panjang. Dengan demikian, pembaca sangat mungkin hanya mengenal tulisan seseorang, tanpa ia sendiri pernah bertemu dengan orangnya. Pada gilirannya pembaca akan merasa sudah begitu akrab dengan seorang penulis, betapapun keduanya belum pernah jumpa.

Pengaruhnya ternyata luar biasa dan begitu tak terduga. Pertama, karena pembaca sudah merasa akrab dan dekat dengan tulisan seorang, maka begitu bertemu dan berkomunikasi secara langsung, keduanya –biasanya— sudah seperti sahabat yang sudah lama tidak saling bertemu. Di dalam konteks ini, menulis sesungguhnya merupakan usaha membuka dan menjalin persahabatan, dengan siapa pun dari kalangan mana pun.

Kedua, karena menulis merupakan bagian dari kegiatan intelektual, maka seorang penulis cenderung dipandang sebagai orang yang sedikit-banyak mempunyai wawasan— berpengetahuan. Semakin banyak kita menulis, semakin kuat orang beranggapan begitu. Dengan demikian, secara tidak langsung, penulis telah menanamkan pengaruh dan wibawanya kepada pembaca.

Ketiga, mengingat tulisan dapat direproduksi dan dibaca berulang-ulang, maka pengaruh sebuah tulisan relatif tahan lama. Dengan perkataan lain, menulis, buku misalnya, sebenarnya dapat pula dianggap membuat monumen; ia akan terus dikenang betapapun penulisnya sudah meninggal sekian lama.

Keempat, bagi diri penulisnya, kegiatan menulis sebenarnya juga prosesnya hampir sama dengan kegiatan membaca. Hanya, jika membaca melakukan proses penyerapan pengetahuan, maka menulis melakukan proses pengungkapan pengetahuan. Seseorang yang gemar membaca, tetapi tidak suka menulis, maka pengetahuan dari hasil bacaannya hanya untuk dirinya sendiri dan hanya akan diketahui dalam lingkup dan jumlah yang terbatas. Sebaliknya, seseorang yang gemar menulis, namun tidak suka membaca, maka dalam proses penulisannya yang kemudian, ia niscaya akan kehabisan gagasan; tulisannya juga cenderung sederhana, dalam pengertian kurang berwawasan, dangkal, dan tidak bernas. Sungguhpun setiap tulisan tidak mesti mendalam atau berwawasan, menyajikan sesuatu yang menarik merupakan syarat yang memungkinkan sebuah tulisan dibaca orang. Dan itu sangat mungkin dapat dilakukan jika kita mempunyai pengetahuan dan wawasan yang memadai.

Jadi, kegiatan menulis sesungguhnya tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan membaca. Sebaliknya, kegiatan membaca seyogianya diikuti pula dengan kegiatan menulis. Singkatnya, baca-tulis-baca-tulis, dan seterusnya. Membaca anggap saja sebagai kuliah, dan menulis anggaplah sebagai bekerja. Hanya dengan cara itulah, wawasan kita akan terus bertambah dan kemahiran menulis akan terus meningkat. Tingggallah kita menunggu gelaran apa yang akan diberikan masyarakat atas prestasi itu. Itulah hasil kita kuliah dengan buku sebagai dosennya dan pepustakaan sebagai kampusnya.

Meskipun demikian, gelar –apa pun juga—bukanlah segala-galanya. Gelar hanya sebagai akibat, bukan tujuan. Yang jauh lebih penting dari kegiatan menulis ini adalah membangun hubungan silaturahmi, jaringan. Jika tulisan kita dimuat di sebuah suratkabar atau majalah, misalnya, maka secara tidak langsung, kita telah membuka hubungan silaturahmi dengan sekian ribu orang pembaca suratkabar atau majalah itu. Bukankah sebuah tulisan pada hakikatnya “tawaran berbincang-bincang jarak jauh”? Itulah bentuk silaturahmi sebuah tulisan. Lalu, apa manfaatnya dari model silaturahmi yang seperti itu.

Ajaran agama saya mengatakan: ada lima manfaat jika kita melakukan silaturahmi: (1) melebarkan pintu rezeki, (2) memperpanjang usia, (3) memperbanyak sahabat dan sanak saudara, (4) memantapkan optimisme, dan (5) melegitimasi lahan dan tempat kita –kelak—sebagai penduduk surga. Tentu saja kita boleh percaya, boleh juga tidak. Bagaimanapun juga, bersilaturahmi, selalu saja lebih banyak mendatangkan kebaikan daripada keburukan. Jadi, tak salah jika kita coba melakukan itu. Maka, lakukanlah kegiatan menulis. Anggap saja kegiatan menulis itu juga sebagai bentuk silaturahmi. Nah, jika kita memang ingin menjadi penulis, maka menulislah dan anggap saja tulisan itu sebagai sebuah silaturahmi. Tidak percaya? Buktikanlah sendiri!

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Hana N.S A. Iwan Kapit A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.C. Andre Tanama Aa Sudirman Abd. Basid Abdul Aziz Rasjid Abdul Ghofar Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Muid Badrun Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdullah Ubaid Matraji Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abonk El ka’bah Acep Zamzam Noor Ach. Nurcholis Majid Achmad Farid Tuasikal Achmad Maulani Adi Faridh Adi Marsiela Adi Sucipto Adian Husaini Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrian Ramdani AF. Tuasikal Afnan Malay Afrizal Malna AG Hadzarmawit Netti AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Majestika Aguk Irawan M.N. Agung Prihantoro Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R Sarjono Agus S Warman Agus Sri Danardana Agus Sulton Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Rafiq Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syafii Maarif Ahmad Taufik Ahmad Thohari Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Al-Fairish Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Ali Irwanto Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Alvi Puspita Amang Mawardi Ambarukminingsih Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Amirullah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andhi Setyo Wibowo Andik Nurcahyo AndongBuku #3 Andry Deblenk Anindita S. Thayf Aning Ayu Kusuma Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anwari WMK Aprillia Ika Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Arif Firmansyah Arifun Najib Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arys Hilman Asarpin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asri Bariqah Awalludin GD Mualif Azumardi Azra Azyumardi Azra Baca Puisi Badaruddin Amir Balada Bambang kempling Bambang Satriya Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benni Indo Benny Benke Benny D Koestanto Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Koran Bernada Rurit Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Palopo Budi Purnomo Buldanul Khuri Bunda Zakyzahra Tuga Bungaran Antonius Simanjuntak Candrakirana Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Che Guevara Coronavirus Cover Buku Kritik Sastra Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi II Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi IV Cover Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi V D. Zawawi Imron Dadan Maula Darmawan Dadang Ari Murtono Dahlan Kong Damanhuri Zuhri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Dedykalee Deni Ali Setiono Deni Jazuli Denny Ardiansyah Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan Dewi Indah Sari Dhanu Priyo Prabowo di Bluri di Karangasem Dian Sukarno Diana AV Sasa Diana Ifrina Ernawati Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dini Tri Dinoroy M. Aritonang Dion Maulana Prasetya Diskusi buku Djaka Susila Djenar Maesa Ayu Djesna Winada Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Budiono Herusatoto Drs H Choirul Anam Drum Band MI Miftahul Ulum (Kuluran) Dudi Rustandi Dunia Penerbitan Indonesia Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Nikmatika Roma Dwi Pranoto Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddy D. Iskandar Edeng Syamsul Ma’arif Edi Faisol Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elly Burhaini Faizal Elly Trisnawati Ellyn Novellin Emerson Yuntho Emha Ainun Nadjib Emil WE Endang Supriyadi Endi Haryono Endri Y Erdogan Esai Esha Tegar Putra Esme Fadliha Etik Widya Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fadjriah Nurdiarsih Fahmi Fahrudin Nasrulloh Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faris Al Faisal Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Felix K. Nesi Festival Mocosik Festival Seni Internasional 2010 Yogyakarta Festival Seni Internasional 2014 Yogyakarta Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan festivalsenisurabaya.com Fikri. MS Firdawsi Fortus Pake Forum Lingkar Pena Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Foto Franditya Utomo Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Magnis-Suseno Friski Riana Fuad Hasan Nasihin Fuji Pratiwi Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawa Gede Mugi Raharja Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gedung Sangbala Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gito Waluyo Goenawan Mohamad Golput Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma’ruf Amin Gus Dur H Ikhsan Effendi H. Usep Romli H.M H.B. Jassin H.O.S Cokroaminoto Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Hadi Napster Hadziq Jauhary Halim H.D. Halimatussa’diyah Hamberan Syahbana Hamluddin Hana Pertiwi Hanif Nashrullah Hardono Haris del Hakim Haris Firdaus Haris Priyatna Haris Saputra Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Basri Hasan Junus Hasanuddin WS Hasnan Bachtiar Helmi Y Haska Helmy Tasaufy Hera Khaerani Herdiyan Heri C Santoso Heri Latief Herman Herman Hasyim Herman RN Herry Lamongan Herry Mardianto Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Homaedi I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I Wayan Seriyoga Parta IBM. Dharma Palguna Ibnu PS Megananda Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Mustofa Imam Nawawi Imam Qodim Al-Haromain Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Imelda Imron Arlado Imron Rosidi Imron Rosyid Imron Tohari Indrian Koto Ingki Rinaldi Ipik Tanoyo Ire Irvan Sihombing Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismet NM Haris Ismi Wahid Isnanur Janah Iswadi Pratama Isyana Artharini Iwan Nurdaya-Djafar Iwank Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Janual Aidi Javed Paul Syatha Jazzi Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jembatan Kuno Yang Misterius Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Jodhi Yudono Jogjanews.com John Joseph Sinjal Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Paket Hemat Juara Ke 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jumartono Jurnalisme Sastra Jusuf A.N K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.Y. Karnanta Kadjie Mudzakir Kaheesa Kirania Putri Ayu Kang Daniel Kapal Nabi Nuh Karanggeneng Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kautsar Muhammad Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) KH Abdul Ghofur KH Bisri Syansuri KH. Abdul Aziz Masyhuri KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khoirul Abidin Khoirul Inayah Ki Ompong Sudarsono Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kika Dhersy Putri Kitab Arbain Nawawi KITLV Koh Young Hun Koko Sudarsono Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopi Sunan Drajat Kopuisi Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Krisman Kaban Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kulonprogo Kurnia Effendi Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswinarto L Ridwan Muljosudarmo Laboratorium Sinematografi dan Pertunjukan UNISDA Lamongan Lagu Lailiyatis Sa'adah Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Sarmili Literasi Liza Wahyuninto Lugiena De Lukas Adi Prasetyo Lukisan Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lusia Kus Anna Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Lutfi M. Mushthafa M. Romandhon M. Sunyoto M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M’Shoe Made Geria Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahrus eL-Mawa Majelis Ulama Indonesia Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcus Suprihadi Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Maruli Tobing Mashuri Masuki M. Astro Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Wulan Medco Media Lamongan Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Meka Nitrit Kawasari Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka MI Thoriqotul Hidayah Pilang 1 Mia Arista Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Miftahul A’la Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Ghufron Cholid Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Samsul Arifin Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Ali Athwa Mohammad Eri Irawan Mohammad Rafi Azzamy MTs Putra-Putri Simo Sungelebak Muh Kholid A.S Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Amin Muhammad Arif Muhammad Aris Muhammad Eko Nugroho Muhammad Hidayat Muhammad Muhibbuddin Muhammad Musa Muhammad N. Hassan Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mukafi Niam Mukhsin Amar Mulyani Hasan Mulyo Sunyoto Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Munawir Aziz Muntamah Cendani Musfarayani Musfi Efrizal N. Syamsuddin CH. Haesy Nadine Tri Duhita Naim Nanang Suryadi Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Nara Nazaruddin Azhar Neli Triana Ngatini Rasdi Nh. Anfalah Ni Luh Made Pertiwi F Ni Made Frischa Aswarini Ninuk Mardiana Pambudy Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noval Jubbek Noval Maliki Novel Novel Pekik Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Hayati Nur Kholiq Nur Kholis Huda Nurani Soliha Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Ochi Oil on Canvas Oky Sanjaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Paciran Pameran Seni Rupa Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik Panji Satrio Patung Sphinx PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan 2020 Pelukis Dahlan Kong Pelukis Harjiman Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit Progresif Penerbit PUstaka puJAngga Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Peringatan Hari Santri TPQ Al-Hidayah 22 Oktober 2017 Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren Sunan Drajat Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Pilang Tejoasri Lamongan Jawa Timur Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prosa Proses Kreatif Puisi Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka GU Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. N. Bayu Aji R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rafita Dewi Rahmah Maulidia Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rameli Agam Rana Akbari Raras Cahyafitri Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Revdi Iwan Syahputra Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Ridlwan Ridwan Munawwar Riki Utomi Rinny Srihartiny Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robert Adhi Kusumaputra Robin Al Kautsar Roby Karokaro Rodli TL Rof Maulana Rofiqi Hasan Rojiful Mamduh Rokhim Sarkadek Rosdiansyah Rosi Rosidi Rudi S. Kalianda Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rx King Motor S Jai S Yoga S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Sabrina Asril Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salim Alatas Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saratri Wilonoyudho Sari Oktafiana Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sejarah SelaSastra SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang Selvie Monica S Sendang Duwur Tahun 1920 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Shohebul Umam JR Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sifa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simon Saragih Sirikit Syah Siti Muti’ah Setiawati Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Slavoj Zizek Soelistijono Soetanto Soepiadhy Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Sohirin Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Mulyani Sri Wintala Achmad ST Indrajaya Stanley Adi Prasetyo Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sudirman Hasan Sugeng Ariyadi Sugeng Wiyadi Sugiarto Sugito Wira Yuda Suhartono Sujatmiko Sukardi Rinakit Sukitman Sumenep Sunarno Wibowo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susie Evidia Y Sutamat Arybowo Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Suyatmin Widodo Svet Zakharov Syaf Anton Wr Syaiful Bahri Syaiful Irba Tanpaka Syaiful Mustaqim Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syi'ir Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tanjung Kodok Tahun 1947 Tasman Banto Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Ganast MAN Lamongan Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Sakalintang Teater Sangbala Teater Sundra Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tewol Teater Tewol Lamongan Teguh LR Teguh Winarsho AS Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thamrin Dahlan Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute (IHI) Thohir Thompson Hs Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto To Take Delight Toni Munajat Tosa Poetra Tri Andhi S Tri Wahono Trisno S. Sutanto Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Unieq Awien Universitas Airlangga Surabaya Universitas Jember Untung Basuki Ustadz Charis Bangun Samudra Utami Diah Kusumawati Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Wahyu Aji Wahyudi Zuhro Wan Anwar Warjati Suharyono Wawan Eko Yulianto Wawan Hudiyanto Wawancara Wayan Sunarta Welly Suryandoko Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yanuar Jatnika Yanuar Yachya Yaumu Roikha Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yerusalem Ibu Kota Palestina Yesi Devisa YF La Kahija Yogyo Susaptoyono Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudi Latief Yuli Yuni Ikawati Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zahrotun Nafila Zaim Uchrowi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimras Zen Hae Zuhdi Swt