Heri C Santoso
http://jurnalnasional.com/
Tersimpan tidak kurang dari 40.000 koleksi, mulai dari zaman prasejarah hingga zaman kolonial Belanda.
DIAMBIL dari salah satu nama pujangga Indonesia yang terkenal dengan hasil karyanya dalam bidang filsafat dan kebudayaan, museum ini terlengkap di Semarang. Bahkan, termasuk museum provinsi terbesar di Indonesia dalam hal jumlah koleksi dan keluasan bangunan. Ada koleksi tentang sejarah, alam, arkeologi, kebudayaan, era pembangunan, dan wawasan nusantara.
Ronggowarsito—nama lengkapnya Raden Ngabehi Ronggowarsito (1802-1873 M)—salah seorang pujangga besar dari Keraton Surakarta. Salah satu hasil karya unggulannya adalah Serat Kalatidha. Karyanya ini meramalkan tentang zaman edan, suatu zaman di mana aturan dan hukum dilecehkan dan diabaikan. Beberapa kutipan dari Serat Kalatidha dapat dilihat pada dinding pendopo yang dipahatkan pada dinding kayu jati.
Museum ini punya visi: Bangga Peduli Budaya. Misinya: meningkatkan apresiasi budaya dan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap budaya. Tak heran, museum ini mengoleksi beragam artefak; sebagian besar ditemukan di Provinsi Jawa Tengah, berasal dari kurun waktu prasejarah hingga masa sekarang. Bahkan ada beberapa artefak yang merupakan koleksi unggulan.
Dibangun diatas tanah seluas 1,8 ha, arsitektur bangunan museum ini adalah kombinasi antara arsitektur tradisional bergaya joglo dan arsitektur modern. Terdiri dari empat gedung ruang pamer tetap, masing-masing berlantai dua. Ada juga auditorium, laboratorium, perpustakaan, ruang administrasi, pendopo, dan tempat penyimpanan koleksi.
Pembangunan Museum Jawa Tengah Ronggowarisito dimulai pada 1975. Salah satu ruang pamer tetap selesai dibangun dan dibuka untuk umum, 2 April 1983—menurut saran Gubernur Jawa Tengah waktu itu, Soepardjo Roestam. Pada 5 Juli 1989 museum ini resmi dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, waktu itu Prof Dr Fuad Hassan.
Ada sejumlah program. Antara lain: Program Edukasi Budaya bagi Siswa. Tentang hal ini, Kepala Museum Ronggowarsito Drs Puji Joharnoto, MPd mengungkapkan, di delapan ruang gedung dalam kompleks museum yang masing-masing seluas 400 meter persegi ini tersimpan tidak kurang dari 40.000 koleksi, mulai dari zaman prasejarah hingga zaman kolonial Belanda.
Dengan tarif yang relatif murah, pengunjung leluasa menikmati dan mempelajari berbagai koleksi. Antara lain: fosil gajah purba, fosil manusia purba, dan benda-benda lain yang berhubungan dengan mata pelajaran, khususya bagi siswa. ''Untuk memudahkan pengunjung menikmati isi museum ini, kami menyediakan ruang pembelajaran audiovisual. Melalui ruang tersebut, pengunjung tak perlu capek melihak isi museum. Cukup duduk manis, kami akan menyetel VCD yang berisi seluruh koleksi museum,'' kata Puji Joharnoto.
Dra Ag Puji Suci Indiah, Kepala Seksi Pelayanan dan Tata Pameran Museum Ronggowarsito pun mengatakan, Museum Jawa Tengah Ronggowarsito ini juga mengadakan berbagai program berorientasi edukasi budaya bagi siswa sekolah. Salah satunya: Wisata Kota. Tujuan, mengenalkan bangunan-bangunan kuno bersejarah dan museum-museum di Semarang serta meningkatkan kepedulian atas warisan budaya. Wisata kota ini dilaksanakan selama setengah hari, mulai pagi hingga siang. "Saat ini, Wisata Kota didesain bagi pelajar SD dengan menggunakan bus kota. Tapi Wisata Kota juga bisa didesain bagi pelajar tingkat SLTP dan SLTA," kata Puji.
Ada dua jenis wisata yang disediakan. Pertama, Wisata Bangunan Kuno Bersejarah dengan rute: Museum Mandala Bhakti-Monumen Tugumuda-Lawang Sewu-Stasiun Tawang-Gereja Blenduk-Klenteng Sampokong-Hotel Candi Baru-Bandar Udara Ahmad Yani. Kedua, Wisata Museum dengan rute: Museum Ronggowarsito-Museum Mandala Bhakti-Museum Jamu Jago dan MURI-Taman Maerokoco (Mini Central Java)-Museum Jamu Nyonya Meneer.
Selain itu, museum ini juga menyediakan Program Tutur Cerita. Tujuan, memperkenalkan koleksi museum, melatih dan meningkatkan apresiasi siswa dan kemampuan berpikir logis; juga memberikan bimbingan budaya, dan membantu siswa memahami pesan yang tersembunyi dalam cerita rakyat. Tutur Cerita dirancang bagi siswa TK dan SD; dilaksanakan pada jam sekolah. “Dalam pelaksanaannya, pihak museum bisa mengundang tokoh budayawan/seniman terkenal untuk bercerita di depan para siswa," kata Indiah.
Dijelaskan, pelajar yang berpartisipasi akan dijadikan tiga kelompok untuk tiga topik yang berkesinambungan. Topik pertama, berisi dongeng yang diambil dari Candi Borobudur dengan cara menggunakan projector slide dan drama singkat, bertempat di ruang pembelajaran. Topik kedua, karya seni bertajuk Kisah Pandawa dan Kurawa; menggunakan wayang Pandawa dan Kurawa, bertempat di ruang pameran tetap Gedung D. "Topik ketiga, berisi Ilmu pengetahuan bertajuk Kehidupan Leluhur; menggunakan beberapa koleksi museum, berlokasi di ruang pameran tetap Gedung A2," kata Indiah pula.
Program edukasi berikutnya adalah Belajar di Museum. Program ini didesain oleh pengelola museum untuk membantu proses pembelajaran dan menjadikan museum sebagai sumber pembelajaran di luar kelas. Saat ini masih dikonsentrasikan pada siswa-siswa Sekolah Dasar, tapi secara insidental juga menerima pembelajaran bagi siswa dari tingkat pendidikan lebih tinggi. Kegiatan ini dilaksanakan pada jam sekolah dengan mengunakan media sinema berupa pemutaran film. Beberapa film pembelajaran yang disediakan antara lain: Kehidupan manusia purba (berdurasi 20 menit), Masa Hindu-Budha di Jawa Tengah (20 menit), Masa Islam (20 menit), Masa Kolonial (20 menit), dan Semarang Kota Tua (20 menit).
Program lain: Karya Wisata. Tujuan, meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dan meningkatkan pemanfaatan bukti-bukti konkret tentang sejarah bangsa.Dalam kegiatan ini, para siswa akan memperoleh pengetahuan sambil mengunjungi, melihat, menyentuh dan mengagumi obyek-obyek bersejarah yang sedang dijelaskan. Obyek-obyek bersejarah yang dijadikan tema pembelajaran terletak di luar kota Semarang.
Museum Jawa Tengah Ronggowarsito juga menawarkan program yang diberi nama: Tiga Mutiara Islam; meliputi kunjungan ke masjid Demak, Masjid Menara di Kudus dan Masjid Mantingan di Jepara. Atau, pengunjung bisa memilih tujuan sesuai kebutuhan, dan pihak pengelola museum akan merancang perjalanan yang menyenangkan sekaligus mencerdaskan.
Program yang tak kalah menarik adalah Museum Masuk ke Sekolah. Tujuan, memperkenalkan Museum Jawa Tengah kepada para siswa atau masyarakat di luar Semarang. Dalam pengenalan tersebut, beberapa contoh koleksi ditampilkan. Diharapkan, setelah mengenal, para siswa/siswi akan tertarik dan selanjutnya merencanakan kunjungan ke Museum Jawa Tengah Ronggowarsito. Artinya, setiap kota di Provinsi Jawa Tengah akan dikunjungi secara bergilir.
Bahkan, museum ini juga menyelenggarakan ceramah atau seminar dengan topik-topik tertentu. Yang pernah diseminarkan antara lain: Pemanfaatan Patung dalam Masyarakat Tradisional dan Modern, Penggunaan Logam, Ras Manusia, Artefak Besi Prasejarah, dan sebagainya. "Dengan menyelenggarakan kegiatan ini, Museum Jawa Tengah Ronggowarsito diharapkan dapat menjadi tempat bertemunya berbagai gagasan besar yang bermanfaat bagi umat manusia," kata Indiah.
Kutipan:
Tempat bertemunya berbagai gagasan besar yang bermanfaat bagi umat manusia.
http://jurnalnasional.com/
Tersimpan tidak kurang dari 40.000 koleksi, mulai dari zaman prasejarah hingga zaman kolonial Belanda.
DIAMBIL dari salah satu nama pujangga Indonesia yang terkenal dengan hasil karyanya dalam bidang filsafat dan kebudayaan, museum ini terlengkap di Semarang. Bahkan, termasuk museum provinsi terbesar di Indonesia dalam hal jumlah koleksi dan keluasan bangunan. Ada koleksi tentang sejarah, alam, arkeologi, kebudayaan, era pembangunan, dan wawasan nusantara.
Ronggowarsito—nama lengkapnya Raden Ngabehi Ronggowarsito (1802-1873 M)—salah seorang pujangga besar dari Keraton Surakarta. Salah satu hasil karya unggulannya adalah Serat Kalatidha. Karyanya ini meramalkan tentang zaman edan, suatu zaman di mana aturan dan hukum dilecehkan dan diabaikan. Beberapa kutipan dari Serat Kalatidha dapat dilihat pada dinding pendopo yang dipahatkan pada dinding kayu jati.
Museum ini punya visi: Bangga Peduli Budaya. Misinya: meningkatkan apresiasi budaya dan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap budaya. Tak heran, museum ini mengoleksi beragam artefak; sebagian besar ditemukan di Provinsi Jawa Tengah, berasal dari kurun waktu prasejarah hingga masa sekarang. Bahkan ada beberapa artefak yang merupakan koleksi unggulan.
Dibangun diatas tanah seluas 1,8 ha, arsitektur bangunan museum ini adalah kombinasi antara arsitektur tradisional bergaya joglo dan arsitektur modern. Terdiri dari empat gedung ruang pamer tetap, masing-masing berlantai dua. Ada juga auditorium, laboratorium, perpustakaan, ruang administrasi, pendopo, dan tempat penyimpanan koleksi.
Pembangunan Museum Jawa Tengah Ronggowarisito dimulai pada 1975. Salah satu ruang pamer tetap selesai dibangun dan dibuka untuk umum, 2 April 1983—menurut saran Gubernur Jawa Tengah waktu itu, Soepardjo Roestam. Pada 5 Juli 1989 museum ini resmi dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, waktu itu Prof Dr Fuad Hassan.
Ada sejumlah program. Antara lain: Program Edukasi Budaya bagi Siswa. Tentang hal ini, Kepala Museum Ronggowarsito Drs Puji Joharnoto, MPd mengungkapkan, di delapan ruang gedung dalam kompleks museum yang masing-masing seluas 400 meter persegi ini tersimpan tidak kurang dari 40.000 koleksi, mulai dari zaman prasejarah hingga zaman kolonial Belanda.
Dengan tarif yang relatif murah, pengunjung leluasa menikmati dan mempelajari berbagai koleksi. Antara lain: fosil gajah purba, fosil manusia purba, dan benda-benda lain yang berhubungan dengan mata pelajaran, khususya bagi siswa. ''Untuk memudahkan pengunjung menikmati isi museum ini, kami menyediakan ruang pembelajaran audiovisual. Melalui ruang tersebut, pengunjung tak perlu capek melihak isi museum. Cukup duduk manis, kami akan menyetel VCD yang berisi seluruh koleksi museum,'' kata Puji Joharnoto.
Dra Ag Puji Suci Indiah, Kepala Seksi Pelayanan dan Tata Pameran Museum Ronggowarsito pun mengatakan, Museum Jawa Tengah Ronggowarsito ini juga mengadakan berbagai program berorientasi edukasi budaya bagi siswa sekolah. Salah satunya: Wisata Kota. Tujuan, mengenalkan bangunan-bangunan kuno bersejarah dan museum-museum di Semarang serta meningkatkan kepedulian atas warisan budaya. Wisata kota ini dilaksanakan selama setengah hari, mulai pagi hingga siang. "Saat ini, Wisata Kota didesain bagi pelajar SD dengan menggunakan bus kota. Tapi Wisata Kota juga bisa didesain bagi pelajar tingkat SLTP dan SLTA," kata Puji.
Ada dua jenis wisata yang disediakan. Pertama, Wisata Bangunan Kuno Bersejarah dengan rute: Museum Mandala Bhakti-Monumen Tugumuda-Lawang Sewu-Stasiun Tawang-Gereja Blenduk-Klenteng Sampokong-Hotel Candi Baru-Bandar Udara Ahmad Yani. Kedua, Wisata Museum dengan rute: Museum Ronggowarsito-Museum Mandala Bhakti-Museum Jamu Jago dan MURI-Taman Maerokoco (Mini Central Java)-Museum Jamu Nyonya Meneer.
Selain itu, museum ini juga menyediakan Program Tutur Cerita. Tujuan, memperkenalkan koleksi museum, melatih dan meningkatkan apresiasi siswa dan kemampuan berpikir logis; juga memberikan bimbingan budaya, dan membantu siswa memahami pesan yang tersembunyi dalam cerita rakyat. Tutur Cerita dirancang bagi siswa TK dan SD; dilaksanakan pada jam sekolah. “Dalam pelaksanaannya, pihak museum bisa mengundang tokoh budayawan/seniman terkenal untuk bercerita di depan para siswa," kata Indiah.
Dijelaskan, pelajar yang berpartisipasi akan dijadikan tiga kelompok untuk tiga topik yang berkesinambungan. Topik pertama, berisi dongeng yang diambil dari Candi Borobudur dengan cara menggunakan projector slide dan drama singkat, bertempat di ruang pembelajaran. Topik kedua, karya seni bertajuk Kisah Pandawa dan Kurawa; menggunakan wayang Pandawa dan Kurawa, bertempat di ruang pameran tetap Gedung D. "Topik ketiga, berisi Ilmu pengetahuan bertajuk Kehidupan Leluhur; menggunakan beberapa koleksi museum, berlokasi di ruang pameran tetap Gedung A2," kata Indiah pula.
Program edukasi berikutnya adalah Belajar di Museum. Program ini didesain oleh pengelola museum untuk membantu proses pembelajaran dan menjadikan museum sebagai sumber pembelajaran di luar kelas. Saat ini masih dikonsentrasikan pada siswa-siswa Sekolah Dasar, tapi secara insidental juga menerima pembelajaran bagi siswa dari tingkat pendidikan lebih tinggi. Kegiatan ini dilaksanakan pada jam sekolah dengan mengunakan media sinema berupa pemutaran film. Beberapa film pembelajaran yang disediakan antara lain: Kehidupan manusia purba (berdurasi 20 menit), Masa Hindu-Budha di Jawa Tengah (20 menit), Masa Islam (20 menit), Masa Kolonial (20 menit), dan Semarang Kota Tua (20 menit).
Program lain: Karya Wisata. Tujuan, meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dan meningkatkan pemanfaatan bukti-bukti konkret tentang sejarah bangsa.Dalam kegiatan ini, para siswa akan memperoleh pengetahuan sambil mengunjungi, melihat, menyentuh dan mengagumi obyek-obyek bersejarah yang sedang dijelaskan. Obyek-obyek bersejarah yang dijadikan tema pembelajaran terletak di luar kota Semarang.
Museum Jawa Tengah Ronggowarsito juga menawarkan program yang diberi nama: Tiga Mutiara Islam; meliputi kunjungan ke masjid Demak, Masjid Menara di Kudus dan Masjid Mantingan di Jepara. Atau, pengunjung bisa memilih tujuan sesuai kebutuhan, dan pihak pengelola museum akan merancang perjalanan yang menyenangkan sekaligus mencerdaskan.
Program yang tak kalah menarik adalah Museum Masuk ke Sekolah. Tujuan, memperkenalkan Museum Jawa Tengah kepada para siswa atau masyarakat di luar Semarang. Dalam pengenalan tersebut, beberapa contoh koleksi ditampilkan. Diharapkan, setelah mengenal, para siswa/siswi akan tertarik dan selanjutnya merencanakan kunjungan ke Museum Jawa Tengah Ronggowarsito. Artinya, setiap kota di Provinsi Jawa Tengah akan dikunjungi secara bergilir.
Bahkan, museum ini juga menyelenggarakan ceramah atau seminar dengan topik-topik tertentu. Yang pernah diseminarkan antara lain: Pemanfaatan Patung dalam Masyarakat Tradisional dan Modern, Penggunaan Logam, Ras Manusia, Artefak Besi Prasejarah, dan sebagainya. "Dengan menyelenggarakan kegiatan ini, Museum Jawa Tengah Ronggowarsito diharapkan dapat menjadi tempat bertemunya berbagai gagasan besar yang bermanfaat bagi umat manusia," kata Indiah.
Kutipan:
Tempat bertemunya berbagai gagasan besar yang bermanfaat bagi umat manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar