Minggu, Januari 11, 2009

Menyusuri Jejak Majapahit di Trowulan

Musfarayani
http://www.tempointeraktif.com/

Siang itu cuaca begitu cerah, bahkan terik, September tahun lalu. Saya pikir itu adalah waktu yang tepat untuk melakukan perjalanan ke alam terbuka seharian penuh walau saya sedang berpuasa. Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, menjadi sasaran perjalanan saya. Sudah sekian kali saya mengunjungi Jawa Timur, tapi Trowulan yang terkenal itu terlewat begitu saja. Padahal nama Trowulan sudah begitu lekatnya di dalam kepala saya, yang selama ini sangat gandrung membaca buku-buku tentang sejarah Majapahit dan kerajaan Jawa pada umumnya.
Dari Jombang, saya sendirian naik bus ekonomi yang menuju arah Surabaya dengan ongkos Rp 5.000.
Trowulan berjarak 60 kilometer dari Surabaya dan bisa ditempuh dengan bus. Adapun dari Jombang cuma butuh waktu sekitar satu jam. Saya belum tahu pasti akan turun di mana.

"Turunin di Trowulan ya, Pak!" kataku setengah berteriak kepada kenek bus karena harus beradu dengan deru mesin dan engsel-engsel tubuh bus yang berderit-derit. Bus melaju ugal-ugalan. Apa?" tanya si kenek berteriak.

Saya menjawabnya lebih keras lagi. Sebelum kenek bersuara, beberapa penumpang sudah menjawab--dengan setengah berteriak juga. "Oh, deket itu. Museum Majapahit, kan?" Tenang, Mbak, deket pinggir jalan, kok, museumnya," ujar salah seorang penumpang.

Saya pun mengangguk dan menarik napas lega. Tampaknya para penumpang mengira saya cuma hendak ke museum Majapahit. Namun, saya akan mengelilingi semua situs yang tersebar di sana dalam satu hari itu. Saya sudah membekali diri dengan kamera serta buku Tafsir Sejarah Nagarakretagama dan Menuju Puncak Kemegahan (Sejarah Kerajaan Majapahit) yang ditulis Prof Dr Slamet Muljana.

Trowulan sering disebut-sebut sebagai pusat Kerajaan Majapahit, yang diakui pada masanya sebagai kerajaan terbesar dan berpengaruh di kawasan Asia Tenggara. Nama Majapahit, menurut cerita, diawali dengan dibukanya hutan Tarik di sebelah timur Sungai Brantas atas perintah Adipati Sumenep Wiraraja, yang membantu Raden Wijaya dalam membangun kekuatan militernya kembali guna melawan Jayakatwang. Nama Majapahit diambil dari buah maja yang memang cukup banyak tumbuh di sekitar Kali Brantas. Orang Madura yang tengah membuka hutan Tarik kemudian memakan buah itu, namun rasanya sangat pahit. Kemudian tersebutlah wilayah itu sebagai Majapahit.

Ketika menyebut Trowulan dan Majapahit, maka pikiran pun langsung tertuju kepada dua nama terkenal, yaitu Raja Hayam Wuruk (1350-1389 M) dan patihnya yang terkenal, Gadjah Mada. Keduanya diyakini telah menghantarkan Kerajaan Majapahit pada masa keemasannya.

Mengingat itu semua, saya semakin antusias dan bersemangat selama perjalanan menuju Trowulan. Tidak sabar rasanya untuk membayangkan tentang gambaran kemegahan istana Majapahit seperti yang disebut Nagarakretagama. Dalam buku Tafsir Sejarah Nagarakretagama terdapat deskripsi sebagai berikut.

Tembok batu merah, tebal lebih tinggi, mengitari istana. Pintunya di sebelah barat menghadap ke lapangan luas yang dikelilingi parit (kanal). Halamannya ditanami pohon brahmastana, berjajar memanjang, bermacam-macam bentuknya. Di situlah tempat para tanda berjaga secara bergilir, meronda, mengawasi paseban. Di sebelah utara, gapuranya indah permai berpintu besi penuh ukiran. Di sisi timur pintu adalah panggung luhur, lantainya berlapis batu putih, berkilauan. Alun-alunnya membujur dari utara ke selatan, berpagar rumah berimpit-impit, memanjang sangat indah. Di situlah tempat berkumpul para prajurit tiap bulan Caitra. Di sebelah selatan alun-alun ialah jalan perempat. Luaslah gedung paseban, yang disebut menguntur, mengandung balai witana di tengah-tengahnya....

"Itu Mbak, museumnya!" kata kenek sambil menunjuk sebuah bangunan luas di pinggir jalan raya. Saya pun turun, kemudian memandangi bangunan panjang di seberang: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur. Saya masuk ke gedung yang dipenuhi dengan berbagai macam arca, stupa, dan keramik itu. Tapi, kata seorang satpam, tempat itu hanya kantor, museumnya kini dipindahkan ke Desa Trowulan, sekitar 1 kilometer dari tempat itu. Tanpa ambil pusing, saya pun langsung "mencarter" ojek setelah sepakat soal harga carterannya.

Di museum atau dikenal sebagai Pusat Informasi Majapahit (PIM), pengunjungnya hanya saya. Petugas museum pun jadi terlihat tidak peduli dengan keberadaan saya, sebagai "turis lokal" yang mungkin terasa aneh karena datang pada bulan puasa di siang yang terik. Mereka santai saja mengobrol di dekat meja informasi.

Di pintu masuk itulah saya terkesima oleh adanya lempengan Surya Majapahit, semacam emblem atau juga bentuk perisai tangan yang biasa dipakai tentara Majapahit. Waduh, keren banget, pikir saya. Saya pun mulai membuka kamera siap menjepret lempengan itu. "Mbak, dilarang mengambil foto koleksi yang ada di museum," tegur petugas, tanpa senyum, lalu menunjuk papan larangan memotret koleksi.

Saya pun ke luar gedung dan mulai menjelajahi taman yang masih dalam kawasan museum. Ketika saya akan mendekati salah satu kolam terbengkalai, saya dilarang lagi oleh satpam. "Maaf, Mbak, nggak boleh ke sana. Ada pembangunan perbaikan untuk taman," katanya.

Tukang ojek yang membawa saya mengusulkan perjalanan saya berdasarkan letak situs yang letaknya bisa ditempuh dalam satu arah, lalu kemudian dilanjutkan ke situs-situs yang memisah dari yang lain.

Ketika tiba di situs yang bertebaran hampir 100 kilometer persegi di kecamatan ini, tercekatlah hati saya. Inikah kawasan pusat kerajaan yang tersohor pada 700-an tahun lalu itu? Trowulan hanyalah kecamatan kecil yang biasa saja. Jangan harap mencari candi pencakar langit seperti Candi Prambanan di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tapi saya kemudian mafhum. Dalam buku Slamet Muljana disebutkan Hayam Wuruk dan Gadjah Mada berfokus pada penguatan keamanan negara, politik, dan kesejahteraan rakyat. Mereka tidak tertarik melakukan pengagungan keagamaan secara mewah dan spektakuler.

Saya pun langsung menuju situs Kedaton dan Sentonorejo dengan melewati situs Segaran dan Pendopo. Menurut informasi yang saya dapat dari media, pusat Kota Majapahit diperkirakan berada di sana, di Dusun Kedaton, Desa Sentonorejo. Di sanalah beberapa bangunan ditemukan, termasuk sebuah bangunan yang disebut sebagai Candi Kedaton. Jika dilihat bentuknya, sulit sekali untuk disebut sebagai candi karena hanya berupa sebuah kaki bangunan dengan bentuk segi empat berukuran 12,6 meter, lebar 9,5 meter, dan tinggi bagian tersisa 1,58 meter dari permukaan tanah.

Di sana juga ditemukan berbagai sumur tua sebagai tempat suci yang digunakan sebelum melakukan "ibadah". Lalu ada kompleks sumur Upas yang merupakan suatu gugusan bangunan yang, menurut buku Mengenal Kepurbakalaan Majapahit di Trowulan, belum diketahui luasnya secara pasti. Sumur Upas semacam sumur yang terletak di tengah gugusan.

"Upas artinya racun. Tapi, menurut cerita, Upas ini sebenarnya lorong rahasia bagi raja dan keluarganya untuk mengamankan diri ketika diserang musuh. Disebut racun agar orang-orang tidak berani mendekat, apalagi memasukinya," kata petugas yang menjaga candi tersebut. Di kompleks ini pula ditengarai kuat sebagai tempat hunian dalam masa berlainan karena strukturnya yang tumpang-tindih.

Sisa kejayaan Majapahit secara fisik memang hanya berbentuk situs-situs arca, beberapa gapura, waduk/kolam kuno, dan candi-candi yang sudah tidak utuh lagi. Beberapa bangunan puing sepertinya belum direkonstruksi lebih lanjut, bahkan seperti teronggok terbengkalai tanpa ada arti dan makna. Adapun candi yang terlihat hampir utuh di sekitar Trowulan adalah Candi Tikus, Gapura Bajang Ratu dan Wringin Lawang, serta kompleks pemakaman, seperti Makam Panjang.

Dari 27 candi yang tersebut di Nagarakretagama, hanya beberapa yang ditemukan. Dari sini sulit rasanya membayangkan bagaimana kerajaan yang jauh dari lautan dan jelas agraris ini bisa menjadi penakluk bagi daerah-daerah besar seberang lautan itu?

Namun, ini pun bisa dijelaskan dengan mengacu pada penemuan Tim Geografi Universitas Gadjah Mada pada 1981. Melalui foto udara, tim ini berhasil menemukan kanal-kanal tua yang menjulur panjang di sekitar situs hingga menuju Kali Brantas. Kanal-kanal ini tentu saja tidak bisa dikenali dengan pasti di daratan. Apalagi sebagian besar telah beralih fungsi menjadi area persawahan atau perkebunan. Banyak teori tentang menghilangnya kanal-kanal itu. Ada yang percaya karena bencana semburan lumpur ganas 300 tahun lalu.

Diperkirakan kanal-kanal inilah yang menghubungkan pusat Kerajaan Majapahit menuju daerah pesisir dan lautan lepas. Jadi bisa dipahami jika Majapahit memang tidak hanya dikenal sebagai negara agraris, tapi juga sebagai negara maritim dengan kekuatan angkatan lautnya yang luar biasa.

Tata kanal dan waduk/sumur kuno peninggalan Majapahit jelas berperan dalam menjaga keamanan sekaligus pertahanan pangannya. Sebab, saat musim kemarau, Trowulan pada masa itu akan kekurangan air. Jika musim hujan, di sana terjadi banjir karena meluapnya Sungai Brantas. Hal itu bisa dilihat dengan adanya sebuah tanggul kanal penahan banjir di sekitar situs Sentonorejo.

Di sekitar situs yang tersebar di Trowulan telah ditemukan 32 waduk atau kolam kuno yang masih jelas terlihat sisanya. Kolam Segaran--ditemukan Ir Henry Mclain Pont pada 1926--adalah salah satu bukti konkret adanya tata pengairan masa kejayaan Majapahit yang apik. Kolam ini berbentuk empat persegi panjang dengan panjang 375 meter dan lebar 125 meter. Dinding kolamnya setinggi 3,16 meter dan lebar 1,6 meter.

Buku Mengenal Kepurbakalaan Majapahit di Daerah Trowulan menyebutkan bahan bangunan kolam ini terbuat dari batu bata yang direkatkan satu sama lain dengan cara digosokkan tanpa menggunakan perekat. Pada bagian tenggara terdapat saluran yang mengalirkan airnya ke kolam, sementara pada bagian barat laut terdapat saluran pembuangan air.

Menurut cerita rakyat sekitar, pada masa kejayaan Majapahit, kolam ini sering dijadikan tempat santai dan tempat perjamuan untuk tamu-tamu dari luar negeri. Jika telah selesai, peralatan perjamuan, seperti piring dan sendok, yang terbuat dari emas dibuang begitu saja ke kolam. Katanya sih, sekadar menunjukkan Majapahit sebagai kerajaan kaya. Namun, sejauh ini tidak pernah ditemukan emas di Segaran kecuali hanya keramik Tiongkok dari Dinasti Yuan pada abad ke-12-14 Masehi.

Selain Sagaran, sistem kanal lekat dengan keberadaan Candi Tikus di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, yang ditemukan pada 1914. Candi ini merupakan bangunan petirtaan yang dibangun di permukaan yang lebih rendah sedalam 3,5 meter. Di tengah landai rendah bangunan, ada miniatur candi yang melambangkan Gunung Mahameru--tempat para dewa bersemayam dan sumber segala kehidupan yang diwujudkan dalam bentuk air mengalir dari pancuran-pancuran jaladwara yang terdapat di sepanjang kaki candinya. Kini candi ini mengering.

Pada situs Gapura Wringin Lawang, di Desa Jati Pasar, pada halaman barat daya Gapura ditemukan 14 sumur yang berbentuk silindrik dan kubus. Gapura dengan tinggi 15,50 meter dibuat dari batu bata merah yang kuat seperti ciri bangunan kuno Majapahit lainnya.

Di Desa Temon, ada Gapura Bajangratu dengan pintu gerbang beratap, tinggi 16,5 meter berwarna kemerahan. Diperkirakan gapura ini berdiri pada abad ke-13-14. Hal ini ditandai dengan adanya relief Ramayana, relief binatang bertelinga panjang, dan relief naga. Gapura ini diduga sebagai pintu masuk ke sebuah bangunan suci untuk memperingati wafatnya Raja Jayanegara.

Selain kanal, tentu saja ada beberapa candi yang terlihat masih utuh, seperti Candi Brahu di Desa Bejijong, dan kompleks pemakaman kuno, seperti makam Putri Campa yang terletak di sudut timur Segaran, Pendopo Agung di Dusun Nglinguk, Makam Panjang, dan Situs Klinterojo.

Secara fisik, peninggalan Majapahit mungkin tidak mengesankan. Tapi bukti sejarah kejayaan Majapahit adalah Nagarakretagama, yang berhasil mendokumentasikan betapa maju dan canggihnya sistem tata negara, budaya, bahkan kemiliteran Majapahit.

Penyusuran saya di Trowulan semakin menyesapkan kebanggaan lebih dalam lagi sebagai anak bangsa Indonesia, kendati itu hanya sebuah kenangan tersisa.

*)Penulis lepas, tinggal di Jakarta.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Hana N.S A. Iwan Kapit A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.C. Andre Tanama Aa Sudirman Abd. Basid Abdul Aziz Rasjid Abdul Ghofar Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Muid Badrun Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdullah Ubaid Matraji Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abonk El ka’bah Acep Zamzam Noor Ach. Nurcholis Majid Achmad Farid Tuasikal Achmad Maulani Adi Faridh Adi Marsiela Adi Sucipto Adian Husaini Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrian Ramdani AF. Tuasikal Afnan Malay Afrizal Malna AG Hadzarmawit Netti AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Majestika Aguk Irawan M.N. Agung Prihantoro Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R Sarjono Agus S Warman Agus Sri Danardana Agus Sulton Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Rafiq Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syafii Maarif Ahmad Taufik Ahmad Thohari Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Al-Fairish Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Ali Irwanto Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Alvi Puspita Amang Mawardi Ambarukminingsih Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Amirullah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andhi Setyo Wibowo Andik Nurcahyo AndongBuku #3 Andry Deblenk Anindita S. Thayf Aning Ayu Kusuma Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anwari WMK Aprillia Ika Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Arif Firmansyah Arifun Najib Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arys Hilman Asarpin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asri Bariqah Awalludin GD Mualif Azumardi Azra Azyumardi Azra Baca Puisi Badaruddin Amir Balada Bambang kempling Bambang Satriya Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benni Indo Benny Benke Benny D Koestanto Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Koran Bernada Rurit Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Palopo Budi Purnomo Buldanul Khuri Bunda Zakyzahra Tuga Bungaran Antonius Simanjuntak Candrakirana Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Che Guevara Coronavirus Cover Buku Kritik Sastra Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi II Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi IV Cover Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi V D. Zawawi Imron Dadan Maula Darmawan Dadang Ari Murtono Dahlan Kong Damanhuri Zuhri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Dedykalee Deni Ali Setiono Deni Jazuli Denny Ardiansyah Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan Dewi Indah Sari Dhanu Priyo Prabowo di Bluri di Karangasem Dian Sukarno Diana AV Sasa Diana Ifrina Ernawati Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dini Tri Dinoroy M. Aritonang Dion Maulana Prasetya Diskusi buku Djaka Susila Djenar Maesa Ayu Djesna Winada Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Budiono Herusatoto Drs H Choirul Anam Drum Band MI Miftahul Ulum (Kuluran) Dudi Rustandi Dunia Penerbitan Indonesia Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Nikmatika Roma Dwi Pranoto Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddy D. Iskandar Edeng Syamsul Ma’arif Edi Faisol Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elly Burhaini Faizal Elly Trisnawati Ellyn Novellin Emerson Yuntho Emha Ainun Nadjib Emil WE Endang Supriyadi Endi Haryono Endri Y Erdogan Esai Esha Tegar Putra Esme Fadliha Etik Widya Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fadjriah Nurdiarsih Fahmi Fahrudin Nasrulloh Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faris Al Faisal Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Felix K. Nesi Festival Mocosik Festival Seni Internasional 2010 Yogyakarta Festival Seni Internasional 2014 Yogyakarta Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan festivalsenisurabaya.com Fikri. MS Firdawsi Fortus Pake Forum Lingkar Pena Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Foto Franditya Utomo Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Magnis-Suseno Friski Riana Fuad Hasan Nasihin Fuji Pratiwi Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawa Gede Mugi Raharja Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gedung Sangbala Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gito Waluyo Goenawan Mohamad Golput Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma’ruf Amin Gus Dur H Ikhsan Effendi H. Usep Romli H.M H.B. Jassin H.O.S Cokroaminoto Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Hadi Napster Hadziq Jauhary Halim H.D. Halimatussa’diyah Hamberan Syahbana Hamluddin Hana Pertiwi Hanif Nashrullah Hardono Haris del Hakim Haris Firdaus Haris Priyatna Haris Saputra Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Basri Hasan Junus Hasanuddin WS Hasnan Bachtiar Helmi Y Haska Helmy Tasaufy Hera Khaerani Herdiyan Heri C Santoso Heri Latief Herman Herman Hasyim Herman RN Herry Lamongan Herry Mardianto Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Homaedi I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I Wayan Seriyoga Parta IBM. Dharma Palguna Ibnu PS Megananda Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Mustofa Imam Nawawi Imam Qodim Al-Haromain Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Imelda Imron Arlado Imron Rosidi Imron Rosyid Imron Tohari Indrian Koto Ingki Rinaldi Ipik Tanoyo Ire Irvan Sihombing Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismet NM Haris Ismi Wahid Isnanur Janah Iswadi Pratama Isyana Artharini Iwan Nurdaya-Djafar Iwank Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Janual Aidi Javed Paul Syatha Jazzi Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jembatan Kuno Yang Misterius Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Jodhi Yudono Jogjanews.com John Joseph Sinjal Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Paket Hemat Juara Ke 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jumartono Jurnalisme Sastra Jusuf A.N K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.Y. Karnanta Kadjie Mudzakir Kaheesa Kirania Putri Ayu Kang Daniel Kapal Nabi Nuh Karanggeneng Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kautsar Muhammad Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) KH Abdul Ghofur KH Bisri Syansuri KH. Abdul Aziz Masyhuri KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khoirul Abidin Khoirul Inayah Ki Ompong Sudarsono Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kika Dhersy Putri Kitab Arbain Nawawi KITLV Koh Young Hun Koko Sudarsono Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopi Sunan Drajat Kopuisi Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Krisman Kaban Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kulonprogo Kurnia Effendi Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswinarto L Ridwan Muljosudarmo Laboratorium Sinematografi dan Pertunjukan UNISDA Lamongan Lagu Lailiyatis Sa'adah Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Sarmili Literasi Liza Wahyuninto Lugiena De Lukas Adi Prasetyo Lukisan Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lusia Kus Anna Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Lutfi M. Mushthafa M. Romandhon M. Sunyoto M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M’Shoe Made Geria Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahrus eL-Mawa Majelis Ulama Indonesia Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcus Suprihadi Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Maruli Tobing Mashuri Masuki M. Astro Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Wulan Medco Media Lamongan Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Meka Nitrit Kawasari Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka MI Thoriqotul Hidayah Pilang 1 Mia Arista Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Miftahul A’la Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Ghufron Cholid Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Samsul Arifin Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Ali Athwa Mohammad Eri Irawan Mohammad Rafi Azzamy MTs Putra-Putri Simo Sungelebak Muh Kholid A.S Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Amin Muhammad Arif Muhammad Aris Muhammad Eko Nugroho Muhammad Hidayat Muhammad Muhibbuddin Muhammad Musa Muhammad N. Hassan Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mukafi Niam Mukhsin Amar Mulyani Hasan Mulyo Sunyoto Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Munawir Aziz Muntamah Cendani Musfarayani Musfi Efrizal N. Syamsuddin CH. Haesy Nadine Tri Duhita Naim Nanang Suryadi Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Nara Nazaruddin Azhar Neli Triana Ngatini Rasdi Nh. Anfalah Ni Luh Made Pertiwi F Ni Made Frischa Aswarini Ninuk Mardiana Pambudy Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noval Jubbek Noval Maliki Novel Novel Pekik Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Hayati Nur Kholiq Nur Kholis Huda Nurani Soliha Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Ochi Oil on Canvas Oky Sanjaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Paciran Pameran Seni Rupa Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik Panji Satrio Patung Sphinx PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan 2020 Pelukis Dahlan Kong Pelukis Harjiman Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit Progresif Penerbit PUstaka puJAngga Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Peringatan Hari Santri TPQ Al-Hidayah 22 Oktober 2017 Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren Sunan Drajat Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Pilang Tejoasri Lamongan Jawa Timur Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prosa Proses Kreatif Puisi Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka GU Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. N. Bayu Aji R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rafita Dewi Rahmah Maulidia Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rameli Agam Rana Akbari Raras Cahyafitri Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Revdi Iwan Syahputra Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Ridlwan Ridwan Munawwar Riki Utomi Rinny Srihartiny Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robert Adhi Kusumaputra Robin Al Kautsar Roby Karokaro Rodli TL Rof Maulana Rofiqi Hasan Rojiful Mamduh Rokhim Sarkadek Rosdiansyah Rosi Rosidi Rudi S. Kalianda Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rx King Motor S Jai S Yoga S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Sabrina Asril Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salim Alatas Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saratri Wilonoyudho Sari Oktafiana Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sejarah SelaSastra SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang Selvie Monica S Sendang Duwur Tahun 1920 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Shohebul Umam JR Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sifa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simon Saragih Sirikit Syah Siti Muti’ah Setiawati Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Slavoj Zizek Soelistijono Soetanto Soepiadhy Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Sohirin Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Mulyani Sri Wintala Achmad ST Indrajaya Stanley Adi Prasetyo Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sudirman Hasan Sugeng Ariyadi Sugeng Wiyadi Sugiarto Sugito Wira Yuda Suhartono Sujatmiko Sukardi Rinakit Sukitman Sumenep Sunarno Wibowo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susie Evidia Y Sutamat Arybowo Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Suyatmin Widodo Svet Zakharov Syaf Anton Wr Syaiful Bahri Syaiful Irba Tanpaka Syaiful Mustaqim Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syi'ir Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tanjung Kodok Tahun 1947 Tasman Banto Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Ganast MAN Lamongan Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Sakalintang Teater Sangbala Teater Sundra Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tewol Teater Tewol Lamongan Teguh LR Teguh Winarsho AS Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thamrin Dahlan Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute (IHI) Thohir Thompson Hs Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto To Take Delight Toni Munajat Tosa Poetra Tri Andhi S Tri Wahono Trisno S. Sutanto Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Unieq Awien Universitas Airlangga Surabaya Universitas Jember Untung Basuki Ustadz Charis Bangun Samudra Utami Diah Kusumawati Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Wahyu Aji Wahyudi Zuhro Wan Anwar Warjati Suharyono Wawan Eko Yulianto Wawan Hudiyanto Wawancara Wayan Sunarta Welly Suryandoko Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yanuar Jatnika Yanuar Yachya Yaumu Roikha Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yerusalem Ibu Kota Palestina Yesi Devisa YF La Kahija Yogyo Susaptoyono Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudi Latief Yuli Yuni Ikawati Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zahrotun Nafila Zaim Uchrowi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimras Zen Hae Zuhdi Swt