SP/Teguh LR
http://www.suarapembaruan.com/
Ny Hajah Sulistina Sutomo, aktivitasnya menulis buku dan berkebun.
Kesan pertama ketika bertatap muka dengan Hajah Sulistina Sutomo, istri Pahlawan Nasional, Bung Tomo, tetap cantik dan awet muda. Apalagi, penglihatan dan pendengaranya masih normal, meskipun usianya telah memasuki 83 tahun.
Tutur kata maupun busana yang dikenakan senantiasa lembut. Menggambarkan watak yang sesungguhnya, bagi wanita kelahiran Kota Malang, Jawa Timur, 24 Oktober 1925 ini.
Hidup selalu ia jalani dengan enjoy, meski berat sekalipun, semisal pada saat menjadi relawan Palang Merah Indonesia (PMI) atau ketika berjuang mempertahankan kemerdekaan bangsa kita, sampai menikah dengan pemuda bernama Sutomo, 19 Juni 1947.
Sejak muda, kecantikan Sulistina melebihi teman sebayanya. Bukan saja cantik, ia juga lembut, khususnya dalam bertutur kata. Itulah, yang membuat Sutomo atau Bung Tomo tertarik.
Padahal, kala itu, banyak gadis-gadis yang mencoba menarik perhatian Bung Tomo. Setelah melalui proses yang tidak terlalu rumit saat itu, akhirnya Sulistina dipersunting Bung Tomo.
Ia bangga dengan Bung Tomo yang selalu memberi perhatian lebih kepada keluarganya. Itu sebabnya, ketika Bung Tomo dinyatakan meninggal di Padang Arafah, saat menunaikan ibadah haji 7 Oktober 1981, ia merasa kehilangan orang yang menjadi kebanggaan keluarga.
Pernikahannya dengan Bung Tomo dikaruniai empat putra putri masing-masing Ir Tien Sulistami, Bambang Sulistomo, drg Sri Sulistami, dan dra Ratna Sulistami. Sedangkan, jumlah cucunya sebanyak sepuluh orang.
Meskipun usianya sudah menua, Sulistina termasuk wanita aktif. Dalam kesehariannya, ia sibukkan untuk menulis buku.
Beberapa buku telah selesai dikerjakannya, yaitu Romantisme Sutomo dan Bung Tomo Suamiku dan Biar Rakyat Yang Menilai Kepahlawananmu.
Di samping menulis buku, di rumahnya di Kawasan Cibubur, Jawa Barat, Sulistina terus mengembangkan hobinya, berkebun. Sebanyak 50 jenis kaktus yang menjadi koleksinya, ia rawat dengan baik. Jenis bunga lainnya adalah aneka macam mawar, melati, dan aneka bunga anggrek.
''Di antara aneka macam bunga itu, favorit saya anggrek. Bunga ini di sam-ping berkesan cantik juga awet dan bunganya bermacam-macam. Jadi saya suka,'' kata Sulistina.
Kesibukan yang ia lakukan, akan terus dikerjakan semampunya, ter- utama berkebun. Koleksi bunganya akan terus ditambah, terutama jenis tanaman bunga yang mudah dirawatnya. Jika bunga yang sulit dirawatnya, membutuhkan tenaga ekstra dan tenaga kerja tambahan.
Menyinggung perawatan kecantikannya, Sulistina menyatakan, ketika usia perkawinannya masih muda, ia mengikuti kursus-kursus kecantikan. Hasil kursus itu, ia kembangkan untuk dijadikan sebagai perawatan rutin sehari-hari.
''Dulu ketika masih banyak uang, kosmetik yang digunakan keluaran luar negeri. Tetapi dalam kondisi sekarang, menggunakan kosmetik dalam negeri'' katanya.
Wajah ini katanya, sangat sensitif, karena itu perawatannya dilakukan terus-menerus. Makanya, sesibuk apa pun, ia menyempatkan diri, paling tidak mem- bersihkan mukan agar senantiasa bersih.
http://www.suarapembaruan.com/
Ny Hajah Sulistina Sutomo, aktivitasnya menulis buku dan berkebun.
Kesan pertama ketika bertatap muka dengan Hajah Sulistina Sutomo, istri Pahlawan Nasional, Bung Tomo, tetap cantik dan awet muda. Apalagi, penglihatan dan pendengaranya masih normal, meskipun usianya telah memasuki 83 tahun.
Tutur kata maupun busana yang dikenakan senantiasa lembut. Menggambarkan watak yang sesungguhnya, bagi wanita kelahiran Kota Malang, Jawa Timur, 24 Oktober 1925 ini.
Hidup selalu ia jalani dengan enjoy, meski berat sekalipun, semisal pada saat menjadi relawan Palang Merah Indonesia (PMI) atau ketika berjuang mempertahankan kemerdekaan bangsa kita, sampai menikah dengan pemuda bernama Sutomo, 19 Juni 1947.
Sejak muda, kecantikan Sulistina melebihi teman sebayanya. Bukan saja cantik, ia juga lembut, khususnya dalam bertutur kata. Itulah, yang membuat Sutomo atau Bung Tomo tertarik.
Padahal, kala itu, banyak gadis-gadis yang mencoba menarik perhatian Bung Tomo. Setelah melalui proses yang tidak terlalu rumit saat itu, akhirnya Sulistina dipersunting Bung Tomo.
Ia bangga dengan Bung Tomo yang selalu memberi perhatian lebih kepada keluarganya. Itu sebabnya, ketika Bung Tomo dinyatakan meninggal di Padang Arafah, saat menunaikan ibadah haji 7 Oktober 1981, ia merasa kehilangan orang yang menjadi kebanggaan keluarga.
Pernikahannya dengan Bung Tomo dikaruniai empat putra putri masing-masing Ir Tien Sulistami, Bambang Sulistomo, drg Sri Sulistami, dan dra Ratna Sulistami. Sedangkan, jumlah cucunya sebanyak sepuluh orang.
Meskipun usianya sudah menua, Sulistina termasuk wanita aktif. Dalam kesehariannya, ia sibukkan untuk menulis buku.
Beberapa buku telah selesai dikerjakannya, yaitu Romantisme Sutomo dan Bung Tomo Suamiku dan Biar Rakyat Yang Menilai Kepahlawananmu.
Di samping menulis buku, di rumahnya di Kawasan Cibubur, Jawa Barat, Sulistina terus mengembangkan hobinya, berkebun. Sebanyak 50 jenis kaktus yang menjadi koleksinya, ia rawat dengan baik. Jenis bunga lainnya adalah aneka macam mawar, melati, dan aneka bunga anggrek.
''Di antara aneka macam bunga itu, favorit saya anggrek. Bunga ini di sam-ping berkesan cantik juga awet dan bunganya bermacam-macam. Jadi saya suka,'' kata Sulistina.
Kesibukan yang ia lakukan, akan terus dikerjakan semampunya, ter- utama berkebun. Koleksi bunganya akan terus ditambah, terutama jenis tanaman bunga yang mudah dirawatnya. Jika bunga yang sulit dirawatnya, membutuhkan tenaga ekstra dan tenaga kerja tambahan.
Menyinggung perawatan kecantikannya, Sulistina menyatakan, ketika usia perkawinannya masih muda, ia mengikuti kursus-kursus kecantikan. Hasil kursus itu, ia kembangkan untuk dijadikan sebagai perawatan rutin sehari-hari.
''Dulu ketika masih banyak uang, kosmetik yang digunakan keluaran luar negeri. Tetapi dalam kondisi sekarang, menggunakan kosmetik dalam negeri'' katanya.
Wajah ini katanya, sangat sensitif, karena itu perawatannya dilakukan terus-menerus. Makanya, sesibuk apa pun, ia menyempatkan diri, paling tidak mem- bersihkan mukan agar senantiasa bersih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar