Imron Rosidi
http://www.jawapos.co.id/
Satu lagi muncul kreativitas seni tari di Lamongan. Yaitu, tari Caping Ngancak. Menyusul tari Boranan yang pernah menyabet juara nasional, tari Caping Ngancak mengawalinya dengan tiga tropi nominasi terbaik di ajang Festival Seni dan Budaya Adiwara se Jawa Timur di Malang.
---
Gerak gemulai sembilan penari terdiri dari siswi SMP Kembangbahu itu terlihat rampak. Matanya berkedip-kedip sembari mengayunkan lengan dan jentikan jemarinya dengan mantap. Sesekali mereka berlari ke samping, ke depan dan suatu ketika bergerombol sambil memainkan caping (topi petani) nya. Sejenak kemudian, sang penari pun terlihat berjalan membungkuk. Layaknya orang sedang memanggul beban berat di pundaknya.
Itulah sedikit gambaran tari berjudul Caping Ngancak yang disajikan pada pembukaan prosesi perayaan Adipura di depan pendapa Lokatantra Pemkab Lamongan kemarin (9/9). Sebuah tari anyar hasil kreatifitas seniman sekaligus guru SMP Negeri I Kembangbahu Tri Kristiani dan Ninin Desinta.
Mendengar dua nama tersebut, teringat akan tari Boranan. Karya tari yang sudah menasional karena di akhir tahun lalu tari ini menyabet juara nasional. Sebagai penghargaannya, salah satunya potret tari ini diwujudkan dalam bentuk baliho atau spanduk oleh pemerintah. Salah satunya dipasang di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Jakarta pada spanduk Visit Indonesia Years.
Soal tari Caping Ngancak, ternyata juga mulai mengikuti ketenaran tari Boranan. Tari ini baru diciptakan sekitar satu setengah bulan lalu. Tri Kristiani dan Ninin menciptanya ketika Lamongan berniat mengikuti festival budaya Adiwara II Jawa Timur di Malang pada pertengahan bulan lalu. ''Kebetulan kita yang ditunjuk untuk memgikuti seni tari, maka kita mulai menciptakan tari Caping Ngancak ini,'' kata tri Kristiani.
Tari Caping Ngancak ini, lanjut Kris, sapaan akrab guru seni dan budaya SMP Negeri I Kembangbahu ini, menceritakan tentang kehidupan dan kegiatan sehari-hari petani. Yaitu mulai berangkat dari rumah, bertanam hingga panen. ''Soal ide untuk menciptakan tari ini muncul begitu saja,'' sambung Ninin.
Kebetulan, lanjut Kris kembali, setiap hari mereka berdua yang berdomisili di Lamongan kota setiap hari ketika berangkat mengajar di Kembangbahu selalu melintasi persawahan. Selama perjalanan itu mereka hampir setiap hari melihat aktivitas petani. ''Sehingga terciptalah tarian ini,'' ujarnya.
Begitu tari ini disertakan di ajang festival budaya Adiwara Jawa Timur, ternyata berhasil meraih tiga nominasi. Di antaranya nominasi lima penyaji unggulan non rangking, tiga penyaji unggulan antar wilayah dan tiga terbaik penata tari unggulan. ''Dari lima nominasi kita mendapatkan tiga. Kalau tari Boranan dulu, dari sembilan nominasi kita meraih 7 nominasi. Ini kebanggan bagi kami, setidaknya ikut membawa nama harum Lamongan, ''tandas Kris dan Ninin, keduanya alumnus Sekolah Tinggi Seni Indinesia Surakarta ini.(*)
http://www.jawapos.co.id/
Satu lagi muncul kreativitas seni tari di Lamongan. Yaitu, tari Caping Ngancak. Menyusul tari Boranan yang pernah menyabet juara nasional, tari Caping Ngancak mengawalinya dengan tiga tropi nominasi terbaik di ajang Festival Seni dan Budaya Adiwara se Jawa Timur di Malang.
---
Gerak gemulai sembilan penari terdiri dari siswi SMP Kembangbahu itu terlihat rampak. Matanya berkedip-kedip sembari mengayunkan lengan dan jentikan jemarinya dengan mantap. Sesekali mereka berlari ke samping, ke depan dan suatu ketika bergerombol sambil memainkan caping (topi petani) nya. Sejenak kemudian, sang penari pun terlihat berjalan membungkuk. Layaknya orang sedang memanggul beban berat di pundaknya.
Itulah sedikit gambaran tari berjudul Caping Ngancak yang disajikan pada pembukaan prosesi perayaan Adipura di depan pendapa Lokatantra Pemkab Lamongan kemarin (9/9). Sebuah tari anyar hasil kreatifitas seniman sekaligus guru SMP Negeri I Kembangbahu Tri Kristiani dan Ninin Desinta.
Mendengar dua nama tersebut, teringat akan tari Boranan. Karya tari yang sudah menasional karena di akhir tahun lalu tari ini menyabet juara nasional. Sebagai penghargaannya, salah satunya potret tari ini diwujudkan dalam bentuk baliho atau spanduk oleh pemerintah. Salah satunya dipasang di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Jakarta pada spanduk Visit Indonesia Years.
Soal tari Caping Ngancak, ternyata juga mulai mengikuti ketenaran tari Boranan. Tari ini baru diciptakan sekitar satu setengah bulan lalu. Tri Kristiani dan Ninin menciptanya ketika Lamongan berniat mengikuti festival budaya Adiwara II Jawa Timur di Malang pada pertengahan bulan lalu. ''Kebetulan kita yang ditunjuk untuk memgikuti seni tari, maka kita mulai menciptakan tari Caping Ngancak ini,'' kata tri Kristiani.
Tari Caping Ngancak ini, lanjut Kris, sapaan akrab guru seni dan budaya SMP Negeri I Kembangbahu ini, menceritakan tentang kehidupan dan kegiatan sehari-hari petani. Yaitu mulai berangkat dari rumah, bertanam hingga panen. ''Soal ide untuk menciptakan tari ini muncul begitu saja,'' sambung Ninin.
Kebetulan, lanjut Kris kembali, setiap hari mereka berdua yang berdomisili di Lamongan kota setiap hari ketika berangkat mengajar di Kembangbahu selalu melintasi persawahan. Selama perjalanan itu mereka hampir setiap hari melihat aktivitas petani. ''Sehingga terciptalah tarian ini,'' ujarnya.
Begitu tari ini disertakan di ajang festival budaya Adiwara Jawa Timur, ternyata berhasil meraih tiga nominasi. Di antaranya nominasi lima penyaji unggulan non rangking, tiga penyaji unggulan antar wilayah dan tiga terbaik penata tari unggulan. ''Dari lima nominasi kita mendapatkan tiga. Kalau tari Boranan dulu, dari sembilan nominasi kita meraih 7 nominasi. Ini kebanggan bagi kami, setidaknya ikut membawa nama harum Lamongan, ''tandas Kris dan Ninin, keduanya alumnus Sekolah Tinggi Seni Indinesia Surakarta ini.(*)
1 komentar:
saya mahasiswa dari UNESA yang ingin menulis penelitian tentang tari Caping Ngancak Lamongan. apakah anda memiliki informasi atau contact person dari Tri Kristiani dan Ninin Desinta (selaku pencipta tari Caping Ngancak) ?
apabila anda memiliki mohon bantuannya.
terimakasih
Posting Komentar