Sabtu, Mei 29, 2021

CERITA, PEMBIMBING DISERTASI, DAN KEBEKUAN NILAI JAWA

Djoko Saryono *
 
/1/
Bertahun-tahun kemudian baru kusadari, mengapa pesan, nasihat, nilai, dan ajaran moral atau malah kultural dan keagamaan disampaikan melalui cerita. Kekuatan cerita atau kisah begitu luar biasa dalam diri manusia dibandingkan dengan angka-angka statistik dan infografis indah menawan. Dibandingkan angka-angka statistik dan infografis indah menawan, sesungguhnya cerita (storytelling, narrative) yang baik lebih efektif memperkuat ingatan seseorang atau sekelompok orang. Di samping itu, juga lebih efektif menghunjamkan dan menyebarkan pengetahuan-pengetahuan tersembunyi (tacit knowledge).
 
Temuan kajian Jennifer Aaker dari Stanford University menunjukkan, sebanyak 63 persen mahasiswa yang ditelitinya mampu mengingat cerita dengan baik; dan hanya 5 persen mahasiswa yang mampu mengingat angka-angka statistik. Pelbagai kajian perihal ingatan manusia juga menginformasikan bahwasanya fakta kritis, data cermat, dan analisis kuantitatif lebih mengunggah diri manusia, bahkan menggerakkan manusia bilamana disampaikan dengan cerita. “Manusia berpikir dan bermenung dalam cerita ketimbang dalam fakta, angka atau persamaan…,”cetus Yuval Noah Harari saat membuka buku 21 Lessons for the 21st Century (2018).
 
Tak mengherankan, terbilang sejak beribu tahun lampau, manusia digelari sebagai homo fabulans, sang makhluk bercerita. Cerita menjadi medium paling utama mengalihkan, menyebarkan, melesakkan (menghunjamkan), dan/atau mewariskan tradisi, kebudayaan atau peradaban di pelbagai bentangan dunia. Pesan-pesan, nilai-nilai, dan norma-norma moral sosial dan keagamaan diekspresikan dalam cerita. Tiap-tiap puak, suku, dan/atau bangsa di semua penjuru dunia merangkai dan mengungkai cerita untuk mewariskan dan menyebarkan pesan, nilai, dan ajaran budaya dan agama masing-masing. Demikian juga orang tua di mana pun cenderung mewariskan dan meneruskan nilai, ajaran, dan norma moral sosial kepada generasi berikutnya. Menurut kesan saya, orang tua dan pemimpin gemar bercerita kepada generasi berikutnya sebagai ahli waris. Orang tua dan pemimpin yang piawai bercerita bisa meneluh kita. Cerita mereka memiliki daya teluh luar biasa sehingga kita yang mendengarkan bisa terhanyut dalam keindahan cerita.
 
Berbilang lebih dua puluh lima tahun lalu, ketika kuliah doktoral, aku mendapat seorang pembimbing disertasi yang sangat gemar bercerita. Namanya Prof. Dr. Zuchridin Suryawinata, yang berpostur tegap jenjang dan tutur katanya lembut, jernih, dan tertata rapi. Setiap aku menghadap untuk bimbingan, dia lebih banyak bercerita daripada memberikan saran dan masukan akademis, misalnya menyarankan konsep atau teori tertentu. Ceritanya selalu mengalir lancar bagai arus air menuju muara – yang disesuaikan dengan konteks dan topik disertasi yang hendak aku tulis. Berhubung aku menulis disertasi tentang konstruksi nilai budaya Jawa dalam fiksi Indonesia, tak heran dia senantiasa bercerita yang bermuatan pesan, makna, dan nilai budaya Jawa. Biasanya ceritanya berandar pada pengalaman, penerimaan, dan pemikirannya tentang budaya Jawa. Salah satu ceritanya kuungkapkan berikut ini.
 
/2/
Kata sahibul hikayat, tersebutlah seorang anak bangsa — anak bumiputra. Dulu, beberapa tahun lalu, pada waktu masih kecil, dia mengetahui dan melihat sebuah tempat yang khusus bagi orang Belanda. Di tempat itu ada sebuah tulisan. Dalam bahasa Belanda, dengan jelas tulisan itu berbunyi: Inlanders en honden verboden! – kaum bumiputra dilarang masuk! Anak-anak bumiputra pun kesal, jengkel, dan marah. Akan tetapi, mereka tidak berdaya dan berani memberontak.
 
Selama itu anak-anak bumiputra – terutama anak-anak Jawa dan wong cilik Jawa – dididik untuk selalu pasrah, sumarah, nrimo, nrimo ing pandum (serba pasrah, menerima, menerima bagian yang diberikan kepadanya) agar tidak memberontak. Pada zaman penjajahan Belanda, pendidikan nilai-nilai ini sangat intensif diberikan kepada orang Jawa. Timbullah pertanyaan di sini: apakah nilai-nilai ini memang sengaja dieksploatasi oleh Belanda supaya anak-anak bumiputra tidak memberontak kepadanya?; agar orang kecil, wong cilik, selalu pasrah dan menerima nasibnya begitu saja, tidak pernah berpikir dan berani memberontak kepada Belanda? Apakah nilai-nilai Jawa ini memang dibuat atau direkayasa sedemikian rupa oleh Belanda sehingga kaum bumiputra tidak perlu dan tidak bisa berpikir dan berbuat apa-apa untuk mengubah keberadaan, keadaan, dan kedudukannya?
 
Begitu intensifnya rekayasa nilai pasrah, sumarah, nrimo, nrimo ing pandum, dan sejenisnya oleh Belanda sehingga nilai-nilai tersebut melekat dan menyatu ke dalam nilai dan falsafah Jawa yang kemudian juga bergabung dengan keselarasan (harmoni) manusia Jawa. Perlahan-lahan, tapi pasti, hal tersebut kemudian menjadi bagian tak terpisahkan dari nilai budaya Jawa. Sekarang kita selalu menyatakan bahwa nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai Jawa yang sangat penting. Hal ini menyiratkan betapa manusia Jawa telah terjajah sedemikian lama, selama beratus-ratus tahun, oleh ideologi kolonial.
 
Pada waktu sudah dewasa, anak bangsa yang disebut pada paragraf awal di atas pergi ke negeri Belanda – negeri yang pernah menjajah bangsanya sekian lama. Di Belanda, dia melihat dan menyaksikan betapa sangat megah dan canggih teknologi Belanda. Di antaranya dia menyaksikan kota di bawah laut, menyaksikan bandar udara yang begitu megah dan canggih yang berada tujuh meter di bawah permukaan laut, menyaksikan bendungan kukuh dan besar yang panjangnya 42 km, membendung Noord zee. Si anak bangsa benar-benar terpukau dan kagum oleh kecanggihan teknologi dan organisasi yang telah berhasil dikembangkan Belanda tersebut.
 
Dia merenung, melihat kembali ke masa lalu, dan kemudian mempertanyakan: Dari manakah kekayaan yang sedemikian besar dan dana yang sedemikian melimpah didapatkan sehingga Belanda mampu membuat kota di bawah laut? Dari manakah kekayaan dan dana tersebut kalau bukan dari Indonesia? Tidakkah hal ini merupakan akibat para raja, pangeran, dan priyayi Jawa yang dibodohkan oleh Belanda dengan cara di-kepenak-an dan di-lela-lela atau ditimang-timang dan dinibobokan dengan kehidupan yang sangat mewah, berupa pemberian harta, tahta, wanita, dan perlindungan keku-asaan? Penimang-penimangan dan peninaboboan tersebut telah menjadikan para raja, pangeran, dan priyayi takut terhadap adanya perubahan, takut kehilangan kekuasaan dan kemewahan sosial ekonomis! Mereka sudah telanjur merasa enak dan aman hidup di bawah duli tuanku Belanda. Secara lugas atau terselubung, hal ini menjadikan mereka budak kekuasaan kolonialis.
 
Oleh karena itu, si anak bangsa tidak yakin bahwa orang Jawa memang pasrah, sumarah, nrimo, nrimo ing pandum, wani ngalah, dan sejenisnya semenjak dahulu. Hal ini hasil rekayasa kolonialis Belanda. Dalam Nusa Jawa: Silang Budaya (Jilid I), Denys Lombard menyebut rekayasa nilai tersebut sebagai bagian dari teknik pembinaan masyarakat oleh kolonial Belanda agar masyarakat selalu patuh dan tunduk kepadanya. Selaras dengan hal ini, dalam State and Statecraft in Old Java, Soemarsaid Moertono menyebut rekayasa nilai tersebut sebagai perlengkapan magis-kultural untuk mempertahankan dan melang-gengkan kekuasaan. Jika memang demikian, berarti rekayasa nilai tersebut telah menjadi bagian dari ideologi kolonial. Ideologi kolonial seperti inilah yang telah menyebabkan tertanamnya secara kuat feodalisme ke dalam budaya Jawa.
 
Umar Kayam dalam novel Para Priyayi sudah memberikan gambaran bagaimana sebaiknya priyayi sejati. Menurut Kayam, priyayi sejati itu di samping memikirkan atasan atau penguasa juga mengabdi kepada rakyat kecil secara total. Melalui tokoh Sastrodarsono, dikatakan oleh Kayam bahwa warna semangat priyayi sejati “bukanlah terutama warna halus, luwes, elegan, dari filsafat rumit…”. Warna semangat priyayi sejati adalah “pengabdian kepada masyarakat banyak… warna semangat kerakyatan.” Ada dua hal yang perlu dicatat dari pernyataan ini. Pertama, dalam pandangan Kayam, nilai kepriyayian yang sesungguhnya adalah pengabdian kepada rakyat. Kedua, bila selama ini nilai kepriyayian lebih diartikan pengabdian total kepada penguasa atau kekuasaan, misalnya terlihat dalam pemberian upeti, asok glondong pangareng-areng, hal ini merupakan bentuk feodalisme yang sudah ditanamkan oleh kolonial Belanda.
 
Pertanyaannya, tidakkah kita khawatir, sekarang tumbuh neofeodalisme? Kekhawatiran ini cukup beralasan. Sekarang banyak pembesar dan pejabat lupa bahwa tugas mereka memberdayakan dan mengangkat wong cilik, mandat mereka melayani dan menyejahterakan orang kebanyakan atau orang kecil. Elite kekuasaan sekarang banyak yang lupa diri bahwa mereka banyak dikelilingi oleh orang-orang yang memang sengaja ikut arus utama (mainstream) yang hanya bertujuan untuk tetap menegakkan dan melanggengkan kekuasaan – demi keuntungan lingkaran kekuasaan mereka sendiri. Dalam keadaan seperti ini, tak ada lagi satunya kata dengan perbuatan. Kata dan perbuatan semakin terpisah jauh, tak dapat saling bertemu. Di samping itu, banyak pembesar dan pejabat yang bersikap seperti raja, priyayi, dan birokrat Jawa masa lalu. Mereka minta dimanjakan dengan bentuk keistimewaan dan kemewahan sosial ekonomi. Sebagaimana diketahui, pada zaman Belanda, inlander, orang kebanyakan cukup hidup dengan 1 benggol (2,5 sen) per hari, sedang priyayi hidup dengan 7,5 guldern per hari. Bandingkanlah, betapa lebardan besarnya kesenjangan ekonomi ini! Bukankah kesenjangan seperti ini juga terjadi sekarang –orang kecil kebanyakan kalang kabut mencari rezeki dan sesuap nasi, sementara para pembesar dan pejabat korupsi tidak kenal batas henti?
 
Apakah hal tersebut ada hubungannya dengan sistem huruf Jawa? Dalam sistem huruf Jawa, bila /ka/ di-taling, di-tarung, di-pepet, dan di-cerek tetap berbunyi, tetapi bila /ka/ di-pangku menjadi mati. Tidakkah para kolonialis Belanda belajar dari simbol-simbol ini untuk menguasai orang Jawa? Tidakkah para kolonialis Belanda sengaja me-mangku atau memanjakan orang Jawa khususnya priyayi dengan berbagai keistimewaan dan kemewahan sosial ekonomi agar mereka mati? Tidakkah pembesar dan pejabat sekarang serupa priyayi masa lalu yang dicekoki keistimewaan dan kemewahan sosial ekonomi oleh para bandar mereka?
 
/3/
Mendengarkan cerita pembimbing yang mengalir lancar dan tertata rapi, aku takzim menyimaknya. Tak mengeluarkan kata, apalagi menyela dan kemudian bertanya. Aku bagaikan masuk labirin sihir cerita. Setelah sekian lama bercerita dan aku terhanyut-kesima tanpa kata, pembimbingku menghentikan cerita, lantas bertanya: Kira-kira cerita saya sudah dimasukkan apa belum dalam naskah? Kalau belum, coba dimasukkan ya; dan kalau sudah tolong dijabarkan lebih detail dengan bukti pendukung yang cermat. Setelah itu, dia biasa berujar, “Ya sudah, terus lanjutkan.”Aku mengangguk, lalu pamit pulang.
 
Begitulah pembimbingku membimbing lebih banyak dengan bercerita.
 
Selamat berlebaran sahabat semua. Hidup ini begitu indah – Indonesia kita pun sangat indah. Sayang kalau dilewatkan tanpa baku sapa, silaturahmi, dan cerita.
***

*) Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd., Guru Besar Jurusan Sastra Indonesia di Fakultas Sastra pada kampus UNM (Universitas Negeri Malang). Telah banyak menghasilkan buku, artikel apresiasi sastra, serta budaya. Dan aktif menjadi pembicara utama di berbagai forum ilmiah kesusatraan tingkat Nasional juga Internasional. http://sastra-indonesia.com/2021/05/cerita-pembimbing-disertasi-dan-kebekuan-nilai-jawa/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Hana N.S A. Iwan Kapit A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.C. Andre Tanama Aa Sudirman Abd. Basid Abdul Aziz Rasjid Abdul Ghofar Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Muid Badrun Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdullah Ubaid Matraji Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abonk El ka’bah Acep Zamzam Noor Ach. Nurcholis Majid Achmad Farid Tuasikal Achmad Maulani Adi Faridh Adi Marsiela Adi Sucipto Adian Husaini Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrian Ramdani AF. Tuasikal Afnan Malay Afrizal Malna AG Hadzarmawit Netti AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Majestika Aguk Irawan M.N. Agung Prihantoro Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R Sarjono Agus S Warman Agus Sri Danardana Agus Sulton Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Rafiq Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syafii Maarif Ahmad Taufik Ahmad Thohari Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Al-Fairish Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Ali Irwanto Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Alvi Puspita Amang Mawardi Ambarukminingsih Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Amirullah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andhi Setyo Wibowo Andik Nurcahyo AndongBuku #3 Andry Deblenk Anindita S. Thayf Aning Ayu Kusuma Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anwari WMK Aprillia Ika Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Arif Firmansyah Arifun Najib Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arys Hilman Asarpin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asri Bariqah Awalludin GD Mualif Azumardi Azra Azyumardi Azra Baca Puisi Badaruddin Amir Balada Bambang kempling Bambang Satriya Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benni Indo Benny Benke Benny D Koestanto Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Koran Bernada Rurit Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Palopo Budi Purnomo Buldanul Khuri Bunda Zakyzahra Tuga Bungaran Antonius Simanjuntak Candrakirana Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Che Guevara Coronavirus Cover Buku Kritik Sastra Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi II Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi IV Cover Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi V D. Zawawi Imron Dadan Maula Darmawan Dadang Ari Murtono Dahlan Kong Damanhuri Zuhri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Dedykalee Deni Ali Setiono Deni Jazuli Denny Ardiansyah Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan Dewi Indah Sari Dhanu Priyo Prabowo di Bluri di Karangasem Dian Sukarno Diana AV Sasa Diana Ifrina Ernawati Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dini Tri Dinoroy M. Aritonang Dion Maulana Prasetya Diskusi buku Djaka Susila Djenar Maesa Ayu Djesna Winada Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Budiono Herusatoto Drs H Choirul Anam Drum Band MI Miftahul Ulum (Kuluran) Dudi Rustandi Dunia Penerbitan Indonesia Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Nikmatika Roma Dwi Pranoto Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddy D. Iskandar Edeng Syamsul Ma’arif Edi Faisol Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elly Burhaini Faizal Elly Trisnawati Ellyn Novellin Emerson Yuntho Emha Ainun Nadjib Emil WE Endang Supriyadi Endi Haryono Endri Y Erdogan Esai Esha Tegar Putra Esme Fadliha Etik Widya Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fadjriah Nurdiarsih Fahmi Fahrudin Nasrulloh Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faris Al Faisal Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Felix K. Nesi Festival Mocosik Festival Seni Internasional 2010 Yogyakarta Festival Seni Internasional 2014 Yogyakarta Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan festivalsenisurabaya.com Fikri. MS Firdawsi Fortus Pake Forum Lingkar Pena Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Foto Franditya Utomo Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Magnis-Suseno Friski Riana Fuad Hasan Nasihin Fuji Pratiwi Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawa Gede Mugi Raharja Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gedung Sangbala Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gito Waluyo Goenawan Mohamad Golput Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma’ruf Amin Gus Dur H Ikhsan Effendi H. Usep Romli H.M H.B. Jassin H.O.S Cokroaminoto Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Hadi Napster Hadziq Jauhary Halim H.D. Halimatussa’diyah Hamberan Syahbana Hamluddin Hana Pertiwi Hanif Nashrullah Hardono Haris del Hakim Haris Firdaus Haris Priyatna Haris Saputra Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Basri Hasan Junus Hasanuddin WS Hasnan Bachtiar Helmi Y Haska Helmy Tasaufy Hera Khaerani Herdiyan Heri C Santoso Heri Latief Herman Herman Hasyim Herman RN Herry Lamongan Herry Mardianto Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Homaedi I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I Wayan Seriyoga Parta IBM. Dharma Palguna Ibnu PS Megananda Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Mustofa Imam Nawawi Imam Qodim Al-Haromain Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Imelda Imron Arlado Imron Rosidi Imron Rosyid Imron Tohari Indrian Koto Ingki Rinaldi Ipik Tanoyo Ire Irvan Sihombing Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismet NM Haris Ismi Wahid Isnanur Janah Iswadi Pratama Isyana Artharini Iwan Nurdaya-Djafar Iwank Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Janual Aidi Javed Paul Syatha Jazzi Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jembatan Kuno Yang Misterius Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Jodhi Yudono Jogjanews.com John Joseph Sinjal Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Paket Hemat Juara Ke 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jumartono Jurnalisme Sastra Jusuf A.N K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.Y. Karnanta Kadjie Mudzakir Kaheesa Kirania Putri Ayu Kang Daniel Kapal Nabi Nuh Karanggeneng Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kautsar Muhammad Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) KH Abdul Ghofur KH Bisri Syansuri KH. Abdul Aziz Masyhuri KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khoirul Abidin Khoirul Inayah Ki Ompong Sudarsono Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kika Dhersy Putri Kitab Arbain Nawawi KITLV Koh Young Hun Koko Sudarsono Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopi Sunan Drajat Kopuisi Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Krisman Kaban Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kulonprogo Kurnia Effendi Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswinarto L Ridwan Muljosudarmo Laboratorium Sinematografi dan Pertunjukan UNISDA Lamongan Lagu Lailiyatis Sa'adah Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Sarmili Literasi Liza Wahyuninto Lugiena De Lukas Adi Prasetyo Lukisan Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lusia Kus Anna Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Lutfi M. Mushthafa M. Romandhon M. Sunyoto M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M’Shoe Made Geria Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahrus eL-Mawa Majelis Ulama Indonesia Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcus Suprihadi Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Maruli Tobing Mashuri Masuki M. Astro Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Wulan Medco Media Lamongan Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Meka Nitrit Kawasari Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka MI Thoriqotul Hidayah Pilang 1 Mia Arista Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Miftahul A’la Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Ghufron Cholid Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Samsul Arifin Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Ali Athwa Mohammad Eri Irawan Mohammad Rafi Azzamy MTs Putra-Putri Simo Sungelebak Muh Kholid A.S Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Amin Muhammad Arif Muhammad Aris Muhammad Eko Nugroho Muhammad Hidayat Muhammad Muhibbuddin Muhammad Musa Muhammad N. Hassan Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mukafi Niam Mukhsin Amar Mulyani Hasan Mulyo Sunyoto Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Munawir Aziz Muntamah Cendani Musfarayani Musfi Efrizal N. Syamsuddin CH. Haesy Nadine Tri Duhita Naim Nanang Suryadi Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Nara Nazaruddin Azhar Neli Triana Ngatini Rasdi Nh. Anfalah Ni Luh Made Pertiwi F Ni Made Frischa Aswarini Ninuk Mardiana Pambudy Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noval Jubbek Noval Maliki Novel Novel Pekik Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Hayati Nur Kholiq Nur Kholis Huda Nurani Soliha Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Ochi Oil on Canvas Oky Sanjaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Paciran Pameran Seni Rupa Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik Panji Satrio Patung Sphinx PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan 2020 Pelukis Dahlan Kong Pelukis Harjiman Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit Progresif Penerbit PUstaka puJAngga Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Peringatan Hari Santri TPQ Al-Hidayah 22 Oktober 2017 Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren Sunan Drajat Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Pilang Tejoasri Lamongan Jawa Timur Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prosa Proses Kreatif Puisi Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka GU Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. N. Bayu Aji R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rafita Dewi Rahmah Maulidia Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rameli Agam Rana Akbari Raras Cahyafitri Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Revdi Iwan Syahputra Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Ridlwan Ridwan Munawwar Riki Utomi Rinny Srihartiny Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robert Adhi Kusumaputra Robin Al Kautsar Roby Karokaro Rodli TL Rof Maulana Rofiqi Hasan Rojiful Mamduh Rokhim Sarkadek Rosdiansyah Rosi Rosidi Rudi S. Kalianda Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rx King Motor S Jai S Yoga S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Sabrina Asril Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salim Alatas Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saratri Wilonoyudho Sari Oktafiana Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sejarah SelaSastra SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang Selvie Monica S Sendang Duwur Tahun 1920 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Shohebul Umam JR Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sifa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simon Saragih Sirikit Syah Siti Muti’ah Setiawati Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Slavoj Zizek Soelistijono Soetanto Soepiadhy Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Sohirin Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Mulyani Sri Wintala Achmad ST Indrajaya Stanley Adi Prasetyo Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sudirman Hasan Sugeng Ariyadi Sugeng Wiyadi Sugiarto Sugito Wira Yuda Suhartono Sujatmiko Sukardi Rinakit Sukitman Sumenep Sunarno Wibowo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susie Evidia Y Sutamat Arybowo Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Suyatmin Widodo Svet Zakharov Syaf Anton Wr Syaiful Bahri Syaiful Irba Tanpaka Syaiful Mustaqim Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syi'ir Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tanjung Kodok Tahun 1947 Tasman Banto Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Ganast MAN Lamongan Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Sakalintang Teater Sangbala Teater Sundra Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tewol Teater Tewol Lamongan Teguh LR Teguh Winarsho AS Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thamrin Dahlan Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute (IHI) Thohir Thompson Hs Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto To Take Delight Toni Munajat Tosa Poetra Tri Andhi S Tri Wahono Trisno S. Sutanto Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Unieq Awien Universitas Airlangga Surabaya Universitas Jember Untung Basuki Ustadz Charis Bangun Samudra Utami Diah Kusumawati Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Wahyu Aji Wahyudi Zuhro Wan Anwar Warjati Suharyono Wawan Eko Yulianto Wawan Hudiyanto Wawancara Wayan Sunarta Welly Suryandoko Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yanuar Jatnika Yanuar Yachya Yaumu Roikha Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yerusalem Ibu Kota Palestina Yesi Devisa YF La Kahija Yogyo Susaptoyono Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudi Latief Yuli Yuni Ikawati Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zahrotun Nafila Zaim Uchrowi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimras Zen Hae Zuhdi Swt