Sabtu, Februari 06, 2021

Kopi Kang Santri

Jadid Al Farisy *
 
Sampai saat ini tidak ada yang tahu nama persisnya. Ada yang mengatakan kalau namanya ketika pertama kali nyantri dulu itu Seger. Namun ada juga yang menceritakan bahwa di desa tempat tinggalnya, orang-orang memanggilnya Waras. Tapi menurut penuturan Kang Urip, salah seorang kurir pondok, Mbah Yai sepuh telah memberinya nama arab Umar Hasan. Karena logat jawa yang medok, nama itu berubah aksennya menjadi Markasan. Tetapi para santri hingga saat ini, lebih suka memanggilnya Kang San atau diblanjur saja menjadi Kang Santri.
 
Bukan tanpa sebab jika kami para santri memanggilnya demikian. Panggilan “kang” bisa berarti yang dituakan, sedangkan “santri” merujuk pada statusnya hingga saat ini yang masih aktif sebagai santri di pondok. Kang Santri termasuk yang paling lama tinggal di pesantren. Menurut informasi yang pernah kudengar dari santri senior, Kang Santri itu masih menangi zamannya Mbah Yai sepuh. Itu artinya sekitar tahun 60-an, Kang Santri sudah hidup di pesantren. Karena alasan itulah kemudian tidak berlebihan jika julukan santri abadi disematkan padanya.
 
Jika dilihat dari lamanya waktu nyantri, panggilan yang pantas disandang oleh Kang Santri sebenarnya adalah Mbah. Karena meruntut sejarah awal mondok hingga saat ini, pastilah usianya sudah tidak muda lagi. Bahkan mungkin seusia Mbah Kakung di rumah. Tapi disinilah uniknya, dari perawakan dan raut wajahnya, Kang Santri seperti baru berusia kepala tiga saja.
 
Kang santri termasuk orang yang unik dan nyleneh. Bahkan sebagian para santri senior biasa menyebutnya sebagai santri majdzub. Jadi apapun yang ia lakukan, memang kadang tidak bisa dinalar. Jarang sekali ia berkomunikasi dengan orang lain. Kang Santri biasanya lebih senang menyendiri ditempatnya. Ia lebih memilih sebuah ruangan bawah dari bangunan  menara masjid lawas sebagai tempat tinggalnya daripada di gothakan kamar para santri.
 
Meskipun demikian, kalau urusan ngaji, Kang Santri selalu menyempatkan untuk ikut pengajian Abah Yai Mukhsin, salah seorang putra Mbah Yai sepuh. Selain itu, ia biasa mendatangi kelas-kelas untuk ikut belajar di sekolah mu’alimin. Biasanya sa’at seperti itu, iKang Santri akan membawa qalam dan membuat coretan-coretan tidak jelas pada sobekan kertas yang dibawanya. Tidak ada yang tahu apa maksudnya. Para murid lain pun tak ada yang berani menertawakannya.
 
Banyak hal yang kalau dalam bahasa kitabnya, khowariqul adah, jika berbicara mengenai Kang Santri. Dalam hal makanan misalnya, Mbok Mi, tukang masak di dapur pondok, punya kisah tersendiri tentang Kang Santri.
 
“Kang San itu senengnya makan umbi-umbian, seperti ubi, kentang atau singkong rebus. Selama saya kerja disini. Sudah hampir lima belas tahun, ndak pernah sekalipun ngerti Kang San itu makan nasi,” terang Mbok Mi.
 
“Apa itu yang dinamakan puasa ngrowot Mbok?” tanyaku sambil melahap makan siangku di dapur pondok.
 
“Ya embuh le, pancen Kang San itu riyalatnya sungguh-sungguh, wani tirakat.”
“Mungkin itu rahasianya Kang Santri tetap awet muda Did,” kata si Karim, salah seorang teman sekelasku.
 
“Kang Santri juga tidak pernah sakit lho katanya,” terang si Kipli. Karim mengangguk tanda membenarkan.
 
“Kang Santri itu orang sakti, kapan-kapan aku kok ingin berguru padanya. Eh, tapi Kang Santri kok ndak ingin menikah ya?”celetuk si Karim sambil tersenyum. Aku dan Mbok Mi hanya geleng-geleng saja.
 
“Kang Santri itu tidak sama kayak kita Rim, maqomnya beda dengan kita-kita ini,” ucap  Kipli.
 
“Sudah-sudah, ayo berangkat ngaji. Jatuhnya malah kita ngrasani Kang Santri nanti, kalau tidak benar, bisa kualat malahan,“ kataku sambil bergegas mengambil kitab yang tadi kutaruh di atas meja dapur.
 
Sebenarnya, diantara teman-teman yang lain. Bisa dikatakan kalau aku jauh lebih bisa mengakrabi Kang Santri. Itu karena aku sendiri jarang berada di kamarku. Aku lebih suka tinggal di serambi Masjid sebelah selatan yang dekat dengan kulah. Bahkan tidur pun aku sering di serambi masjid. Sedangkan Kang Santri tinggalnya di ruangan menara, kadang seusai jama’ah, ia suka duduk-duduk di serambi. Berawal dari itulah aku dan Kang Santri bisa lebih akrab meskipun hanya sekedar bertegur sapa singkat. Itu sangat mending dari santri lain yang jarang sekali bisa berkomunikasi dengan Kang Santri.
 
Pernah pertama kalinya, selain karena rasa penasaranku, juga karena ingin bersilaturohmi, aku sambangi ruangan kamar yang menjadi tempat tinggal Kang Santri. Pintu kubuka sedikit. Nampaknya ia tidak berada di tempat. Aku hanya menjumpai tumpukan kitab-kitab kuning dari mulai yang tipis hingga yang tebal berjilid-jilid. Buat apa ya Kang Santri mengumpulkan Kitab-kitab lawas itu? Apakah hanya ditumpuk saja atau memang untuk dipelajari? Fikirku. Belum selesai fikiranku menerka, tiba-tiba Kang Santri datang dari belakangku. Tanpa menyapaku ia langsung masuk ke ruangannya sambil berujar,
 
“iqro’ bacalah...iqro’...bacalah”. Kata-kata itu diulangi sampai beberapa kali. Aku tercengang mendengarnya, Kang Santri seperti tahu apa yang sedang kufikirkan.
 
Selain tumpukan kitab-kitab lawas, di atas meja dampar Kang santri juga selalu tersaji secangkir kopi hitam. Aroma sedap kopi menyeruak memenuhi ruangan. Sejak saat itu, jika aku berniat sambang ke tempat Kang Santri, aku lebih berhati-hati menjaga fikiran dan bersitan hati. Jangan sampai membawa prasangka yang tidak baik. Selain itu, aku juga selalu membawakan Kang Santri bungkusan kopi hitam kesukaannya.
 
Di kalangan masyarakat sekitar pesantren sendiri, tidak ada pemilik warung kopi yang tidak mengenalnya. Banyak yang menuturkan, kalau bicara tentang Kang Santri, maka tidak bisa dipisahkan dengan minuman yang menjadi kesukaannya, kopi hitam. Dalam sehari, Kang Santri bisa berpindah dari warung satu ke warung yang lain untuk sekedar minum secangkir kopi. Tidak hanya itu, yang selalu menjadi kebiasaannya ketika membayar, Kang Santri selalu mengambil uang yang disimpan di selipan kopyah hitamnya. Berapapun jumlahnya, ia tidak pernah minta kembalian.
 
Kang Santri seperti hidup dalam dunianya sendiri. Ia sudah biasa datang dan pergi sesuka hati. Jika mendekati awal puasa, dua bulan sebelumnya, yakni sejak bulan Rajab. Jangan berharap bisa menjumpai Kang Santri di pesantren. Biasanya ketika itu, Kang Santri tidak tinggal di pondok. Lalu kemana perginya? sampai sa’at ini tidak ada yang mengetahuinya.
 
Namun ketika hari pertama puasa, bisa dipastikan sejak sholat tarawih, Kang Santri sudah berada di shof terdepan. Memang ketika malam tiba, aku jarang sekali bahkan tidak pernah melihatnya tidur. Sepanjang malam kadang kulihat ia hanya duduk-duduk di depan menara dan serambi masjid sambil menyeruput kopi. Tanpa rokok. Iya, Meskipun Kang Santri doyan ngopi, tapi anehnya, ia tidak suka merokok. Jika waktu sahur tiba, ia biasa duduk bersila di bawah menara masjid lawas sambil bergumam tiada henti sampai waktu shubuh tiba. Sudah sahur atau belum, tak ada yang pernah tahu.
 
Meskipun jarang berkomunikasi dengan santri lain, Kang Santri sebenarnya sangat loman. Pernah suatu ketika, saat berbuka puasa, tiba-tiba saja Kang Santri membawa satu wadah plastik yang besar berisi bungkusan makanan dan dibagikan satu-satu pada para santri di kamar-kamar. Seperti sudah memperkirakannya, jumlah bungkusan sama persis dengan jumlah para santri, sehingga tidak sampai kurang. Padahal ketika itu, ada juga santri pendatang yang hanya ikut ngaji ketika Ramadhan saja.
 
Seperti lazimnya pesantren-pesantren di daerah Jawa Timur. Pada bulan Ramadhan, selain memperbanyak khatam Al Qur’an, biasanya juga tidak pernah sepi dari kegiatan khataman ngaji kitab kuning. Istilah lain menyebutnya kilatan. Para Kiai dan Gus secara bergantian mengisi pengajian tersebut hingga bisa khatam sampai beberapa kitab. Santri-santri sangat antusias mengikuti semua kegiatan, tak terkecuali Kang Santri. Ia biasanya tidak pernah melewatkan setiap ngaji kilatan yang ada. Meski hanya ngaji kuping, Kang Santri selalu datang lebih awal dari yang lain. Sungguh luar biasa semangat Kang Santri jika telah masuk bulan puasa.
 
Sampai pada suatu malam, ketika tepat malam ganjil ke-21. Seperti biasa, Kang Santri sudah berada di shof paling depan. Sholat tarawih kali ini diimami oleh Gus Firman, salah satu putra Abah Yai yang satu bulan yang lalu baru datang dari Yaman. Bacaan surat Al Fatihah dan ayat-ayat Al Qur’an beliau sangatlah fasih dan merdu. Meskipun ayat-ayat Al Qur’an yang dibacakan disetiap roka’at terhitung lumayan panjang, tetapi seperti tidak terasa saja. Ketika sudah sampai pada sholat tarawih yang terakhir, pada roka’at pertama, Gus Firman membacakan surat Al Qodar dengan fasihnya. Suasana lenggang dan syahdu. Tiba-tiba ketenangan itu menjadi pecah karena terdengar suara orang menjerit dan menangis tersedu-sedu. Hingga selesai sholat tarawih, barulah diketahui bahwa sumber suara orang yang menangis itu berasal dari Kang Santri yang masih nampak bersujud dan sesenggukan.
 
Sejak kejadian itu, lumrah saja jika kemudian fenomena itu menjadi perhatian dan perbincangan dikalangan para santri. Karena khawatir salah menyimpulkan, aku dan teman-temanku, si Karim dan Kipli. Datang sowan ke ndalem Gus Firman untuk meminta wejangan.
 
“Kang Santri itu manusia pinilih, jangan sampai kalian mengolok atau mengejeknya. Bisa jadi beliau salah satu kekasih Allah,” kata Gus Firman.
 
“Maksudnya, wali Gus?” tanya si Karim.
“Wallahu a’lam bisshowab,” kata Gus Firman sambil tersenyum. Kami bertiga mantuk-mantuk saja.
 
“O iya Gus, kulo pernah mendengar maqolah “laa ya’riful wali illa wali”, niku pripun Gus?” aku mencoba bertanya.
 
“Iya, betul, tidak ada yang mampu mengetahui kewalian seseorang kecuali ia adalah seorang wali, tapi alangkah baiknya jika terhadap orang-orang seperti Kang Santri, kita mendahulukan hati daripada akal fikiran untuk memandangnya. Kita dahulukan husnudzon, persangkaan yang baik-baik terlebih dahulu daripada pengetahuan tentang apa-apa yang nampak secara dhohir. Bisa jadi secara batiniyah, orang seperti Kang Santri jauh lebih baik dari kita-kita ini, jauh lebih ikhlas dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Biasanya para wali mastur, jika rahasia dirinya diketahui oleh khalayak umum, ia akan pergi dan tak pernah kembali. Wallahu a’lam bisshowab.” Kedua mata Gus Firman tampak berkaca-kaca. Sungguh bijak dan sejuk ilmu yang beliau terangkan. Kami bertiga sangat bersyukur bisa mendapatkan pencerahan. Kami menjadi tahu harus bagaimana memandang dan berprasangka pada orang-orang seperti Kang Santri.
 
Keesokan harinya dan hari-hari berikutnya, Kang Santri tidak menampakkan diri di pesantren. Banyak yang mengira Kang Santri hanya pergi dari pondok untuk sesaat seperti biasanya. Namun, aku dan teman-teman yang kemarin didawuhi Gus Firman, menjadi sangat gusar dan sedih. Jika benar seperti apa yang dijelaskan Gus Firman tentang sifat para orang-orang pilihan yang gemar menyembunyikan identitasnya di hadapan manusia, maka berarti kami tidak bisa lagi bertemu dengan Kang Santri untuk selamanya. Dan ada hal lain yang menguatkan kepergian Kang Santri. Di ruangannya, semua kitab-kitab yang bertumpukan di atas meja dampar pun ikut menghilang. Apakah dibawa pergi oleh Kang Santri? tidak ada satu pun yang tahu. Sementara yang masih tertinggal dan seolah menjadi pengingat atas dirinya hanyalah secangkir kopi hitam kesukaannya.
 
Lamongan, 05 Maret 2019
 
*) Jadid Al Farisy, lahir di bantaran Bengawan Solo, Desa Kendal, Sekaran, Lamongan. Menulis puisi, cerpen, esai, geguritan. Beberapa karyanya tersiar di media Republika, Radar Bojonegoro, Iqro.id, Alif.id, Pesantren.id. Puisi dan cerpennya bisa dijumpai dalam antologi bersama: Bocah Luar Pagar, Ini Hari Sebuah Masjid Tumbuh di Kepala, Hikayat Daun yang Jatuh dan Muhasabah Warna. Buku tunggalnya: Kopi Kang Santri (cerpen), Aku Membacamu, Kekasih (puisi), Dialektika Akar Rumput (esai), Kawula Mung Saderma (geguritan). Pendidik di SMA Unggulan BPPT Al Fattah Lamongan, dan MI Ma’arif NU Islamiyah Kendal. http://sastra-indonesia.com/2021/01/kopi-kang-santri/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Hana N.S A. Iwan Kapit A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.C. Andre Tanama Aa Sudirman Abd. Basid Abdul Aziz Rasjid Abdul Ghofar Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Muid Badrun Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdullah Ubaid Matraji Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abonk El ka’bah Acep Zamzam Noor Ach. Nurcholis Majid Achmad Farid Tuasikal Achmad Maulani Adi Faridh Adi Marsiela Adi Sucipto Adian Husaini Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrian Ramdani AF. Tuasikal Afnan Malay Afrizal Malna AG Hadzarmawit Netti AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Majestika Aguk Irawan M.N. Agung Prihantoro Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R Sarjono Agus S Warman Agus Sri Danardana Agus Sulton Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Rafiq Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syafii Maarif Ahmad Taufik Ahmad Thohari Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Al-Fairish Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Ali Irwanto Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Alvi Puspita Amang Mawardi Ambarukminingsih Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Amirullah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andhi Setyo Wibowo Andik Nurcahyo AndongBuku #3 Andry Deblenk Anindita S. Thayf Aning Ayu Kusuma Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anwari WMK Aprillia Ika Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Arif Firmansyah Arifun Najib Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arys Hilman Asarpin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asri Bariqah Awalludin GD Mualif Azumardi Azra Azyumardi Azra Baca Puisi Badaruddin Amir Balada Bambang kempling Bambang Satriya Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benni Indo Benny Benke Benny D Koestanto Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Koran Bernada Rurit Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Palopo Budi Purnomo Buldanul Khuri Bunda Zakyzahra Tuga Bungaran Antonius Simanjuntak Candrakirana Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Che Guevara Coronavirus Cover Buku Kritik Sastra Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi II Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi IV Cover Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi V D. Zawawi Imron Dadan Maula Darmawan Dadang Ari Murtono Dahlan Kong Damanhuri Zuhri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Dedykalee Deni Ali Setiono Deni Jazuli Denny Ardiansyah Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan Dewi Indah Sari Dhanu Priyo Prabowo di Bluri di Karangasem Dian Sukarno Diana AV Sasa Diana Ifrina Ernawati Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dini Tri Dinoroy M. Aritonang Dion Maulana Prasetya Diskusi buku Djaka Susila Djenar Maesa Ayu Djesna Winada Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Budiono Herusatoto Drs H Choirul Anam Drum Band MI Miftahul Ulum (Kuluran) Dudi Rustandi Dunia Penerbitan Indonesia Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Nikmatika Roma Dwi Pranoto Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddy D. Iskandar Edeng Syamsul Ma’arif Edi Faisol Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elly Burhaini Faizal Elly Trisnawati Ellyn Novellin Emerson Yuntho Emha Ainun Nadjib Emil WE Endang Supriyadi Endi Haryono Endri Y Erdogan Esai Esha Tegar Putra Esme Fadliha Etik Widya Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fadjriah Nurdiarsih Fahmi Fahrudin Nasrulloh Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faris Al Faisal Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Felix K. Nesi Festival Mocosik Festival Seni Internasional 2010 Yogyakarta Festival Seni Internasional 2014 Yogyakarta Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan festivalsenisurabaya.com Fikri. MS Firdawsi Fortus Pake Forum Lingkar Pena Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Foto Franditya Utomo Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Magnis-Suseno Friski Riana Fuad Hasan Nasihin Fuji Pratiwi Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawa Gede Mugi Raharja Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gedung Sangbala Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gito Waluyo Goenawan Mohamad Golput Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma’ruf Amin Gus Dur H Ikhsan Effendi H. Usep Romli H.M H.B. Jassin H.O.S Cokroaminoto Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Hadi Napster Hadziq Jauhary Halim H.D. Halimatussa’diyah Hamberan Syahbana Hamluddin Hana Pertiwi Hanif Nashrullah Hardono Haris del Hakim Haris Firdaus Haris Priyatna Haris Saputra Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Basri Hasan Junus Hasanuddin WS Hasnan Bachtiar Helmi Y Haska Helmy Tasaufy Hera Khaerani Herdiyan Heri C Santoso Heri Latief Herman Herman Hasyim Herman RN Herry Lamongan Herry Mardianto Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Homaedi I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I Wayan Seriyoga Parta IBM. Dharma Palguna Ibnu PS Megananda Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Mustofa Imam Nawawi Imam Qodim Al-Haromain Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Imelda Imron Arlado Imron Rosidi Imron Rosyid Imron Tohari Indrian Koto Ingki Rinaldi Ipik Tanoyo Ire Irvan Sihombing Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismet NM Haris Ismi Wahid Isnanur Janah Iswadi Pratama Isyana Artharini Iwan Nurdaya-Djafar Iwank Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Janual Aidi Javed Paul Syatha Jazzi Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jembatan Kuno Yang Misterius Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Jodhi Yudono Jogjanews.com John Joseph Sinjal Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Paket Hemat Juara Ke 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jumartono Jurnalisme Sastra Jusuf A.N K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.Y. Karnanta Kadjie Mudzakir Kaheesa Kirania Putri Ayu Kang Daniel Kapal Nabi Nuh Karanggeneng Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kautsar Muhammad Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) KH Abdul Ghofur KH Bisri Syansuri KH. Abdul Aziz Masyhuri KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khoirul Abidin Khoirul Inayah Ki Ompong Sudarsono Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kika Dhersy Putri Kitab Arbain Nawawi KITLV Koh Young Hun Koko Sudarsono Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopi Sunan Drajat Kopuisi Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Krisman Kaban Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kulonprogo Kurnia Effendi Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswinarto L Ridwan Muljosudarmo Laboratorium Sinematografi dan Pertunjukan UNISDA Lamongan Lagu Lailiyatis Sa'adah Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Sarmili Literasi Liza Wahyuninto Lugiena De Lukas Adi Prasetyo Lukisan Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lusia Kus Anna Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Lutfi M. Mushthafa M. Romandhon M. Sunyoto M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M’Shoe Made Geria Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahrus eL-Mawa Majelis Ulama Indonesia Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcus Suprihadi Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Maruli Tobing Mashuri Masuki M. Astro Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Wulan Medco Media Lamongan Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Meka Nitrit Kawasari Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka MI Thoriqotul Hidayah Pilang 1 Mia Arista Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Miftahul A’la Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Ghufron Cholid Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Samsul Arifin Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Ali Athwa Mohammad Eri Irawan Mohammad Rafi Azzamy MTs Putra-Putri Simo Sungelebak Muh Kholid A.S Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Amin Muhammad Arif Muhammad Aris Muhammad Eko Nugroho Muhammad Hidayat Muhammad Muhibbuddin Muhammad Musa Muhammad N. Hassan Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mukafi Niam Mukhsin Amar Mulyani Hasan Mulyo Sunyoto Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Munawir Aziz Muntamah Cendani Musfarayani Musfi Efrizal N. Syamsuddin CH. Haesy Nadine Tri Duhita Naim Nanang Suryadi Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Nara Nazaruddin Azhar Neli Triana Ngatini Rasdi Nh. Anfalah Ni Luh Made Pertiwi F Ni Made Frischa Aswarini Ninuk Mardiana Pambudy Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noval Jubbek Noval Maliki Novel Novel Pekik Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Hayati Nur Kholiq Nur Kholis Huda Nurani Soliha Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Ochi Oil on Canvas Oky Sanjaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Paciran Pameran Seni Rupa Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik Panji Satrio Patung Sphinx PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan 2020 Pelukis Dahlan Kong Pelukis Harjiman Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit Progresif Penerbit PUstaka puJAngga Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Peringatan Hari Santri TPQ Al-Hidayah 22 Oktober 2017 Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren Sunan Drajat Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Pilang Tejoasri Lamongan Jawa Timur Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prosa Proses Kreatif Puisi Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka GU Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. N. Bayu Aji R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rafita Dewi Rahmah Maulidia Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rameli Agam Rana Akbari Raras Cahyafitri Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Revdi Iwan Syahputra Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Ridlwan Ridwan Munawwar Riki Utomi Rinny Srihartiny Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robert Adhi Kusumaputra Robin Al Kautsar Roby Karokaro Rodli TL Rof Maulana Rofiqi Hasan Rojiful Mamduh Rokhim Sarkadek Rosdiansyah Rosi Rosidi Rudi S. Kalianda Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rx King Motor S Jai S Yoga S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Sabrina Asril Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salim Alatas Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saratri Wilonoyudho Sari Oktafiana Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sejarah SelaSastra SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang Selvie Monica S Sendang Duwur Tahun 1920 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Shohebul Umam JR Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sifa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simon Saragih Sirikit Syah Siti Muti’ah Setiawati Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Slavoj Zizek Soelistijono Soetanto Soepiadhy Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Sohirin Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Mulyani Sri Wintala Achmad ST Indrajaya Stanley Adi Prasetyo Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sudirman Hasan Sugeng Ariyadi Sugeng Wiyadi Sugiarto Sugito Wira Yuda Suhartono Sujatmiko Sukardi Rinakit Sukitman Sumenep Sunarno Wibowo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susie Evidia Y Sutamat Arybowo Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Suyatmin Widodo Svet Zakharov Syaf Anton Wr Syaiful Bahri Syaiful Irba Tanpaka Syaiful Mustaqim Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syi'ir Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tanjung Kodok Tahun 1947 Tasman Banto Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Ganast MAN Lamongan Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Sakalintang Teater Sangbala Teater Sundra Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tewol Teater Tewol Lamongan Teguh LR Teguh Winarsho AS Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thamrin Dahlan Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute (IHI) Thohir Thompson Hs Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto To Take Delight Toni Munajat Tosa Poetra Tri Andhi S Tri Wahono Trisno S. Sutanto Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Unieq Awien Universitas Airlangga Surabaya Universitas Jember Untung Basuki Ustadz Charis Bangun Samudra Utami Diah Kusumawati Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Wahyu Aji Wahyudi Zuhro Wan Anwar Warjati Suharyono Wawan Eko Yulianto Wawan Hudiyanto Wawancara Wayan Sunarta Welly Suryandoko Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yanuar Jatnika Yanuar Yachya Yaumu Roikha Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yerusalem Ibu Kota Palestina Yesi Devisa YF La Kahija Yogyo Susaptoyono Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudi Latief Yuli Yuni Ikawati Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zahrotun Nafila Zaim Uchrowi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimras Zen Hae Zuhdi Swt