Selasa, Desember 22, 2020

ONE JINGMI

Taufiq Wr. Hidayat *
 
Sahdan, tersebutlah seorang bernama One Jingmi. Di desa pinggiran kota, ia adalah anak orang Tionghoa. Orangtuanya bukan orang kaya. Cuma penjual jamu yang tidak sukses besar. Dulu di tahun 90-an, orangtua One Jingmi menjaga toko jamu sambil menjual kupon undian berhadiah yang diselenggarakan pemerintah. One Jingmi karib dipanggil Jing. Lantaran ia anak pertama, sang papa membubuhkan kata “satu” dengan Bhs. Inggris di depan nama Tionghoanya. Orang-orang memanggilnya Jingmi.
 
Tubuhnya kurus dengan jakun yang menonjol. Dadanya tipis seperti tripleks. Kalau berjalan miring ke kiri, dan seolah-olah hendak diterbangkan angin. Langkahnya cepat seperti sedang terburu. Jarinya tak pernah lepas dari rokok. Kalau berbicara selalu tertawa. Jingmi sering nongkrong di warung kopi di pasar, atau mendatangi rumah teman-temannya sekadar mengobrol dan bercanda. Ia gemar bercanda dan menggoda. Ia bisa akrab dengan siapa saja, tak merasa dirinya kalangan minoritas di antara yang mayoritas. Nyaris semua orang di desa yang luas dan berpenduduk terpadat di kabupaten itu mengenalnya. Meski keturunan Tionghoa, ia sama sekali tidak membatasi pergaulannya dengan siapa pun. Ini membuktikan, sesungguhnya Tionghoa bukan orang lain. Sebagaimana Arab dan India. Sama halnya Madura dan Jawa. Mereka yang sudah menetap di sini, tak lain adalah Indonesia. Ternyata perbedaan etnis dan agama tak pernah menghalangi kemesraan kemanusiaan di negeri ini. Meski olok-olok dan kecurigaan kadang terjadi, namun tak pernah membuktikan suatu perpecahan. Yang ada hanyalah permainan politik gaya lama yang seringkali membenturkan perbedaan etnis dan agama dalam prasangka dan tuduhan.
 
Jingmi bukan orang hebat. Dia hanya orang biasa. Di rumahnya Jingmi memelihara seekor anjing kotor yang selalu menjulurkan lidahnya. Gigi Jingmi tampak berantakan dan kehitaman saat tertawa. Bibirnya gelap oleh nikotin. Tidak berkeluarga. Lantaran banyak perempuan takut padanya. Orang-orang menganggapnya “ora pati genep” (kurang genap) atau abnormal. Tiap pagi, Jingmi mencegat anak-anak sekolah di jalan. Ia gemar menggoda gadis-gadis sekolah. Gadis-gadis sekolah berlari dikejar-kejar Jingmi, gadis-gadis sekolah itu menghindar dari colekan tangan Jingmi yang nakal dan kurang ajar. Seringkali Jingmi ditegur bapak dan ibu guru atas perbuatannya itu, tapi Jingmi tertawa saja. Kemudian berhenti menggoda gadis-gadis sekolah untuk beberapa minggu. Tapi agak lama, kambuh lagi. Ketika ia datang ke pasar atau cangkruk dengan siapa saja, ia pasti membawa berbungkus-bungkus rokok mahal. Dengan sedikit pujian saja, Jingmi memberikan rokoknya pada siapa saja yang memujinya itu. Orang-orang di warung kopi pasti senang ketika Jingmi datang, mereka memuji Jingmi setinggi langit. Jingmi senang. Bangga. Tertawa. Ia bagikan berbungkus-bungkus rokoknya pada semua orang yang memujinya. Habis. Besok ia datang lagi dengan puluhan bungkus rokok. Tentu saja ia bukan anak orang yang susah beli rokok bagus, meski orangtuanya bukan golongan orang Tionghoa yang sukses di bidang ekonomi. Jingmi tidak akan ngasih rokok pada orang atau teman yang mengolok-oloknya. Lantaran bentuk tubuhnya yang lucu dan ganjil, membuatnya selalu mendapatkan olok-olok. Sehingga ia akan sangat bahagia kalau ada orang yang memujinya. Orang memujinya hanya agar diberi rokok oleh Jingmi. Namun Jingmi, dengan tulusnya memberikan rokok pada siapa pun yang memujinya. Bukankah orang memang bahagia jika dipuji dan bersedih atau marah ketika dihina? Dan kurasa Jingmi berbuat wajar sebagaimana orang lain pun berbuat begitu, meski orang lain tersebut tak memberi rokok ketika mendapatkan pujian seperti Jingmi.
 
Setiap pagi, Jingmi memberi makan anjingnya yang kotor dan selalu menjulurkan lidah yang penuh liur. Setiap pagi pula, ia disuruh mamanya ke pasar berbelanja sayuran dan kebutuhan dapur lainnya. Orang mengolok-oloknya. Jingmi tertawa. Tapi diam-diam hatinya bersedih. Ketika seseorang yang berpapasan dengannya memujinya tampan, meski ia sadar wajahnya berantakan, Jingmi memberinya sebungkus rokok. Yang memuji Jingmi, pastilah orang yang merokok. Lama-lama Jingmi terbiasa dengan olok-olok dan pujian. Ketika diolok-olok, dia sudah kebal. Saat dipuji, dia terbiasa ngasih rokok sama orang yang memuji itu.
 
Jingmi tidak pernah ke gereja. Dia bukan termasuk golongan orang yang religius dan rajin beribadah. Namun ketika melewati rumah ibadah, Jingmi menyempatkan berhenti sejenak, berdiri memandang pada pintu rumah ibadah. Anehnya, Jingmi tidak hanya memandang pintu gereja. Saat ia melewati masjid, ia juga berhenti sejenak, berdiri memandang pintu masjid. Kemudian melanjutkan langkahnya ke pasar. Jalan menuju pasar yang dilalui Jingmi setiap pagi itu, melewati gereja dan masjid. Pernah Jingmi melewati sebuah pura, ia berhenti sejenak di depan pura tersebut. Berdiri memandang gapura pura. Dan itu dilakukan Jingmi berpuluh tahun, sejak ia putus sekolah menengah atas.
 
Suatu ketika, seseorang bertanya kepada Jingmi.
 
“Apa yang kau lakukan ketika berdiri di depan tempat ibadah?”
 
“Hahaha! Rahasia!”
 
Jingmi tertawa malu-malu. Kemudian memberi orang yang bertanya itu sebungkus rokok.
 
Orang tidak pernah tahu apa yang dilakukan Jingmi ketika berhenti sejenak di depan pintu masjid, gereja, dan pura. Diam-diam, Jingmi berdoa ketika ia berdiri memandang pintu sebuah rumah ibadah. Ia yakin, Tuhan ada di dalam tempat ibadah itu, duduk-duduk santai mendata orang beribadah. Seringkali Jingmi berucap pada kawannya: “cepat sana ke rumah Tuhan, Tuhan sedang mendata orang-orang.” Kawannya tertawa. Jingmi tertawa.
 
Tiap memandang pintu rumah ibadah, tanpa sepengetahuan siapa pun, Jingmi berkata di dalam hatinya.
 
“Tuhan, maaf aku tidak pernah menemui-Mu di dalam tempat ibadah. Hidupku begini. Tapi bukankah Kamu adalah aku?”
 
Hanya begitu. Sejenak. Kemudian ia akan berlalu. Dan Tuhan tidak pernah menjawab. Begitu setiap kali Jingmi memandang pintu gereja, pura, dan masjid dalam perjalanannya.
 
Pagi itu, ketika Jingmi menyeberang jalan, ia tertabrak mobil yang melaju kencang. Tubuhnya terpental. Darah keluar dari hidungnya. Orang mengira Jingmi tewas. Jalanan macet. Segera orang-orang melarikan Jingmi ke rumah sakit. Orangtua Jingmi, pasangan Tionghoa yang telah tua, beberapa sanak saudara, menunggui Jingmi di rumah sakit. Juga anjing kotor Jingmi yang selalu diberi makan tiap pagi, menunggu di depan pintu masuk rumah sakit. Ia seperti mengerti, tuannya sedang tak berdaya. Sejumlah orang yang sering memuji Jingmi agar mendapatkan rokok darinya, ikut menjenguk. Mereka bersedih, tak ada lagi orang yang dengan ringannya menebar-nebarkan rokok mahal hanya untuk sepotong pujian. Sebagian orang lain merasa tak lengkap rasanya pagi hari tanpa Jingmi yang biasa dijadikan bahan tertawaan dan olok-olok. Pada titik itu, seseorang entah siapa merasa alangkah agungnya seorang Jingmi, meski ia hanya orang biasa yang dianggap “ora genep”, namun keberadaannya sungguh melengkapi kehidupan, ibarat ganjal sebuah meja.
 
Di rumah sakit, Jingmi tak sadarkan diri. Selang-selang menembus lengan dan kedua hidungnya. Darah menetes dari kantong darah yang menggantung tepat di samping ranjangnya. Dokter mengatakan kepada kedua orangtua Jingmi, bahwa Jingmi mengalami gegar otak berat. Kemungkinan yang dapat dilakukan untuk dapat mencoba menyelamatkan Jingmi adalah operasi. Jika operasi ditempuh, dua kemungkinan yang akan terjadi. Pertama; jika operasi gagal, Jingmi akan mati. Dan jika operasi berhasil, ia akan mengalami kelumpuhan. Mama Jingmi menangis. Tapi papa Jingmi hanya terdiam saja, dari dulu papa Jingmi tidak pernah percaya pada omongan dokter. Di samping tak ada uang untuk operasi, ketidakpercayaan papa Jingmi pada penjelasan dokter, membuat orangtua Jingmi memutuskan: besok pagi Jingmi dibawa pulang. Tapi malam itu, kondisi Jingmi kritis. Kedua orangtua Jingmi, beberapa saudaranya, dan sejumlah orang pasar menungguinya dengan cemas.
 
Dalam kritis antara hidup dan mati, Jingmi bermimpi. Ia bermimpi menatap pintu sebuah rumah ibadah. Pintu rumah ibadah dalam mimpi Jingmi itu tak jelas. Pintu itu mirip pintu masjid, tapi terdapat salib, namun sekilas nampak seperti gapura sebuah pura. Dalam mimpinya, dari dalam pintu itu, Tuhan berfirman kepada Jingmi.
 
“Jingmi! Akulah Tuhanmu. Maaf Aku tidak menyelamatkan kamu ketika mobil menabrakmu kemarin. Itu pelajaran bagimu agar berhati-hati saat menyeberang jalan raya. Beginilah Aku, Jingmi. Tuhanmu yang maha esa. Jangan cemas. Jangan takut. Siapa yang dapat mencelakai Tuhan? Tak ada! Kamu tidak mungkin celaka, Jingmi. Bukankah Aku adalah kamu? Sekarang bangunlah kamu, bangkitlah dan kokohlah seperti Aku!”
 
Jingmi terperanjat. Ia terbangun. Ia heran melihat selang-selang memasuki tubuhnya. Ia melihat kedua orangtuanya yang telah tua dan rapuh menangis, beberapa saudara, dan sejumlah orang yang sering diberinya sebungkus rokok atas pujian terhadapnya. Orang-orang heran melihat Jingmi yang mustahil sadar, pagi itu terbangun. Ia hanya merasa sedikit pusing pada kepalanya. Dokter heran. Tapi papa Jingmi tidak heran ketika melihat dokter heran, ia menduga kuat, dokter itu berbohong atas kondisi yang telah menimpa anaknya.
 
“Jingmi, bagaimana mungkin kamu bisa terbangun dan sembuh mendadak, anakku?” kata mama Jingmi.
 
“Aku melihat Tuhan, Ma. Dia menyuruhku bangun,” ujar Jingmi tersenyum lemas.
 
Jingmi tak mengamalkan wirid sampai belasan, puluhan, bahkan ribuan kali. Ia hanya orang yang suka dipuji, lalu menghadiahi orang yang memujinya dengan rokok. Ia hanya orang yang selalu menjadi bahan olok-olok di pasar, lalu memendam setiap olok-olok itu jauh ke lubuk hatinya. Ia tak pernah ke tempat ibadah, tak pernah berpikir atau khawatir apakah penguasa negerinya lalim atau jahat. Juga tak pernah memikirkan apakah Tuhan ada atau tidak ada, dianggap ada atau dianggap tidak ada. Ia cuma orang biasa, setiap pagi ke pasar, memberi makan anjing kotor kesayangannya, dan hanya menatap pintu rumah ibadah tak peduli yang ditatapnya itu pintu masjid, gereja, atau pura. Ia hanya yakin, Tuhan ada di dalam sana, duduk-duduk santai sambil mendata orang-orang yang memuji-Nya untuk diberi sebungkus rokok yang mahal.
 
Tembokrejo, 2020

*) Taufiq Wr. Hidayat dilahirkan di Dusun Sempi, Desa Rogojampi, Kab. Banyuwangi. Taufiq dibesarkan di Desa Wongsorejo Banyuwangi. Menempuh pendidikan di UNEJ pada fakultas Sastra Indonesia. Karya-karyanya yang telah terbit adalah kumpulan puisi “Suluk Rindu” (YMAB, 2003), “Muncar Senjakala” [PSBB (Pusat Studi Budaya Banyuwangi), 2009], kumpulan cerita “Kisah-kisah dari Timur” (PSBB, 2010), “Catatan” (PSBB, 2013), “Sepotong Senja, Sepotong Malam, Sepotong Roti” (PSBB, 2014), “Dan Badut Pun Pasti Berlalu” (PSBB, 2017), “Serat Kiai Sutara” (PSBB, 2018). “Kitab Iblis” (PSBB, 2018), “Agama Para Bajingan” (PSBB, 2019), dan Buku terbarunya “Kitab Kelamin” (PSBB, 2019). Tinggal di Banyuwangi, Sekarang Sebagai Ketua Lesbumi PCNU Banyuwangi. http://sastra-indonesia.com/2020/12/one-jingmi/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Hana N.S A. Iwan Kapit A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.C. Andre Tanama Aa Sudirman Abd. Basid Abdul Aziz Rasjid Abdul Ghofar Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Muid Badrun Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdullah Ubaid Matraji Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abonk El ka’bah Acep Zamzam Noor Ach. Nurcholis Majid Achmad Farid Tuasikal Achmad Maulani Adi Faridh Adi Marsiela Adi Sucipto Adian Husaini Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrian Ramdani AF. Tuasikal Afnan Malay Afrizal Malna AG Hadzarmawit Netti AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Majestika Aguk Irawan M.N. Agung Prihantoro Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R Sarjono Agus S Warman Agus Sri Danardana Agus Sulton Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Rafiq Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syafii Maarif Ahmad Taufik Ahmad Thohari Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Al-Fairish Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Ali Irwanto Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Alvi Puspita Amang Mawardi Ambarukminingsih Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Amirullah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andhi Setyo Wibowo Andik Nurcahyo AndongBuku #3 Andry Deblenk Anindita S. Thayf Aning Ayu Kusuma Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anwari WMK Aprillia Ika Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Arif Firmansyah Arifun Najib Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arys Hilman Asarpin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asri Bariqah Awalludin GD Mualif Azumardi Azra Azyumardi Azra Baca Puisi Badaruddin Amir Balada Bambang kempling Bambang Satriya Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benni Indo Benny Benke Benny D Koestanto Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Koran Bernada Rurit Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Palopo Budi Purnomo Buldanul Khuri Bunda Zakyzahra Tuga Bungaran Antonius Simanjuntak Candrakirana Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Che Guevara Coronavirus Cover Buku Kritik Sastra Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi II Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi IV Cover Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi V D. Zawawi Imron Dadan Maula Darmawan Dadang Ari Murtono Dahlan Kong Damanhuri Zuhri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Dedykalee Deni Ali Setiono Deni Jazuli Denny Ardiansyah Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan Dewi Indah Sari Dhanu Priyo Prabowo di Bluri di Karangasem Dian Sukarno Diana AV Sasa Diana Ifrina Ernawati Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dini Tri Dinoroy M. Aritonang Dion Maulana Prasetya Diskusi buku Djaka Susila Djenar Maesa Ayu Djesna Winada Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Budiono Herusatoto Drs H Choirul Anam Drum Band MI Miftahul Ulum (Kuluran) Dudi Rustandi Dunia Penerbitan Indonesia Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Nikmatika Roma Dwi Pranoto Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddy D. Iskandar Edeng Syamsul Ma’arif Edi Faisol Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elly Burhaini Faizal Elly Trisnawati Ellyn Novellin Emerson Yuntho Emha Ainun Nadjib Emil WE Endang Supriyadi Endi Haryono Endri Y Erdogan Esai Esha Tegar Putra Esme Fadliha Etik Widya Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fadjriah Nurdiarsih Fahmi Fahrudin Nasrulloh Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faris Al Faisal Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Felix K. Nesi Festival Mocosik Festival Seni Internasional 2010 Yogyakarta Festival Seni Internasional 2014 Yogyakarta Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan festivalsenisurabaya.com Fikri. MS Firdawsi Fortus Pake Forum Lingkar Pena Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Foto Franditya Utomo Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Magnis-Suseno Friski Riana Fuad Hasan Nasihin Fuji Pratiwi Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawa Gede Mugi Raharja Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gedung Sangbala Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gito Waluyo Goenawan Mohamad Golput Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma’ruf Amin Gus Dur H Ikhsan Effendi H. Usep Romli H.M H.B. Jassin H.O.S Cokroaminoto Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Hadi Napster Hadziq Jauhary Halim H.D. Halimatussa’diyah Hamberan Syahbana Hamluddin Hana Pertiwi Hanif Nashrullah Hardono Haris del Hakim Haris Firdaus Haris Priyatna Haris Saputra Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Basri Hasan Junus Hasanuddin WS Hasnan Bachtiar Helmi Y Haska Helmy Tasaufy Hera Khaerani Herdiyan Heri C Santoso Heri Latief Herman Herman Hasyim Herman RN Herry Lamongan Herry Mardianto Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Homaedi I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I Wayan Seriyoga Parta IBM. Dharma Palguna Ibnu PS Megananda Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Mustofa Imam Nawawi Imam Qodim Al-Haromain Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Imelda Imron Arlado Imron Rosidi Imron Rosyid Imron Tohari Indrian Koto Ingki Rinaldi Ipik Tanoyo Ire Irvan Sihombing Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismet NM Haris Ismi Wahid Isnanur Janah Iswadi Pratama Isyana Artharini Iwan Nurdaya-Djafar Iwank Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Janual Aidi Javed Paul Syatha Jazzi Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jembatan Kuno Yang Misterius Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Jodhi Yudono Jogjanews.com John Joseph Sinjal Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Paket Hemat Juara Ke 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jumartono Jurnalisme Sastra Jusuf A.N K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.Y. Karnanta Kadjie Mudzakir Kaheesa Kirania Putri Ayu Kang Daniel Kapal Nabi Nuh Karanggeneng Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kautsar Muhammad Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) KH Abdul Ghofur KH Bisri Syansuri KH. Abdul Aziz Masyhuri KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khoirul Abidin Khoirul Inayah Ki Ompong Sudarsono Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kika Dhersy Putri Kitab Arbain Nawawi KITLV Koh Young Hun Koko Sudarsono Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopi Sunan Drajat Kopuisi Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Krisman Kaban Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kulonprogo Kurnia Effendi Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswinarto L Ridwan Muljosudarmo Laboratorium Sinematografi dan Pertunjukan UNISDA Lamongan Lagu Lailiyatis Sa'adah Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Sarmili Literasi Liza Wahyuninto Lugiena De Lukas Adi Prasetyo Lukisan Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lusia Kus Anna Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Lutfi M. Mushthafa M. Romandhon M. Sunyoto M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M’Shoe Made Geria Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahrus eL-Mawa Majelis Ulama Indonesia Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcus Suprihadi Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Maruli Tobing Mashuri Masuki M. Astro Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Wulan Medco Media Lamongan Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Meka Nitrit Kawasari Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka MI Thoriqotul Hidayah Pilang 1 Mia Arista Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Miftahul A’la Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Ghufron Cholid Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Samsul Arifin Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Ali Athwa Mohammad Eri Irawan Mohammad Rafi Azzamy MTs Putra-Putri Simo Sungelebak Muh Kholid A.S Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Amin Muhammad Arif Muhammad Aris Muhammad Eko Nugroho Muhammad Hidayat Muhammad Muhibbuddin Muhammad Musa Muhammad N. Hassan Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mukafi Niam Mukhsin Amar Mulyani Hasan Mulyo Sunyoto Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Munawir Aziz Muntamah Cendani Musfarayani Musfi Efrizal N. Syamsuddin CH. Haesy Nadine Tri Duhita Naim Nanang Suryadi Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Nara Nazaruddin Azhar Neli Triana Ngatini Rasdi Nh. Anfalah Ni Luh Made Pertiwi F Ni Made Frischa Aswarini Ninuk Mardiana Pambudy Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noval Jubbek Noval Maliki Novel Novel Pekik Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Hayati Nur Kholiq Nur Kholis Huda Nurani Soliha Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Ochi Oil on Canvas Oky Sanjaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Paciran Pameran Seni Rupa Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik Panji Satrio Patung Sphinx PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan 2020 Pelukis Dahlan Kong Pelukis Harjiman Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit Progresif Penerbit PUstaka puJAngga Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Peringatan Hari Santri TPQ Al-Hidayah 22 Oktober 2017 Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren Sunan Drajat Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Pilang Tejoasri Lamongan Jawa Timur Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prosa Proses Kreatif Puisi Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka GU Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. N. Bayu Aji R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rafita Dewi Rahmah Maulidia Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rameli Agam Rana Akbari Raras Cahyafitri Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Revdi Iwan Syahputra Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Ridlwan Ridwan Munawwar Riki Utomi Rinny Srihartiny Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robert Adhi Kusumaputra Robin Al Kautsar Roby Karokaro Rodli TL Rof Maulana Rofiqi Hasan Rojiful Mamduh Rokhim Sarkadek Rosdiansyah Rosi Rosidi Rudi S. Kalianda Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rx King Motor S Jai S Yoga S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Sabrina Asril Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salim Alatas Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saratri Wilonoyudho Sari Oktafiana Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sejarah SelaSastra SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang Selvie Monica S Sendang Duwur Tahun 1920 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Shohebul Umam JR Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sifa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simon Saragih Sirikit Syah Siti Muti’ah Setiawati Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Slavoj Zizek Soelistijono Soetanto Soepiadhy Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Sohirin Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Mulyani Sri Wintala Achmad ST Indrajaya Stanley Adi Prasetyo Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sudirman Hasan Sugeng Ariyadi Sugeng Wiyadi Sugiarto Sugito Wira Yuda Suhartono Sujatmiko Sukardi Rinakit Sukitman Sumenep Sunarno Wibowo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susie Evidia Y Sutamat Arybowo Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Suyatmin Widodo Svet Zakharov Syaf Anton Wr Syaiful Bahri Syaiful Irba Tanpaka Syaiful Mustaqim Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syi'ir Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tanjung Kodok Tahun 1947 Tasman Banto Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Ganast MAN Lamongan Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Sakalintang Teater Sangbala Teater Sundra Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tewol Teater Tewol Lamongan Teguh LR Teguh Winarsho AS Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thamrin Dahlan Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute (IHI) Thohir Thompson Hs Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto To Take Delight Toni Munajat Tosa Poetra Tri Andhi S Tri Wahono Trisno S. Sutanto Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Unieq Awien Universitas Airlangga Surabaya Universitas Jember Untung Basuki Ustadz Charis Bangun Samudra Utami Diah Kusumawati Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Wahyu Aji Wahyudi Zuhro Wan Anwar Warjati Suharyono Wawan Eko Yulianto Wawan Hudiyanto Wawancara Wayan Sunarta Welly Suryandoko Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yanuar Jatnika Yanuar Yachya Yaumu Roikha Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yerusalem Ibu Kota Palestina Yesi Devisa YF La Kahija Yogyo Susaptoyono Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudi Latief Yuli Yuni Ikawati Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zahrotun Nafila Zaim Uchrowi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimras Zen Hae Zuhdi Swt