Minggu, Mei 24, 2020

Belajar Jurnalisme Sastrawi

Nurel Javissyarqi

Dulu,... saya tulis catatan ini, saat aliran Bengawan Solo daerah Lamongan dan Gresik kering kerontang oleh kemarau panjang. Kini, dibaca ulang di Malam Takbiran menyambut Idul Fitri tahun 2020, dan paragraf ini pembuka, penambahannya. Adalah jarak waktu, ingatan, kenangan benar tersimpan, tatkala disalin ke dalam teks, meski lewati batas kadaluarsa dari peristiwa yang sudah tersirat takdir-Nya. Rentangan tempo dari kemarau hingga penghujan yang tidak pada musimnya, antara sekarang dan tulisan lama, menelan masa setengah tahunan. Alhamdulillah, masih diberi-Nya napas-napas demi menghidupi kesaksian kepada para pembaca.

I
8 November 2019, saya didapuk pemateri bersama Rakai Lukman di Sanggar Pasir, Dusun Mulyosari, Desa Banyuurip, Ujung Pangkah, Gresik, Jawa Timur, dengan bahasan di atas. Ini sejenis makalah barangkali, lantaran akan ngoceh sana-sini. Maklumlah, saya bukan penutur baik, tetapi menjelma indah jikalau menyimak seksama. Sebab alam permenungan, menjanjikan bentukan karakter jiwa insan, dibanding dongengan lewati bibir, lekas pudar disapu angin pantai utara Paciran.

Saya tak kenal Tom Wolfe pun karya-karyanya, yang dikabarkan pencetus New Journalism. Saya lebih percayai kitab-kitab sastrawi karangan Homer; Iliad dan Odyssey, sebagai mula jurnalisme sastra. Dan karya terbesarnya Ibnu Khaldun bertitel Muqoddimah, dapatlah masuk ke dalamnya.

Apa jurnalisme sastrawi? Saya bukan wartawan, tapi sastrawan amatiran. Namun pembaca boleh tengok bentuk esai-esai saya tuangkan menyerapi kedua kutub itu. Jurnalisme-sastrawi, tidak hanya keindahan bahasa, elok pula peristiwa diunggah. Metode dipakai pun patut berparas rupawan, dan data diusung bukan fiksi belaka, meski pun alam mitologi pernah setubuhi bahan pelajaran di masa Yunani Kuno.

Saya juga tak tahu esai-esai naratif jurnalisme sastra ditulis A.J. Liebling, Joseph Mitchell. Esai-esai Ernest Hemingway hanya sekelumit saja. Dan tidak mengenal karyanya John McPhee, John Hoagland, Richard Rhodhes, Richard Preston, Mark Singer, Tracy Kidder pula Adrian Nicole LeBlanc. Saya pula tak mewajibkan diri mengetahui buah pena mereka. Di Tanah Air seturut kabar Wikipedia, jurnalisme sastrawi dipelopori Majalah Tempo, saya pun tidak mengikuti perkembangannya.
***

II
Kini, mari melompat membakar semangat kawan-kawan, demi kelak bermental baja, tidak tunduk kecuali pada kebenaran pengetahuan, di atas keimanan digali bersegenap daya dimiliki. Tidak mudah menghamba sekelas taklid buta, sebelum bergulat habis-habisan dengan perolehan di jalanan kembara. Pencarian menerus sealunan makolah nan terpegang; “Menuntut ilmu dari buaian hingga liang lahat.”

Saya tak ingat persis tahun berapa awal membaca karya Hamka “Tenggelamnya Kapal Van der Wijck.” Kisahnya sangat memikat, semula kabar terbitnya berupa cerita bersambung di Majalah Pedoman Masyarakat, Medan 1938. Terbitan lanjut berbentuk buku novel di tahun 1939, oleh penerbit swasta temannya M. Syarkawi, cetakan kedua penerbit sama. Lima cetakan berikutnya mulai tahun 1951, oleh Balai Pustaka. Cetakan delapan tahun 1961 atas Penerbit Nusantara, diteruskan Bulan Bintang.

Karangan Hamka berlatar berita karamnya Kapal Van der Wijck, hari selasa 20 Oktober 1936, ketika berlayar melintasi perairan laut utara Lamongan, tepatnya 12 mil dari pantai Brondong. Novel dengan latar jurnalisme sastra, ditulis ketika usianya menginjak 31 tahun. Dan sepertinya, banyak yang tak tahu kalau pernah berguru kepada santrinya Kyai Ageng Hasan Besari, Tokoh Pergerakan Nasional, H.O.S. Cokroaminoto, ketika itu, umur Hamka 16 tahun (Kompas, 25 Juli 1981).

Ulama asal Minangkabau, lahir di Nagari Sungai Batang, Tanjung Raya, Agam, Sumatra Barat 17 Februari 1908, dan meninggal di Jakarta 24 Juli 1981. Hamka dengan novelnya itu, telah menyadarkan diri ini, seolah nilai-nilai puitika tanah kelahiran Lamongan diambil olehnya. Sedang saya baru menulis puisi mengenai kisah tanah Jawa-Sumatera, Balada Jala Suta, di bulan September tahun 2000 di Gunung Kidul, Yogyakarta, terhimpun dalam buku puisi “Balada-balada Takdir Terlalu Dini,” Cetakan I, FKKH, Mei 2001, ke II, Lintang Sastra, Januari 2006.
***

Sepertinya, lelangkah menundukkan turangga liar kata-kata, belajar menulis puisi dengan kesungguhan, kegigihan serta kesabaran purna, harus dilakoni menempuh waktu bertahun-tahun, sekiranya ingin menjadikan “kata” sebagai sekutu terbaik. Ialah jelas terlihat penyair baru menundukkan “kata,” telah sanggup mengendarai dalam karya-karyanya; mengenali setahun, lima, sepuluh, berpuluh tahun sedarah daging berbalutan ruh kehidupan di dalam dirinya mengakrabi nafas-nafas kata.

Olehnya harus menyenggamai perubahan, berkawan matahari-rembulan, karena keduanya patokan mengenali masa, merasai ketebalan angin atas musim-musim berganti, tanah lempung dipijak serupa komposisi ruang-waktu mendiamkan diri, disamping pahami jenis-jenis sepi, keramaian. Dan hampir seluruh bidang diserap, di sisi memaknai jalanan takdir; nasib malang melintang mujur berpapasan insan lain, demi mendapati pandangan tetap normal, meski laku fisik seolah linglung.

Keadaannya mengenali sejarah setiap kata, sehingga dapat melesat jelma angin, batu, air, api kehidupan. Dengan iqro’ menyimak bayu, melihat deburan ombak, gulungan gelombang, menyaksikan halilintar, mengguyuri tubuh di bawah hujan lebat serta kelembutan gerimis. Memaknai tragedi, meresapi tangisan, menginsafi kebodohan ditampakkan usia. Melipat garis kesibukan, berkaca kesuburan taman, mengelus kematian, drama bahagia dalam sandiwara hidup. Meski usia penyair tak cukup menggemuli seluruh keakraban sepadan, tapi patut diperturut, sebab diperintah selalu belajar, menempuh hayat bergelimang ingatan juga kesilapan.

Menikmati jejenis musik bersama lorong-lorong panjangnya, menekuni warna lukisan, atau wewarna musiklah al-hayat, yang menerjemah kembang di waktu senggang, memaknai kebekuan embun cairkan permasalahan. Dengan pahami warna musik unsur angin bersegenap musim dibawai, bisa mengurai panjang-pendeknya masa, kepadatan-kelenturannya, juga rerupa kata dan perangainya yang keras, lembek. Maka seyogyanya mensyukuri amanah atas indra-indra, keluar-masuknya napas setubuhi ruang-waktu, seibarat anak di kandungan, sedarah daging ibunda kehidupan.
***

III
Tiba-tiba ingatan saya dilempar ke Jalan Pantura. Herman Willem Daendels lahir di Hattem, Belanda 21 Oktober 1762, dan meninggal di Elmina, Guinea, Belanda 2 Mei 1818. Seorang politikus menjabat Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36 (1808-1811), saat negeri kincir angin dikuasai Prancis.

Ketika langkah sepatu sang jenderal menginjak tanah Jawa, berangan-angan lantas mewujud. Membangun Jalan Raya Pos, terbentang sepanjang utara pulau Jawa, dari Anyer hingga Panarukan. Pada setiap 4,5 km didirikan pemberhentian (penghubung) atas pengiriman surat-surat mempelancar komunikasi antar daerah, sekaligus demi benteng pertahanan Pantai Utara Pulau Jawa dari serangan Inggris.

Jalan Raya Pos tercipta dengan mewajibkan setiap para penguasa pribumi lokal mengerahkan rakyatnya lewat paksaan. Untuk pekerja yang gagal akan dibunuh, kepalanya digantungkan di pucuk-pucuk pohon di kiri-kanan ruas jalan. Dengan tangan besinya tak mengenal ampun, jalan tersebut selesai dalam tempo setahun pertama Willem Daendels memerintah secara bengis, kejam, dan membabi buta.
***

Cukuplah derita moyang bagi tenaga tangan terkepal menegakkan ujung pena menggurat jalur selanjutnya, tidak bermalas-malasan membaca sejarah didalam keterbatasan. Dan lama saya berpikir agar ini menyatu dalam satuan ruh tarikan nafas pembaca, atau tidak sekali duduk jikalau frekuensi kenangan silam belum terkumpul, maka bebatu ingatan dikumpulkan sebelum ditata serupa bangunan.

Dan kerap saya membayang kesamaan-perbedaan antara karya tulis dan jembatan atau jalan raya. Kadang disergap cemburu kala menilai manfaat dan lamanya usia keduanya, di atas catatan tertorehkan. Kemudian balik menghibur diri disisi terus membenahi. Jalan Raya Daendels masih menyejarah diingatan orang-orang lama, sedang generasi kini luput mengingat derita silam, tapi jalannya terus menghantui lelembaran sejarah manusia-manusia dari Anyer ke Panarukan;

Di Anyer, seperti berkibar bendera Merah Putih Biru. Di Cilegon, nyala api membara, di Banten bersimbah darah. Di Serang, serangan bertubi-tubi dari orang-orang bumi putra. Para pemuda Balaraja menyerbu tentara bayaran. Di Tangerang, diselimuti awan duka para janda, demikian juga di Daan Mogot. Serdadu jelata di Grogol mengamuk sampai bibir Sunda Kelapa. Di Glodok, pembantaian pekerja berlangsung ganas. Di Ancol, mayat-mayat gelimpangan menahan lapar. Para pemudi Kemayoran merayu bandit-bandit Londo. Di Pasar Baru, ramai membicarakan beribu orang mati. Di Tanah Abang tentara gerilya menyusup malam-malam. Di Gambir, gemparlah siasat licik dicium telik sandi, lari ke Pasar Senen. Di Salemba, terus terjadi pertumpahan darah, di Matraman mata-mata diciduk-diseret, di Manggarai penyiksaan pada pekerja merajalela, di Jatinegara, pemuda-pemudi bersatu menggelorakan perlawanan, di Tebet basis tentara pemberontak, di Kramat Jati pekerja usia lanjut dihabisi nyawanya, di Pancoran tidak berhenti juga siksaan, di Pasar Minggu para preman menjelma pahlawan. Di Kebayoran, bedil-bambu runcing saling serang. Di Depok, kaum perempuan disekap serdadu musuh, di Lebak Bulus anak-anak dipekerjakan. Di Ciputat dan Cibubur, kepala-kepala manusia menjadi tontonan, di Parung banyak tentara Belanda mati. Di Cileungsi, puluhan pekerja dicambuki punggungnya. Di Jonggol timbunan mayat setiap malam datang, di Cibinong, pembelotan dipimpin pemuda tanggung. Di Bogor, pencurian bedil meminta banyak tumbal. Di daerah Batu Tulis terserang malaria pula. Di Ciawi dan Cisarua, darah tercecer hingga Mega Mendung. Di Puncak, kerap terjadi pencurian makanan menelan korban. Di Cipanas, para wanita pribumi dipaksa melayani tentara musuh. Di Sukabumi, sarang pembantaian, di Cianjur kaki tangan penjajah musuh dalam selimut. Di Padalarang berkumpulnya para pejuang. Di Cimahi, air sungai berwarna merah darah, di Parahyangan para pegawai Londo korupsi besar-besaran. Di Cileunyi burung-burung gagak menguntit nyawa, di Sumedang, setiap subuh kokok ayam kematian. Di Palimanan, perlawanan sengit. Di Cirebon, titik pantai berulang amis darah, keangkuhan Merah Putih Biru berkibar di atas mayat-mayat. Di Kanci dan Losari, bau darah disapu angin tertiup. Masuk Pejagan dan Brebes, basis rakyat menggalang kekuatan, di Tegal, peperangan dilangsungkan. Di Pemalang, hari-hari diliputi awan kepiluan, di Pekalongan, kepedihan kian merana. Di Batang, dedahan pohon dihiasi kepala-kepala pekerja dibantai. Di Weleri, seorang nenek meratapi cucu semata wayangnya. Di Kendal, para begundal dikerahkan menculik orang-orang untuk dipekerjakan. Di Semarang, Londo berpesta pora. Di Demak, Kudus dan Pati, perlawanan dipimpin para kyai dari pelosok-pelosok desa, di Juwana, daun-daun kabarkan duka, di Rembang, angin bersatu ratap tangisan. Di Lasem, pohon-pohon jadi saksi kebusukan Daendels. Di Tuban, bayu pantai sedap maut. Di Sidayu memasuki Lamongan, dan Gresik, kaktus-kaktus liar jadi mata-mata penderitaan. Di Surabaya, mereka hura-hura di atas derita. Di Wonokromo, kematian serupa candu kedua. Di Waru, Sidoarjo, muda-mudi darahnya bergolak memburu lawan, tetapi ditumpas habis di Porong. Di Gempol, pepohon gempol dirasuki arwa orang-orang mati. Di Bangil, tiada lagi ketentraman. Di Pasuruan, mereka dengan sombong menenteng senjata bedil. Di Probolinggo, para remaja berkumpul cari siasat. Di Paiton, kaum bersarung turut andil bagian. Di Besuki, pribumi tiada lagi harganya, sampai Panarukan mencapai 1000 km derita siksaan.
***

IV
Ayo, melempar diri ke buku-buku lawas, memburu bacaan lama, kitab-kitab usang, menyusuri situs-situs jual beli buku online. Atau di manapun ada secarik kertas, sobekan koran bekas pembungkus nasi pecel. Atau kertas-kertas kosong, cerminan wajah-wajah pena. Lalu duduk di pojokan, mengekalkan waktu dengan catatan, seperti dalam kurungan penjara, tiada siapa pun hanya keterjagaan. Mata memandang tembus masa-masa tidak terbantah; kekelaman, terpuruk, rasa malu memilukan, sesempit sedap maut. Berjalan di kegelapan, tiada siapapun kecuali keterkucilan. Pekak telinga mendengar suara-suara di balik sunyi sayup-sayup ejekan, merangsek diselimuti gelap mencium kemungkinan, di setitik cahaya menghimpun napas kekuatan, sebelum memburu waktu-waktu diharapkan.

Membeli buku-buku menghirup napas-napas kata, selidiki terus berketekunan berulang. Jangan kasih lena, hatamkan tingkah lekukan imbuhan “kata.” Kuras daya-dinaya yang disuguhkan, lumat habisi diluar kepala, hingga menjelmalah penghuni alam bawah sadar penciptaan. Di situlah pandangan terpancar terang, merasuki batas-batas melebihi bayangkan mereka.

Barangkali kepayahan menebus luka-luka pendahulu. Membaca, berjalan kaki merasai keseluruhan diri dalam kesadaran langkah, dan menulis ialah berjalan sambil membawa beban, sedang merevisi itu kenangan bertambah, bertumpuk. Panggullah setinggi dalam lamanya membaca lelembaran masa. Tiada jalan lain merawat iqro,’ menyimak pelan. Mengupas kulit-kulit kalimat, membuka pepintu kata, menerawangi jendela kata-kata, menyelidiki daya bandul rapatan kata dalam harum pesonanya, lantas kemungkinan lain dapat dipetik darinya.

Di sini tak sekadar dibaca sepintas. Rekamlah jalan-jalan itu, kelak kan berjumpa kesadaran berbeda. Seperti perputaran siang-malam melekati masa lalu, sekarang pula hari kemudian; penjumlahan pengertian di sisi pengurangan di atas kesilapan sempat luput dari jangkauan.

08/11/2019, 24/05/2020, Lamongan, Jawa Timur.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Hana N.S A. Iwan Kapit A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.C. Andre Tanama Aa Sudirman Abd. Basid Abdul Aziz Rasjid Abdul Ghofar Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Muid Badrun Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdullah Ubaid Matraji Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abonk El ka’bah Acep Zamzam Noor Ach. Nurcholis Majid Achmad Farid Tuasikal Achmad Maulani Adi Faridh Adi Marsiela Adi Sucipto Adian Husaini Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrian Ramdani AF. Tuasikal Afnan Malay Afrizal Malna AG Hadzarmawit Netti AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Majestika Aguk Irawan M.N. Agung Prihantoro Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R Sarjono Agus S Warman Agus Sri Danardana Agus Sulton Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Rafiq Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syafii Maarif Ahmad Taufik Ahmad Thohari Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Al-Fairish Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Ali Irwanto Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Alvi Puspita Amang Mawardi Ambarukminingsih Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Amirullah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andhi Setyo Wibowo Andik Nurcahyo AndongBuku #3 Andry Deblenk Anindita S. Thayf Aning Ayu Kusuma Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anwari WMK Aprillia Ika Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Arif Firmansyah Arifun Najib Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arys Hilman Asarpin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asri Bariqah Awalludin GD Mualif Azumardi Azra Azyumardi Azra Baca Puisi Badaruddin Amir Balada Bambang kempling Bambang Satriya Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benni Indo Benny Benke Benny D Koestanto Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Koran Bernada Rurit Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Palopo Budi Purnomo Buldanul Khuri Bunda Zakyzahra Tuga Bungaran Antonius Simanjuntak Candrakirana Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Che Guevara Coronavirus Cover Buku Kritik Sastra Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi II Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi IV Cover Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi V D. Zawawi Imron Dadan Maula Darmawan Dadang Ari Murtono Dahlan Kong Damanhuri Zuhri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Dedykalee Deni Ali Setiono Deni Jazuli Denny Ardiansyah Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan Dewi Indah Sari Dhanu Priyo Prabowo di Bluri di Karangasem Dian Sukarno Diana AV Sasa Diana Ifrina Ernawati Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dini Tri Dinoroy M. Aritonang Dion Maulana Prasetya Diskusi buku Djaka Susila Djenar Maesa Ayu Djesna Winada Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Budiono Herusatoto Drs H Choirul Anam Drum Band MI Miftahul Ulum (Kuluran) Dudi Rustandi Dunia Penerbitan Indonesia Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Nikmatika Roma Dwi Pranoto Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddy D. Iskandar Edeng Syamsul Ma’arif Edi Faisol Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elly Burhaini Faizal Elly Trisnawati Ellyn Novellin Emerson Yuntho Emha Ainun Nadjib Emil WE Endang Supriyadi Endi Haryono Endri Y Erdogan Esai Esha Tegar Putra Esme Fadliha Etik Widya Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fadjriah Nurdiarsih Fahmi Fahrudin Nasrulloh Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faris Al Faisal Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Felix K. Nesi Festival Mocosik Festival Seni Internasional 2010 Yogyakarta Festival Seni Internasional 2014 Yogyakarta Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan festivalsenisurabaya.com Fikri. MS Firdawsi Fortus Pake Forum Lingkar Pena Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Foto Franditya Utomo Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Magnis-Suseno Friski Riana Fuad Hasan Nasihin Fuji Pratiwi Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawa Gede Mugi Raharja Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gedung Sangbala Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gito Waluyo Goenawan Mohamad Golput Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma’ruf Amin Gus Dur H Ikhsan Effendi H. Usep Romli H.M H.B. Jassin H.O.S Cokroaminoto Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Hadi Napster Hadziq Jauhary Halim H.D. Halimatussa’diyah Hamberan Syahbana Hamluddin Hana Pertiwi Hanif Nashrullah Hardono Haris del Hakim Haris Firdaus Haris Priyatna Haris Saputra Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Basri Hasan Junus Hasanuddin WS Hasnan Bachtiar Helmi Y Haska Helmy Tasaufy Hera Khaerani Herdiyan Heri C Santoso Heri Latief Herman Herman Hasyim Herman RN Herry Lamongan Herry Mardianto Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Homaedi I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I Wayan Seriyoga Parta IBM. Dharma Palguna Ibnu PS Megananda Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Mustofa Imam Nawawi Imam Qodim Al-Haromain Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Imelda Imron Arlado Imron Rosidi Imron Rosyid Imron Tohari Indrian Koto Ingki Rinaldi Ipik Tanoyo Ire Irvan Sihombing Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismet NM Haris Ismi Wahid Isnanur Janah Iswadi Pratama Isyana Artharini Iwan Nurdaya-Djafar Iwank Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Janual Aidi Javed Paul Syatha Jazzi Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jembatan Kuno Yang Misterius Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Jodhi Yudono Jogjanews.com John Joseph Sinjal Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Paket Hemat Juara Ke 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jumartono Jurnalisme Sastra Jusuf A.N K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.Y. Karnanta Kadjie Mudzakir Kaheesa Kirania Putri Ayu Kang Daniel Kapal Nabi Nuh Karanggeneng Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kautsar Muhammad Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) KH Abdul Ghofur KH Bisri Syansuri KH. Abdul Aziz Masyhuri KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khoirul Abidin Khoirul Inayah Ki Ompong Sudarsono Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kika Dhersy Putri Kitab Arbain Nawawi KITLV Koh Young Hun Koko Sudarsono Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopi Sunan Drajat Kopuisi Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Krisman Kaban Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kulonprogo Kurnia Effendi Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswinarto L Ridwan Muljosudarmo Laboratorium Sinematografi dan Pertunjukan UNISDA Lamongan Lagu Lailiyatis Sa'adah Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Sarmili Literasi Liza Wahyuninto Lugiena De Lukas Adi Prasetyo Lukisan Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lusia Kus Anna Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Lutfi M. Mushthafa M. Romandhon M. Sunyoto M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M’Shoe Made Geria Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahrus eL-Mawa Majelis Ulama Indonesia Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcus Suprihadi Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Maruli Tobing Mashuri Masuki M. Astro Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Wulan Medco Media Lamongan Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Meka Nitrit Kawasari Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka MI Thoriqotul Hidayah Pilang 1 Mia Arista Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Miftahul A’la Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Ghufron Cholid Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Samsul Arifin Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Ali Athwa Mohammad Eri Irawan Mohammad Rafi Azzamy MTs Putra-Putri Simo Sungelebak Muh Kholid A.S Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Amin Muhammad Arif Muhammad Aris Muhammad Eko Nugroho Muhammad Hidayat Muhammad Muhibbuddin Muhammad Musa Muhammad N. Hassan Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mukafi Niam Mukhsin Amar Mulyani Hasan Mulyo Sunyoto Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Munawir Aziz Muntamah Cendani Musfarayani Musfi Efrizal N. Syamsuddin CH. Haesy Nadine Tri Duhita Naim Nanang Suryadi Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Nara Nazaruddin Azhar Neli Triana Ngatini Rasdi Nh. Anfalah Ni Luh Made Pertiwi F Ni Made Frischa Aswarini Ninuk Mardiana Pambudy Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noval Jubbek Noval Maliki Novel Novel Pekik Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Hayati Nur Kholiq Nur Kholis Huda Nurani Soliha Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Ochi Oil on Canvas Oky Sanjaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Paciran Pameran Seni Rupa Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik Panji Satrio Patung Sphinx PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan 2020 Pelukis Dahlan Kong Pelukis Harjiman Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit Progresif Penerbit PUstaka puJAngga Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Peringatan Hari Santri TPQ Al-Hidayah 22 Oktober 2017 Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren Sunan Drajat Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Pilang Tejoasri Lamongan Jawa Timur Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prosa Proses Kreatif Puisi Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka GU Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. N. Bayu Aji R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rafita Dewi Rahmah Maulidia Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rameli Agam Rana Akbari Raras Cahyafitri Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Revdi Iwan Syahputra Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Ridlwan Ridwan Munawwar Riki Utomi Rinny Srihartiny Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robert Adhi Kusumaputra Robin Al Kautsar Roby Karokaro Rodli TL Rof Maulana Rofiqi Hasan Rojiful Mamduh Rokhim Sarkadek Rosdiansyah Rosi Rosidi Rudi S. Kalianda Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rx King Motor S Jai S Yoga S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Sabrina Asril Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salim Alatas Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saratri Wilonoyudho Sari Oktafiana Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sejarah SelaSastra SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang Selvie Monica S Sendang Duwur Tahun 1920 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Shohebul Umam JR Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sifa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simon Saragih Sirikit Syah Siti Muti’ah Setiawati Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Slavoj Zizek Soelistijono Soetanto Soepiadhy Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Sohirin Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Mulyani Sri Wintala Achmad ST Indrajaya Stanley Adi Prasetyo Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sudirman Hasan Sugeng Ariyadi Sugeng Wiyadi Sugiarto Sugito Wira Yuda Suhartono Sujatmiko Sukardi Rinakit Sukitman Sumenep Sunarno Wibowo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susie Evidia Y Sutamat Arybowo Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Suyatmin Widodo Svet Zakharov Syaf Anton Wr Syaiful Bahri Syaiful Irba Tanpaka Syaiful Mustaqim Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syi'ir Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tanjung Kodok Tahun 1947 Tasman Banto Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Ganast MAN Lamongan Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Sakalintang Teater Sangbala Teater Sundra Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tewol Teater Tewol Lamongan Teguh LR Teguh Winarsho AS Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thamrin Dahlan Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute (IHI) Thohir Thompson Hs Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto To Take Delight Toni Munajat Tosa Poetra Tri Andhi S Tri Wahono Trisno S. Sutanto Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Unieq Awien Universitas Airlangga Surabaya Universitas Jember Untung Basuki Ustadz Charis Bangun Samudra Utami Diah Kusumawati Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Wahyu Aji Wahyudi Zuhro Wan Anwar Warjati Suharyono Wawan Eko Yulianto Wawan Hudiyanto Wawancara Wayan Sunarta Welly Suryandoko Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yanuar Jatnika Yanuar Yachya Yaumu Roikha Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yerusalem Ibu Kota Palestina Yesi Devisa YF La Kahija Yogyo Susaptoyono Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudi Latief Yuli Yuni Ikawati Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zahrotun Nafila Zaim Uchrowi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimras Zen Hae Zuhdi Swt