Selasa, September 02, 2008

PIKIRAN DI ATAS TAKARAN

KRT. Suryanto Sastroatmodjo

Jacinta yang baik.
Memang sudah selayaknya apabila dalam suasana perayaan Natal yang sepi seperti ini, kau lebih menjemput diri sendiri atau lebih akrab dengan sesuatu yang bernama kejujuran. Apabila saya mengatakan hal semacam ini, tiada lain karena didorong rasa tulus dalam pergaulan yang cukup lama, dan karena itulah wajar, jika saya berterus-terang. Sedangkan jika saya banyak menyembunyikan sesuatu, maka kurang baik bagi kita semua. Seraya melonggarkan segenap kesumukan dan kegetiran yang menyesakkan, kukira lebih baiklah apabila kita sanggupkan diri untuk mengonceki buntalan-buntalan dalam jiwa. Kuharap kau menjadi lebih dewasa sedikit. Melalui penjabaran pada setiap sudut-sudut pencerah batin.

Jacinta yang budiman.
Manakala kita bicarakan tentang pendaki pongah di persimpangan, tiada lain kinilah saatnya untuk mengungkapkan hal itu. Jangan cemas, bahwa ada yang terhindarkan dari rasa nan berkecamuk ini. Jangan cemas, bahwa dirimu akan menjadi seorang lain di tengah persoalan gemuruh yang meributi dunia selingkungan. Jangan cemas, bahwa ada yang ditempiaskan dari rengkuhan yang manis – jauh sebelum orang sampai kepada kebulatan pikiran. Karena kitapun yakin, segala kumandang tiada jauh meninggalkan pokok suara. Dan jika saya mengajak dirimu bangkit, itu adalah syah adanya. Tuntutan-tuntutan itu harus dirumuskan secara langsung.

Jacinta yang setiawan.
Kulihat sekuntum mawar nan diberkaskan kemarin oleh pemilik sanggar yang terkenal itu kepada seorang pengagum karya lukisnya? Aku sengaja memperhatikannya. Ikatan yang nampaknya bersahaja, dan hanya dihias dengan lipatan-lipatan perca kain merahjambu, membuhulkan karangan itu lebih kokoh dan padu. Aku lihat bahwa sang pengagum menikmati lukisan seraya bibirnya mengulumkan senyum pengakuan, atas kehadiran mahakarya itu. Bukan pujian muluk, bukan sanjungan yang menjamah langit nilakandi. Pada rasa tertarik, pada rasa berperhatian, dan pada rasa gemati yang benar-benar mengelopak dalam jiwa. Pada rengkuhan demikian semuanya terucapkan.

Elok pula kita ungkapkan bahwa yang selama ini disebut kesetiaan bertumpu pada tiga masalah saling berkait. Yang pertama, terhubungnya silaturahmi yang tiada kentara, antara si empunya karya dengan pihak pemerhati, dalam suasana saling terpengaruh. Yang kedua, terhubungnya buah pikiran yang maju, lebih maju katimbang manusia sekeliling, lebih mendahului zamannya, dengan ruanglingkup yang masih mempertanyakan ragam hias tertentu, atau kecenderungan aliran seni. Ketiga, lantaran terdapat beberapa kelompok yang kepingin memiliki martabat budaya yang kokoh dan benar, karena itu maka berusaha untuk menciptakan ‘selera pasar’ yang barangkali bisa langsung menyusun percik Pidato Pengukuhan lagu musim, dan meraihnya lebih dekat. Makin merumuskan waktu dan tempat.

Jacinta yang baik.
Agaknya lebih menonjol juga kebahagiaan kita, jikalau bagian dari kepepalan hidup ini ikut menjadi selubung bumi ini. Dengan kata lain, ada niatan dari diri sendiri agar hidup makin bernas, makin rampak semakin semarak. Karena tanpa menginginkan suatu rangkuman yang lengkap, maka orang masih juga terombang-ambing, bertanya-tanya dalam liputan yang ragam-bagai. Akan tetapi, jika diupayakan menjadi pemilik dari satu bahan kesenian, atau menjadi pilar ketegarannya, mungkin tiada nan senyap.

Bagaimana menggembalakan pikiran, sehingga ia menjadi perkakas kejuangan yang lestari? Bagaimana menjuruskan gagasan (yang semula berupa lintasan-lintasan lepas) hingga menjadi bunderan yang mewadahi ragam-ragam lainnya? Kadangkala diperlukan keceriwisan berlebihan, jika masyarakat ingin benar-benar menggapai berkas-berkas sinar matahari. Karena kalau tanpa melihat kemungkinan untuk menaklukkan hati orang, sedangkan pada kurun ini kita sudah melihat banyaknya jelaga yang mencorengi tembok kota ini – ah, ah, niscaya bakal lahir juga seorang pecinta kemurnian. Demikianlah bergema nyanyian Kesiapan yang digarap.

Jacinta nan setiawan.
Baiklah, kita patoki kehidupan sebagaimana lazimnya kita gunakan untuk menggarisi untai-peristiwa yang memikat. Dengan segala daya, masyarakat bisa digandeng untuk ikut menyemarakkannya. Sementara itu, dikau dapat pula meletakkan diri sebagai orang yang mengakui dayapikatnya sendiri, serta mampu mengembangkan hakcipta menjadi ukuran wigati. Apalagi kalau hal ini dimaksudkan agar dunia mencatat sebuah gerak paling berarti. Apalagi, kalau tak jauh dari kemauan untuk ‘membuka selubung hati’. Maka di balik keyakinan untuk menang, kita sanggup mengabsyahkan cinta ini.

Jacinta nan baik.
Sebuah pelabuhan adalah rentang-jala yang melambangkan batin majemuk. Ia mengkait-langsung pola-pikir yang bertolak dari ruang dan waktu, karena itu secara tulus pula memberangkatkan kemungkinan awal dari sebuah Nasib. “Ah, komentarmu waktu itu.” Kita justru sekarang bukan membicarakan pelabuhan dari nasib-nasib umat manusia. Kita malahan amat banyak berkata tentang titik tolak kebendaan yang meronta-ronta di langit hampa sebelum pada akhirnya terbanting di bumi nyata.

Keberangkatan paling pagi berlangsung sedari dimulainya keculasan pertama, sedangkan yang terakhir di kala kulit-kulit iblis mengelupas tanpa kendali. “Ah, ah. Kuanggap pandanganmu kelewat picik. Atau kelewat terpancang pada ukuran agamawi tertentu, yang belum disentuh oleh rembangnya matahari petang. Akan tetapi, Jacinta, kalaulah kau pernah bilang seperti itu, aku segera percaya betapa aku yang dulu nyinyir itu tergolong orang yang menyepelekan jalan nasib sendiri.

Menganggap sepi pergulatan kemanusiaan yang ada dalam sumber kefitrianku sendiri. Lantas aku ngomong dan ngomong, sampai ujung bibir berbusa dan orang-orang mendengarkan dengan separuh hati”. “Bukan, bukan begitu, sayangku.” Sangkalmu, bukan? “Dikau belum faham akan kidung zaman, atau kurang maklum terhadap arus hidup yang bergemuruh sepanjang liku dan hilirnya. Kau hanya mendewakan katahati, yang seringkali lewat di sela-sela angkaramurka dan tak mampu meredakan olak-alik pergulatan pikir yang tumbuh suatu kurun waktu. Lemah dan nyaris renta.” Kala mengucapkan wawasan ini, pipimu memerah, mata bulatmu bersinar-sinar. Kukira dikau telah menyatakan sesuatu yang berasal dari dasar pribadi kuatmu…

Jacinta yang baik.
Sepanjang pewartaan ilmu pengetahuan (yang kita tangkap sesaat atau yang kita serbu secara menggebu) bisanya tidak pula menjadi satu kesunyataan dumadi. Sepanjang pewartaan cerah yang hadir di belantara masa, maka diperlukan kesaksian insani, sekelompok maupun sendiri. Bahkan, berpamrih atau hanya setangkup perhatian yang terperi. Dalam kesatuan nilai yang menggemulung hati gunung dan lembahnya, memperhatikan kajian demi kajian yang sempat dihayati, para pemikir berjuang keras. Antaranya, mengkristalkan apa yang bernama penemuan masasilam, setelah itu bisa menggolongkan cara-beda suatu persoalan keseharian. Kalau hal ini dapat berlangsung baik, kitapun sanggup menguak kerahasiaan dari pintu-pintu mulia (yang selama ini diyakini terletak di jantung kebudayaan) itu. Setrum hayati dari mata air tempat kecimpung.

Jacinta yang penyabar.
Masih ingatkah Adik pada telaga kecil yang terletak di desa Suryajati itu? Telaga itupun bernama Surya-Jati, alias kesejatian sinar yang menjiwai kehidupan. Ketika masa-masa indah sekolah dulu, kita seringkali mengayuh sepeda dari sekolah ke telaga kecil itu, bolak-balik lebih dari dua jam, karena pelajaran Ilmu Pasti dari guru yang kurang kita sukai hendak dihindari. Kalau sudah lewat satu pal dari pelataran sekolah, tiba di perempatan jalan, kita sampai pada sebuah pos alit, dengan bangunannya bergaya Jawa, sedangkan kotakpos di depannya bercat oranye, bagaikan tugu kukuh menjulang – kemudian kita berbelok ke kiri, sepanjang jalan ditumbuhi kenari.

Perjalanan jauh terus ke selatan kota. “Aku heran, Syam,” katamu waktu itu. “Apakah sebenarnya yang kita cari di telaga sana? Rasanya kita hanya duduk-duduk seraya membasuh airnya nan jernih.” Maka akupun segera memotong: “Bukan itu, kawan. Siapapun tentu kepingin mandi berkecimpung di telaga jernih, dan bukan yang lain.” Kemudian pelan-pelan mulut mungilmu mengoceh: “Siapa dan apa katanya. Di Surya Jati kita justru kepingin mandi cahaya suci!” Ah, ah, ah. Tak salah, ungkapmu berhasil menyadarkan bahwa hal itulah yang harus kita hayati di telaga yang punya nama ‘kesejatian sinar’ tadi.

Namun, tatkala pada hari-hari lanjut kita bersiram di mata air sejuk itu, kukira bukan lantaran menghindari pelajaran Ilmu Pasti nan menyebalkan, melainkan ada dorongan lain. Kini aku tahu, apa namanya. Percikan dan getaran air-gemair yang sampai ke badan kita, memberikan suasana baru. Paling tidak, rasa kangen yang tiap kali bangkit (antara kita, tentu!) dapat terobati. Telaga alit itu barangkali hanya ujud dari pendekatan ulang!

Jacinta yang baik.
Sesudah deretan angka melunturkan sejuta kesan, lalu pulalah perhitungan saat-saat yang berdekap, maka hidup menjadi gaya ulang sejati. Bukankah aku masih muda, teramat remaja masa itu? Sedangkan buah pikir yang berloncatan masih jauh dari sekrup pemanteknya. Dirimu pun masih lebih teragak-agak untuk mengenal tolok-ukur dari pemahaman ilmu. Karena apa yang tengah kita hadapi (dan sergap) senantiasa berlangsung antara reranting aking dan guguran daun berlumut. Kalau terjadi perenungan serta permenungan, maka yang lahir adalah golak-galik pandangan kanak-kanak, bukan yang lain. Hanya saja itu sudah cukup buat zamannya. Karena pada deretan kini, ada tantangan lain yang memaksa diri untuk mengamati ‘hilang’nya suatu pamrih (yang waktu itu tercuri oleh sifat naif), dan kalau akan benar-benar jujur, rasanya datang pamrih lanjut yang lebih mengental bukan? Caranya ialah dengan menggelimangi sejarah umat.

Jacinta tersayang.
Memberikan hari-hari cerah, kiranya lebih menggairahkan katimbang menyudutkan hari-hari yang tak pula ditafsirkan ke balik segala rengkuhan. Mengembalikan hari-hari yang ceria, niscaya lebih utama lagi. Tuhan melimpahkan anugerah Kasih di hati kaum muda, kaum remaja, karena Dia ingin agar serbuk-serbuk darah dalam jasad mereka hangat, bahkan panas. Secara kodrati semuanya dikembalikan kepada nilai paling luhur. Di balik pertemuan-pertemuan yang tanpa bayang-rancang masa depan, aku dan dirimu telah melaksanakan sabda Tuhan sebaik-baiknya. Mengunjungi dusun-dusun ranum seputar telaga di pedalaman, untuk menggali renungan maha dalam. Menggauli panorama terpencil, lantaran tekad dijelmakan suatu pandang dan tilik, kendati usia muda belum mengokohkannya. Kebersamaan yang tampil, mendaki tebing-tebing.

Jacinta, Jacinta.
Kutatap kembali aksara-aksara buku harianku semasa sekolah. Aku menghela nafas. Aku bahagia bersama sejarah nan memupus kudus.
---
*) Tanggung jawab penulisan pada PuJa

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Hana N.S A. Iwan Kapit A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.C. Andre Tanama Aa Sudirman Abd. Basid Abdul Aziz Rasjid Abdul Ghofar Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Muid Badrun Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdullah Ubaid Matraji Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abonk El ka’bah Acep Zamzam Noor Ach. Nurcholis Majid Achmad Farid Tuasikal Achmad Maulani Adi Faridh Adi Marsiela Adi Sucipto Adian Husaini Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrian Ramdani AF. Tuasikal Afnan Malay Afrizal Malna AG Hadzarmawit Netti AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Majestika Aguk Irawan M.N. Agung Prihantoro Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R Sarjono Agus S Warman Agus Sri Danardana Agus Sulton Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Rafiq Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syafii Maarif Ahmad Taufik Ahmad Thohari Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Al-Fairish Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Ali Irwanto Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Alvi Puspita Amang Mawardi Ambarukminingsih Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Amirullah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andhi Setyo Wibowo Andik Nurcahyo AndongBuku #3 Andry Deblenk Anindita S. Thayf Aning Ayu Kusuma Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anwari WMK Aprillia Ika Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Arif Firmansyah Arifun Najib Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arys Hilman Asarpin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asri Bariqah Awalludin GD Mualif Azumardi Azra Azyumardi Azra Baca Puisi Badaruddin Amir Balada Bambang kempling Bambang Satriya Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benni Indo Benny Benke Benny D Koestanto Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Koran Bernada Rurit Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Palopo Budi Purnomo Buldanul Khuri Bunda Zakyzahra Tuga Bungaran Antonius Simanjuntak Candrakirana Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Che Guevara Coronavirus Cover Buku Kritik Sastra Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi II Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi IV Cover Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi V D. Zawawi Imron Dadan Maula Darmawan Dadang Ari Murtono Dahlan Kong Damanhuri Zuhri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Dedykalee Deni Ali Setiono Deni Jazuli Denny Ardiansyah Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan Dewi Indah Sari Dhanu Priyo Prabowo di Bluri di Karangasem Dian Sukarno Diana AV Sasa Diana Ifrina Ernawati Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dini Tri Dinoroy M. Aritonang Dion Maulana Prasetya Diskusi buku Djaka Susila Djenar Maesa Ayu Djesna Winada Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Budiono Herusatoto Drs H Choirul Anam Drum Band MI Miftahul Ulum (Kuluran) Dudi Rustandi Dunia Penerbitan Indonesia Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Nikmatika Roma Dwi Pranoto Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddy D. Iskandar Edeng Syamsul Ma’arif Edi Faisol Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elly Burhaini Faizal Elly Trisnawati Ellyn Novellin Emerson Yuntho Emha Ainun Nadjib Emil WE Endang Supriyadi Endi Haryono Endri Y Erdogan Esai Esha Tegar Putra Esme Fadliha Etik Widya Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fadjriah Nurdiarsih Fahmi Fahrudin Nasrulloh Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faris Al Faisal Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Felix K. Nesi Festival Mocosik Festival Seni Internasional 2010 Yogyakarta Festival Seni Internasional 2014 Yogyakarta Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan festivalsenisurabaya.com Fikri. MS Firdawsi Fortus Pake Forum Lingkar Pena Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Foto Franditya Utomo Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Magnis-Suseno Friski Riana Fuad Hasan Nasihin Fuji Pratiwi Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawa Gede Mugi Raharja Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gedung Sangbala Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gito Waluyo Goenawan Mohamad Golput Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma’ruf Amin Gus Dur H Ikhsan Effendi H. Usep Romli H.M H.B. Jassin H.O.S Cokroaminoto Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Hadi Napster Hadziq Jauhary Halim H.D. Halimatussa’diyah Hamberan Syahbana Hamluddin Hana Pertiwi Hanif Nashrullah Hardono Haris del Hakim Haris Firdaus Haris Priyatna Haris Saputra Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Basri Hasan Junus Hasanuddin WS Hasnan Bachtiar Helmi Y Haska Helmy Tasaufy Hera Khaerani Herdiyan Heri C Santoso Heri Latief Herman Herman Hasyim Herman RN Herry Lamongan Herry Mardianto Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Homaedi I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I Wayan Seriyoga Parta IBM. Dharma Palguna Ibnu PS Megananda Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Mustofa Imam Nawawi Imam Qodim Al-Haromain Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Imelda Imron Arlado Imron Rosidi Imron Rosyid Imron Tohari Indrian Koto Ingki Rinaldi Ipik Tanoyo Ire Irvan Sihombing Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismet NM Haris Ismi Wahid Isnanur Janah Iswadi Pratama Isyana Artharini Iwan Nurdaya-Djafar Iwank Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Janual Aidi Javed Paul Syatha Jazzi Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jembatan Kuno Yang Misterius Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Jodhi Yudono Jogjanews.com John Joseph Sinjal Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Paket Hemat Juara Ke 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jumartono Jurnalisme Sastra Jusuf A.N K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.Y. Karnanta Kadjie Mudzakir Kaheesa Kirania Putri Ayu Kang Daniel Kapal Nabi Nuh Karanggeneng Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kautsar Muhammad Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) KH Abdul Ghofur KH Bisri Syansuri KH. Abdul Aziz Masyhuri KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khoirul Abidin Khoirul Inayah Ki Ompong Sudarsono Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kika Dhersy Putri Kitab Arbain Nawawi KITLV Koh Young Hun Koko Sudarsono Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopi Sunan Drajat Kopuisi Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Krisman Kaban Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kulonprogo Kurnia Effendi Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswinarto L Ridwan Muljosudarmo Laboratorium Sinematografi dan Pertunjukan UNISDA Lamongan Lagu Lailiyatis Sa'adah Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Sarmili Literasi Liza Wahyuninto Lugiena De Lukas Adi Prasetyo Lukisan Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lusia Kus Anna Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Lutfi M. Mushthafa M. Romandhon M. Sunyoto M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M’Shoe Made Geria Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahrus eL-Mawa Majelis Ulama Indonesia Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcus Suprihadi Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Maruli Tobing Mashuri Masuki M. Astro Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Wulan Medco Media Lamongan Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Meka Nitrit Kawasari Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka MI Thoriqotul Hidayah Pilang 1 Mia Arista Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Miftahul A’la Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Ghufron Cholid Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Samsul Arifin Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Ali Athwa Mohammad Eri Irawan Mohammad Rafi Azzamy MTs Putra-Putri Simo Sungelebak Muh Kholid A.S Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Amin Muhammad Arif Muhammad Aris Muhammad Eko Nugroho Muhammad Hidayat Muhammad Muhibbuddin Muhammad Musa Muhammad N. Hassan Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mukafi Niam Mukhsin Amar Mulyani Hasan Mulyo Sunyoto Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Munawir Aziz Muntamah Cendani Musfarayani Musfi Efrizal N. Syamsuddin CH. Haesy Nadine Tri Duhita Naim Nanang Suryadi Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Nara Nazaruddin Azhar Neli Triana Ngatini Rasdi Nh. Anfalah Ni Luh Made Pertiwi F Ni Made Frischa Aswarini Ninuk Mardiana Pambudy Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noval Jubbek Noval Maliki Novel Novel Pekik Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Hayati Nur Kholiq Nur Kholis Huda Nurani Soliha Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Ochi Oil on Canvas Oky Sanjaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Paciran Pameran Seni Rupa Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik Panji Satrio Patung Sphinx PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan 2020 Pelukis Dahlan Kong Pelukis Harjiman Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit Progresif Penerbit PUstaka puJAngga Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Peringatan Hari Santri TPQ Al-Hidayah 22 Oktober 2017 Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren Sunan Drajat Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Pilang Tejoasri Lamongan Jawa Timur Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prosa Proses Kreatif Puisi Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka GU Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. N. Bayu Aji R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rafita Dewi Rahmah Maulidia Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rameli Agam Rana Akbari Raras Cahyafitri Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Revdi Iwan Syahputra Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Ridlwan Ridwan Munawwar Riki Utomi Rinny Srihartiny Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robert Adhi Kusumaputra Robin Al Kautsar Roby Karokaro Rodli TL Rof Maulana Rofiqi Hasan Rojiful Mamduh Rokhim Sarkadek Rosdiansyah Rosi Rosidi Rudi S. Kalianda Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rx King Motor S Jai S Yoga S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Sabrina Asril Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salim Alatas Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saratri Wilonoyudho Sari Oktafiana Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sejarah SelaSastra SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang Selvie Monica S Sendang Duwur Tahun 1920 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Shohebul Umam JR Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sifa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simon Saragih Sirikit Syah Siti Muti’ah Setiawati Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Slavoj Zizek Soelistijono Soetanto Soepiadhy Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Sohirin Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Mulyani Sri Wintala Achmad ST Indrajaya Stanley Adi Prasetyo Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sudirman Hasan Sugeng Ariyadi Sugeng Wiyadi Sugiarto Sugito Wira Yuda Suhartono Sujatmiko Sukardi Rinakit Sukitman Sumenep Sunarno Wibowo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susie Evidia Y Sutamat Arybowo Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Suyatmin Widodo Svet Zakharov Syaf Anton Wr Syaiful Bahri Syaiful Irba Tanpaka Syaiful Mustaqim Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syi'ir Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tanjung Kodok Tahun 1947 Tasman Banto Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Ganast MAN Lamongan Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Sakalintang Teater Sangbala Teater Sundra Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tewol Teater Tewol Lamongan Teguh LR Teguh Winarsho AS Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thamrin Dahlan Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute (IHI) Thohir Thompson Hs Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto To Take Delight Toni Munajat Tosa Poetra Tri Andhi S Tri Wahono Trisno S. Sutanto Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Unieq Awien Universitas Airlangga Surabaya Universitas Jember Untung Basuki Ustadz Charis Bangun Samudra Utami Diah Kusumawati Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Wahyu Aji Wahyudi Zuhro Wan Anwar Warjati Suharyono Wawan Eko Yulianto Wawan Hudiyanto Wawancara Wayan Sunarta Welly Suryandoko Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yanuar Jatnika Yanuar Yachya Yaumu Roikha Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yerusalem Ibu Kota Palestina Yesi Devisa YF La Kahija Yogyo Susaptoyono Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudi Latief Yuli Yuni Ikawati Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zahrotun Nafila Zaim Uchrowi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimras Zen Hae Zuhdi Swt