Minggu, September 07, 2008

BALADA JALA SUTA

Nurel Javissyarqi*

(Ia bernama Jala Suta, kata legenda;
lahirnya dikala kedua orang tuanya mengarungi selat Sunda.
Gelombang saksi upacara suci, matahari puncak kedewasaan,
sedang warna perak rembulan, menemani renungannya.
Sementara bintang-gemintang ia petik bagi pelajaran)
.
(I) Awan hitam arang di atas selat Sunda;
air bergolak, gelombang memburu memecahkan udara,
dewa-dewi di angkasa saling khianat, negri kahyangan goncang;
bintang-gemintang satu-persatu berguguran menjelma bola api,
lautan mendidih, ikan-ikan pada mati.
Ini prahara pernah diramalkan; jantung langit pecah,
dada samudera tumpah, di musim tak jelas waktunya.

(II) Telah menjadi ketentuan,
kapal kecil terpontang-panting merasakan gejolak kiamat;
itu kapal satu-satunya, selamat dari bencana.

(III) Ibu Fatimah mengandung sembilan bulan kerinduan,
berlayar dengan suaminya, Ahmad;
cemas, ribuan petir mencengkeram kulit bergetar,
sayap-sayap malaikat maut siap menenggelamkan.

(IV) Sedikit demi sedikit,
tuan Ahmad membuang muatan kapal;
ibunda Fatimah meringis kesakitan, dan tak berapa lama,
hujan beserta cambuk kilat menghantam udara,
menikam gelombang memecahkan ombak.

(V) Ada yang melesat, cahaya putih kebiru-biruan
jatuh menimpa tubuh kapal; bersamaan itu Jala Suta terlahir,
sempurna dirinya dibarengi tarian nafas angkasa di sekitarnya.

(VI) Awan tadinya menutup selat Sunda,
cepat menyebar ke tepi-tepi cakrawala,
petir malu tangisan bayi,
ombak membabi-buta normal kembali;
hujan reda, air tak lagi mendidih,
bintang-gemintang membiak lagi, begitulah kisahnya.

(VII) Kapal telah melewati selat Sunda,
takdir selamat digariskan menuju tanah Dwipa.
Kala itu pulau Jawa tengah terjadi pergolakan kekuasaan,
saling sikut pengaruh, peraturan adat tak lagi dijalankan;
agama semacam dongeng kengerian,
di telinga anak-anak beranjak raksasa.
Sedang nasib alim-ulama hilang wibawa;
para pastur, biksu dan romo tak lagi berkhotbah.

(VIII) Cepat-lambat Jala Suta dewasa,
di negri sedang panas-panasnya;
sinar matahari bagai bara menempa lempeng baja,
kemarau menderu-melanda gunung ke lembah,
wabah penyakit menjelma malaikat maut kedua.
Orang-orang saling bunuh-menikam,
berebutan air untuk ladang-ladangnya;
aparat pemerintah tak sudi menggubrisnya,
kaum saudagar berubah lintah darat semua.

(IX) Kelaparan melanda raya,
sering terjadi perampokan di mana-mana;
para janda banyak hilang harta benda, malam tak jadi tentram,
penculik seperti hantu gentayangan, tiada tempat aman di sana;
para pemimpin berpesta-pora, para perampok menjarah,
para politisi menjilat, berlidah ular kepala srigala.

(X) Jala Suta menyaksikan kesemrawutan itu,
bersedih hati, bathin terdorong berhasrat merubahnya;
namun bagaimana anak Fatimah dapat melakukannya?
Sementara bapaknya telah meninggal dunia,
sang ibunda dijangkit penyakit lupa;
seluruh rambutnya beruban, gigi-giginya pada tanggal,
hanya memakan bubur mengunyah kinang,
berdzikir dikeseharian, mengharap Yang Kuasa,
agar Jala Suta kelak dijadikan anak budiman.

(XI) Doa-doa terbang berasap kemenyan,
ibunda Fatimah menyusul suaminya;
mata terpejam, mati dengan tenang.

Bathin Jala Suta hancur, lahar tumpah di dadanya;
ia kubur ibundanya berhujan airmata,
beserta mendung ia beranjak pulang,
dan ruh sang ibu telah naik tangga
serupa merpati putih penghuni surga.

(XII) Siang itu alas Roban bau amis,
darah tercecer kuda-kuda bergelimpangan;
para perampok yang dikepalai Surendros mengamuk,
harta saudagar Cina yang melewati hutan itu dirampas paksa,
anak gadisnya bernama Ci’a, dilarikan Surendros ke dalam gua.

(XIII) Namun siang terik itu berubah gelap pekat,
awan hitam arang berbondong menutupi alas Roban;
Suta datang diiringi cambuk kilat menyerang Surendros,
serasa memukul angin, keduanya saling tabrak kadigjayaan,
Ci’a menggigil ketakutan, berbaju sobek teriris derita perawan.

(XIV) Jala Suta dan Surendros lemas, terkuras seluruh tenaga,
karna Suta lebih muda, cepatlah pulih kekuatannya;
Surendros balik memburu membabibuta,
laksana banteng kupingnya tersumbat tanah,
sedang anak samudra gesit mengelak meloloskan diri,
bagaikan ikan sili atau belut putih.

Saat tangan Surendros menghantam pohon asam,
batang gosong, bebuah rontok, daun-daun melayang;
waktunya tepat tak disia-siakan Jala Suta,
menikam perut lawan dengan keris pemberian leluhurnya.

(XV) Surendros terkapar bersimbah darah,
Suta bergegas mendekai Ci’a, dan berkata lembut;
“anak manis, keparat itu telah binasa,
kau boleh pergi sekarang juga.”
“tapi orang tuaku bagaimana tuan?” ;sahut Ci’a,
“mari kita keluar” Jala Suta mengajak keluar Ci’a dari mulut gua.

(XVI) Menyaksikan Surendros membangkai,
para begundal bersiap-siap menyergap Jala Suta,
namun dengan senyum langit Suta berucap kata;
“lihatlah awan di angkasa sana, petir berkilatan,
semuanya kan pergi jikalau aku menghendaki.”

“menjauhlah saudaraku, tugasmu telah usai”
;Jala Suta memerintahkan awan-gemawan
menyebar ke sudut-sudut cakrawala.
Anak buah Surendros menyaksikan petir-awan pergi perlahan,
mereka ciut nyali; serentak memohon ampun kepada anak Selat.

(XVII) Jala Suta, sosok utusan di hadapan mereka.
“cepat!, lepaskan ikatan di tubuh saudagar itu”
;kata anak Fatimah.
Lalu Ci’a beranjak berlari memeluk orang tuanya.
(para pengawal saudagar itu banyak tersungkur,
lainnya terluka parah).

(XVIII) Barang dagangan dikemasi,
lantas pergi membawa kereta kuda yang masih bisa ditumpangi.
Ci’a dan orang tuanya berpamitan; ada senyum Suta dibawa Ci’a,
mereka terus melanjutkan perjalanan, keluar dari alas Roban.

(XIX) Kini Jala Suta kepala perampok
dari anak-anak buah Surendros;
bertolak dari riuh-gemuruh alas ke kota,
menggoncangkan orang-orang pemerintah,
yang menumpuk harta hasil korupsi, dan
merampas paksa kekayaan lintah darat,
yang memeras keringat rakyat jelata.

(XX) Anak buah Jala Suta makin banyak,
kilas bertemu gerombolan perampok lain,
beradu kekuatan dan selalu menang;
ia terkenal di kalangan Samin karena loman,
di mata pejabat serta yang dirugikan, ia sosok tak waras.

(XXI) Suatu malam di lereng gunung Merapi sebelah selatan,
Jala Suta memimpin rapat, pada intinya;
ingin memberontak pada pemerintah.

Paranggi, bekas pemimpin rampok,
menganggukkan kepala tanda setia,
disusul para bekas pemimpin dan anak-anak buahnya.
Malam itu juga strategi pemberontakan dirancang,
dewa-dewi bimbang, bulan sabit sebagai saksinya.

(XXII) Di waktu tepat ditentukan,
alam telah bersiap-siap menerima goncangan;
para kelelawar itu memporandakan kekuasaan,
dahan reranting pohon bergoyang menghempas,
buah-buah jambu berguguran diterkam kebisingan.
Dan para penguasa tak kalah hebat,
bak burung gagak menjaga wilayahnya,
bertarung habis-habisan di udara pekat.

Anak-anak buah Jala Suta banyak jadi bangkai,
semisal disambar angin taupan menggelombang,
terpukul mundur ke tepian pantai pelarian;
pun Suta, lari tunggang-langgang dari gelangang.

(XXIII) Hari sial baginya, anak dilahirkan selat Sunda;
kabur menunggang turangga membawa luka,
lengan kirinya tertusuk panah,
dan anak-anak buahnya semangat pecah,
berserakan bagai bebatuan kali tak bermakna.

(XXIV) Warna fajar menyapu timur raya,
tersungkur badan di tepian telaga;
kabut naik embun berguguran,
ia diangkat seorang putri ke punggung kuda,
dibawanya jasad sekarat itu ke sebuah rumah.

(XXV) Kebetulan,
ibunda sang putri penolong Jala Suta seorang tabib;
tujuh hari ia sekarat, hari ke delapan siuman,
luka-luka di tubuh berangsur sembuh.

(XXVI) Ucapan kali pertama Jala Suta dari ketaksadaran;
“di manakah aku ini? Siapa kau penolongku?”
Putri lemah-lembut itu berucap jawab;
“tuan dalam kediamanku, aku membawa tuan kemari,
tuan pingsan di tepian telaga di dekat sini.”
“Siapa namamu gadis cantik?” ;tanya lelaki selat Sunda,
“aku tiada memiliki nama selain Dewi.”

Jala Suta lanjut bicara;
“kau memang pantas menyandang sebutan itu,
bolehkah aku menambahnya menjadi Dewi Tunjung Biru?
Sepertinya kau layak itu, segeraian angin ombak rambutmu.”
(sang putri itu tersenyum, mengangguk tanda setuju).

(XXVII) Hari berikutnya sebagaimana adanya;
Ibunya Tunjung Biru menanyakan kesehatan Suta,
seluruh anggota tubuhnya dalam kondisi membaik,
digerakkan leluasa, jiwa pun bersemangat kembali,
berselang dari cerai-berainya anak-anak buahnya.

(XXVIII) Pagi nan elok kata pujangga,
serpihan kabut menjelma butiran embun,
lantas gugur beraturan;
kicauan burung menembangkan kenangan,
ketika wajah mentari molek berseri-serasi,
sayap kekupu terbang ringan menggoda hati,
di antara bunga-bunga di tepian telaga hari.

(XXIX) Jala Suta tertegun di atas gundukan batu,
gemerincing air mengaliri lembah pesawahan itu;
Dewi Tunjung Biru mencuci pakaian,
mata keindahan saling resap merasakan,
menikmati kelopakan kembang teratai;
kedua insan saling tatap memandang
merangkum senyum kebahagiaan,
hanya kecewa yang sanggup hentikan.

Lalu datanglah semboyan;
“akulah Jala Suta, memberontak
adalah siasatku menghormati nenek moyang.”

*) Pengelana, 3 Oktober 2000 Yogyakarta, Kadipaten Kulon.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Hana N.S A. Iwan Kapit A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.C. Andre Tanama Aa Sudirman Abd. Basid Abdul Aziz Rasjid Abdul Ghofar Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Muid Badrun Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdullah Ubaid Matraji Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abonk El ka’bah Acep Zamzam Noor Ach. Nurcholis Majid Achmad Farid Tuasikal Achmad Maulani Adi Faridh Adi Marsiela Adi Sucipto Adian Husaini Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrian Ramdani AF. Tuasikal Afnan Malay Afrizal Malna AG Hadzarmawit Netti AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Majestika Aguk Irawan M.N. Agung Prihantoro Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R Sarjono Agus S Warman Agus Sri Danardana Agus Sulton Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Rafiq Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syafii Maarif Ahmad Taufik Ahmad Thohari Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Al-Fairish Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Ali Irwanto Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Alvi Puspita Amang Mawardi Ambarukminingsih Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Amirullah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andhi Setyo Wibowo Andik Nurcahyo AndongBuku #3 Andry Deblenk Anindita S. Thayf Aning Ayu Kusuma Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anwari WMK Aprillia Ika Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Arif Firmansyah Arifun Najib Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arys Hilman Asarpin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asri Bariqah Awalludin GD Mualif Azumardi Azra Azyumardi Azra Baca Puisi Badaruddin Amir Balada Bambang kempling Bambang Satriya Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benni Indo Benny Benke Benny D Koestanto Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Koran Bernada Rurit Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Palopo Budi Purnomo Buldanul Khuri Bunda Zakyzahra Tuga Bungaran Antonius Simanjuntak Candrakirana Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Che Guevara Coronavirus Cover Buku Kritik Sastra Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi II Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi IV Cover Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi V D. Zawawi Imron Dadan Maula Darmawan Dadang Ari Murtono Dahlan Kong Damanhuri Zuhri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Dedykalee Deni Ali Setiono Deni Jazuli Denny Ardiansyah Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan Dewi Indah Sari Dhanu Priyo Prabowo di Bluri di Karangasem Dian Sukarno Diana AV Sasa Diana Ifrina Ernawati Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dini Tri Dinoroy M. Aritonang Dion Maulana Prasetya Diskusi buku Djaka Susila Djenar Maesa Ayu Djesna Winada Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Budiono Herusatoto Drs H Choirul Anam Drum Band MI Miftahul Ulum (Kuluran) Dudi Rustandi Dunia Penerbitan Indonesia Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Nikmatika Roma Dwi Pranoto Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddy D. Iskandar Edeng Syamsul Ma’arif Edi Faisol Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elly Burhaini Faizal Elly Trisnawati Ellyn Novellin Emerson Yuntho Emha Ainun Nadjib Emil WE Endang Supriyadi Endi Haryono Endri Y Erdogan Esai Esha Tegar Putra Esme Fadliha Etik Widya Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fadjriah Nurdiarsih Fahmi Fahrudin Nasrulloh Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faris Al Faisal Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Felix K. Nesi Festival Mocosik Festival Seni Internasional 2010 Yogyakarta Festival Seni Internasional 2014 Yogyakarta Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan festivalsenisurabaya.com Fikri. MS Firdawsi Fortus Pake Forum Lingkar Pena Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Foto Franditya Utomo Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Magnis-Suseno Friski Riana Fuad Hasan Nasihin Fuji Pratiwi Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawa Gede Mugi Raharja Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gedung Sangbala Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gito Waluyo Goenawan Mohamad Golput Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma’ruf Amin Gus Dur H Ikhsan Effendi H. Usep Romli H.M H.B. Jassin H.O.S Cokroaminoto Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Hadi Napster Hadziq Jauhary Halim H.D. Halimatussa’diyah Hamberan Syahbana Hamluddin Hana Pertiwi Hanif Nashrullah Hardono Haris del Hakim Haris Firdaus Haris Priyatna Haris Saputra Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Basri Hasan Junus Hasanuddin WS Hasnan Bachtiar Helmi Y Haska Helmy Tasaufy Hera Khaerani Herdiyan Heri C Santoso Heri Latief Herman Herman Hasyim Herman RN Herry Lamongan Herry Mardianto Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Homaedi I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I Wayan Seriyoga Parta IBM. Dharma Palguna Ibnu PS Megananda Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Mustofa Imam Nawawi Imam Qodim Al-Haromain Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Imelda Imron Arlado Imron Rosidi Imron Rosyid Imron Tohari Indrian Koto Ingki Rinaldi Ipik Tanoyo Ire Irvan Sihombing Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismet NM Haris Ismi Wahid Isnanur Janah Iswadi Pratama Isyana Artharini Iwan Nurdaya-Djafar Iwank Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Janual Aidi Javed Paul Syatha Jazzi Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jembatan Kuno Yang Misterius Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Jodhi Yudono Jogjanews.com John Joseph Sinjal Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Paket Hemat Juara Ke 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jumartono Jurnalisme Sastra Jusuf A.N K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.Y. Karnanta Kadjie Mudzakir Kaheesa Kirania Putri Ayu Kang Daniel Kapal Nabi Nuh Karanggeneng Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kautsar Muhammad Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) KH Abdul Ghofur KH Bisri Syansuri KH. Abdul Aziz Masyhuri KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khoirul Abidin Khoirul Inayah Ki Ompong Sudarsono Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kika Dhersy Putri Kitab Arbain Nawawi KITLV Koh Young Hun Koko Sudarsono Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopi Sunan Drajat Kopuisi Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Krisman Kaban Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kulonprogo Kurnia Effendi Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswinarto L Ridwan Muljosudarmo Laboratorium Sinematografi dan Pertunjukan UNISDA Lamongan Lagu Lailiyatis Sa'adah Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Sarmili Literasi Liza Wahyuninto Lugiena De Lukas Adi Prasetyo Lukisan Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lusia Kus Anna Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Lutfi M. Mushthafa M. Romandhon M. Sunyoto M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M’Shoe Made Geria Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahrus eL-Mawa Majelis Ulama Indonesia Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcus Suprihadi Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Maruli Tobing Mashuri Masuki M. Astro Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Wulan Medco Media Lamongan Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Meka Nitrit Kawasari Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka MI Thoriqotul Hidayah Pilang 1 Mia Arista Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Miftahul A’la Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Ghufron Cholid Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Samsul Arifin Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Ali Athwa Mohammad Eri Irawan Mohammad Rafi Azzamy MTs Putra-Putri Simo Sungelebak Muh Kholid A.S Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Amin Muhammad Arif Muhammad Aris Muhammad Eko Nugroho Muhammad Hidayat Muhammad Muhibbuddin Muhammad Musa Muhammad N. Hassan Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mukafi Niam Mukhsin Amar Mulyani Hasan Mulyo Sunyoto Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Munawir Aziz Muntamah Cendani Musfarayani Musfi Efrizal N. Syamsuddin CH. Haesy Nadine Tri Duhita Naim Nanang Suryadi Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Nara Nazaruddin Azhar Neli Triana Ngatini Rasdi Nh. Anfalah Ni Luh Made Pertiwi F Ni Made Frischa Aswarini Ninuk Mardiana Pambudy Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noval Jubbek Noval Maliki Novel Novel Pekik Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Hayati Nur Kholiq Nur Kholis Huda Nurani Soliha Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Ochi Oil on Canvas Oky Sanjaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Paciran Pameran Seni Rupa Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik Panji Satrio Patung Sphinx PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan 2020 Pelukis Dahlan Kong Pelukis Harjiman Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit Progresif Penerbit PUstaka puJAngga Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Peringatan Hari Santri TPQ Al-Hidayah 22 Oktober 2017 Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren Sunan Drajat Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Pilang Tejoasri Lamongan Jawa Timur Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prosa Proses Kreatif Puisi Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka GU Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. N. Bayu Aji R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rafita Dewi Rahmah Maulidia Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rameli Agam Rana Akbari Raras Cahyafitri Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Revdi Iwan Syahputra Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Ridlwan Ridwan Munawwar Riki Utomi Rinny Srihartiny Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robert Adhi Kusumaputra Robin Al Kautsar Roby Karokaro Rodli TL Rof Maulana Rofiqi Hasan Rojiful Mamduh Rokhim Sarkadek Rosdiansyah Rosi Rosidi Rudi S. Kalianda Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rx King Motor S Jai S Yoga S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Sabrina Asril Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salim Alatas Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saratri Wilonoyudho Sari Oktafiana Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sejarah SelaSastra SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang Selvie Monica S Sendang Duwur Tahun 1920 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Shohebul Umam JR Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sifa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simon Saragih Sirikit Syah Siti Muti’ah Setiawati Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Slavoj Zizek Soelistijono Soetanto Soepiadhy Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Sohirin Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Mulyani Sri Wintala Achmad ST Indrajaya Stanley Adi Prasetyo Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sudirman Hasan Sugeng Ariyadi Sugeng Wiyadi Sugiarto Sugito Wira Yuda Suhartono Sujatmiko Sukardi Rinakit Sukitman Sumenep Sunarno Wibowo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susie Evidia Y Sutamat Arybowo Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Suyatmin Widodo Svet Zakharov Syaf Anton Wr Syaiful Bahri Syaiful Irba Tanpaka Syaiful Mustaqim Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syi'ir Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tanjung Kodok Tahun 1947 Tasman Banto Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Ganast MAN Lamongan Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Sakalintang Teater Sangbala Teater Sundra Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tewol Teater Tewol Lamongan Teguh LR Teguh Winarsho AS Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thamrin Dahlan Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute (IHI) Thohir Thompson Hs Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto To Take Delight Toni Munajat Tosa Poetra Tri Andhi S Tri Wahono Trisno S. Sutanto Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Unieq Awien Universitas Airlangga Surabaya Universitas Jember Untung Basuki Ustadz Charis Bangun Samudra Utami Diah Kusumawati Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Wahyu Aji Wahyudi Zuhro Wan Anwar Warjati Suharyono Wawan Eko Yulianto Wawan Hudiyanto Wawancara Wayan Sunarta Welly Suryandoko Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yanuar Jatnika Yanuar Yachya Yaumu Roikha Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yerusalem Ibu Kota Palestina Yesi Devisa YF La Kahija Yogyo Susaptoyono Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudi Latief Yuli Yuni Ikawati Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zahrotun Nafila Zaim Uchrowi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimras Zen Hae Zuhdi Swt