Rabu, November 21, 2012

Hari Puisi Indonesia: Latar Belakang dan Latar Depan

Maman S Mahayana
Riau Pos, 11 Nov 2012

PUISI adalah bagian integral kehidupan masyarakat Nusantara. Maka, tradisi berpuisi seperti telah menyatu dalam kehidupan keseharian masyarakatnya. Lihat saja pantun. Sejak entah kapan pantun hidup semarak di tengah masyarakat Melayu. Pantun lalu menyebar memasuki pelosok Nusantara. Lahirlah pola pantun dengan media bahasa-bahasa setempat. Di berbagai wilayah Nusantara itu, pantun pun tidak terikat batas usia, dapat digunakan dalam situasi dan kegiatan apapun untuk berbagai kepentingan. Cermati juga lagu dolanan anak-anak, tembang ninabobo, mantra, doa atau jampi-jampi pengasihan. Bukankah bentuk-bentuk ekspresinya dalam berbagai bahasa daerah itu selalu menekankan keindahan bunyi dan pesan-pesan simbolik dan metaforis, seperti juga yang menjadi alat permainan puisi?

Begitulah, puisi Indonesia bersumber dari akar tradisi perpuisian yang sudah menyatu dengan kehidupan masyarakat Nusantara. Puisi Indonesia tidak mengadopsi model puisi Barat yang dibawa Belanda, melainkan mengubahsuaikan puisi Nusantara dengan semangat zaman. Maka, puisi-puisi Indonesia yang awal adalah bentuk pantun, syair atau gurindam yang menyampaikan pesan potret zamannya. Dengan demikian, mempelajari perjalanan puisi Indonesia, hakikatnya tidak berbeda dengan upaya memahami rekam jejak pemikiran masyarakat Nusantara menjadi sebuah bangsa yang bernama Indonesia.
***

Perjalanan puisi Indonesia adalah potret panjang alur gerakan budaya yang tidak terpisahkan dari pemikiran tentang konsep bangsa (Indonesia). Dimulai dari keberadaan puisi-puisi Nusantara, lalu memusat pada tradisi perpuisian Melayu sebagai dampak pengangkatan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia. Dari sanalah pesan tematik dan bentuk puisi Melayu mulai mengalami pergeseran sebagai representasi semangat zaman. Maka, pantun, syair atau gurindam yang pada awalnya cenderung mengangkat tema-tema alam dan etika kehidupan, mulai merambat menyentuh kesadaran pada tanah leluhur, bahasa, kebudayaan, dan potret kehidupan masyarakat Nusantara.

Jauh sebelum itu, ketika Gujarat India, pedagang Cina, dan para ulama Timur Tengah datang ke wilayah Nusantara membawa Hindu, Buddha, Islam dan Konfusianisme, pada saat itu kesadaran sebagai bangsa tak tersentuh lantaran kehadiran mereka bukan sebagai penjarah. Mereka menyatu, berintegrasi dan ikut memperkaya khazanah budaya Nusantara. Puisi, kesusastraan dan kebudayaan pada umumnya, masih bermain dalam tataran ekspresi budaya dengan pesan-pesan etis dan ideologi sistem kepercayaan (agama).

Penerimaan masyarakat Nusantara atas sistem kepercayaan itu lantaran animisme membuka ruang dan mengakomodasinya tanpa resistensi, bahkan mengubahsuaikannya lantaran di sana banyak aspek yang sama dalam perkara dunia supernatural. Maka, puisi Nusantara yang sudah hidup semarak itu, tidak terelakkan menerima juga unsur-unsur sistem kepercayaan yang datang dari luar. Tidak perlu heran jika pantun, syair, mantra, lagu dolanan, jampi-jampi dan doa pengasihan, diwarnai dengan kata atau ungkapan yang menunjukkan pengaruh kuat masuknya sistem kepercayaan itu.

Bangsa Eropa, lebih khusus Belanda, datang dengan semangat menjarah. Segala kekayaan budaya dan sistem kepercayaan yang hidup subur di wilayah Nusantara, ditolaknya sebagai tidak modern (tradisional), tidak rasional dan penuh dengan tahayul. Penghadiran kebudayaan Eropa yang serba rasional, dilakukan dengan cara memaksa dan menghinakan kebudayaan yang sudah ada. Berbagai huruf dan aksara yang ada dan sudah lama digunakan masyarakat, dibenamkan, dianggap ketinggalan zaman, diapkir tanpa apresiasi. Aksara Pegon, Jawi atau Arab-Melayu, diganti dengan huruf Latin. Itulah peristiwa pembutahurufan massal yang melanda penduduk di wilayah Nusantara.

Jika di berbagai daerah, terjadi resistensi atas tawaran kebudayaan Eropa dan agama Kristen, duduk perkaranya bukan terletak pada penilaian baik-buruk, melainkan sebagai ekor dari perlawanan terhadap cara Belanda yang memaksa itu. Mereka yang tidak (secara ekstrem) menolak kebudayaan Eropa, lebih dahulu mengetahui berbagai aspek positif yang ditawarkannya. Sambil sekalian mempelajari nilai-nilai positif kebudayaan Eropa, timbul pula kesadaran tentang identitas diri, keluarga dan masyarakat. Kesadaran atas keberadaan dan jati diri masyarakat itulah yang lalu melahirkan pemahaman tentang konsep bangsa (terjajah dan penjajah). Di situlah, mereka yang menyerap pendidikan Eropa—melalui Belanda—berkesempatan memberi penyadaran tentang itu.

Dari kesadaran itu, mulailah terjadi pergeseran pemahaman. Konsepsi masyarakat Nusantara yang beraneka ragam itu dimaknai berada dalam sebuah wadah bangsa dan bangsa itu bernama Indonesia. Melalui media apa keberadaan dan identitas bangsa (Indonesia) disebarluaskan? Surat-surat kabar, majalah, perhimpunan atau organisasi sosial-politik dan sekolah pribumi adalah tempat bersemainya pemahaman tentang identitas bangsa yang lalu menjadi kesadaran kebangsaan. Begitulah proses lahirnya kesadaran kebangsaan (Indonesia).

Puisi pun menjadi pilihan tepat, cepat dan efektif. Maka, sejumlah puisi karya para penyair perintis menunjukkan suara-suara tentang konsep bangsa (terjajah dan penjajah). Cermati saja puisi-puisi Muhammad Yamin, Rustam Effendi, bahkan juga Mohammad Hatta. Puisi bagi para penyair itu adalah ekspresi pemikiran mereka tentang semangat zaman. Pemujaan pada alam dalam puisi-puisi mereka adalah kesadaran tentang tempat kelahiran, tanah tumpah darah, pusaka leluhur dan warisan budaya. Di sana, ada pula komunitas, masyarakat, suku bangsa yang memperlihatkan ciri dan karakteristik yang sama dengan suku bangsa lain yang hidup di Nusantara. Mulailah konsep sebuah bangsa dihubungkan dengan tanah wilayah hidupnya.

Bagaimana masyarakat di wilayah Nusantara dapat berkomunikasi, berinteraksi, dan hidup berdampingan meski bahasa dan kebudayaannya berbeda? Bahasa Melayu makin disadari sebagai bahasa yang lebih terterima penduduk Nusantara lantaran punya sejarah panjang penyebarannya yang luas dan populis. Posisinya sebagai lingua franca memungkinkan berbagai suku bangsa dapat berkomunikasi, berinteraksi dan melahirkan kesadaran tentang bangsa yang sama. Belanda lalu memanfaatkan momentum itu. Dan suku bangsa non-Melayu laksana menerima begitu saja, take for granted. Jadilah bahasa Melayu makin memainkan peranan penting.

Melalui bahasa Melayu, beberapa penyair coba membalut pemikirannya tentang Tanah Air, bangsa dan bahasa dalam puisi-puisi mereka. Muhammad Yamin adalah salah seorang tokoh penting yang berada di balik gerakan itu. Dalam Kongres Pemuda Indonesia Pertama (1926), Muhammad Yamin menyatakan: “Bagi saya sendiri, saya mempunyai keyakinan bahwa bahasa Melayu lambat laun akan tertunjuk menjadi bahasa pergaulan umum ataupun bahasa persatuan bagi bangsa Indonesia dan bahwa kebudayaan Indonesia di masa yang akan datang akan terjelma dalam bahasa itu.” Dua tahun kemudian, Yamin membuat rumusan penting yang lalu dikenal sebagai Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, sebuah teks puisi yang berisi bayangan tentang sebuah Negara yang mempunyai Tanah Air, bangsa dan bahasa (Indonesia).
***

Puisi-puisi Pujangga Baru adalah bagian penting dari penyebarluasan kesadaran tentang Tanah Air, bangsa dan bahasa (Indonesia). Dari sana, datanglah kesadaran baru, bahwa semuanya bersumber dari manusia Indonesia yang kemudian mengejawantah dalam kebudayaannya. Maka, perkara kebudayaan Indonesia yang berakar dari kebesaran masa lalu, eksotisme dan keunikan etnisitas dengan segala keheterogenitasannya dan pengaruh-pengaruh kebudayaan asing adalah sebuah fakta budaya yang mesti dapat diwadahi oleh kebudayaan yang dinamis dan inklusif, yaitu kebudayaan Indonesia. Konsep Tanah Air, bangsa dan bahasa, mendapatkan tempat baru, semangat baru dan cara pandang baru: kebudayaan Indonesia.

Pada zaman Jepang, kembali puisi Indonesia bergerak sebagai penyebar semangat perlawanan. Puncaknya terjadi pada kiprah kepenyairan Chairil Anwar. Tokoh ini tidak hanya menegaskan peranan puisi dalam kehidupan sosial-budaya, bahkan perjuangan kebangsaan, tetapi juga menempatkannya sebagai ekspresi kebudayaan Indonesia yang modern. Melepas puisi-puisi Chairil Anwar pada model estetik puisi sebelumnya, tidak berarti hendak membenamkan tradisi ke dalam sebuah kuburan kematian, melainkan mengolahnya kembali menjadi sesuatu yang baru, modern dan visioner, lantaran bangsa ini tidak dapat pula mengabaikan berbagai pengaruh kebudayaan asing.

Chairil Anwar telah berhasil menjadikan puisi-puisinya sebagai buah pemikiran yang kreatif, dinamis dan penuh warna. Dengan demikian, Chairil Anwar telah membuat tonggak penting dalam menjadikan tradisi sebagai bahan dasar yang harus diolah kembali secara kreatif dan sekaligus menegaskan, bahwa puisi dapat juga berisi tentang pemikiran, filsafat atau apapun yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Lewat Chairil Anwar pula bahasa Indonesia menjadi alat ekspresi tampak lebih bebas, lepas, tanpa beban.

Gerakan puisi Indonesia tahun 1950-an adalah pengembangan langkah yang dilakukan Chairil Anwar. Di sana, puisi menjadi ekspresi potret sosial zamannya, tentang kesadaran keindonesiaan dan kesadaran mengisi kemerdekaan.

Kembali, puisi memainkan peranannya dalam perjuangan kebangsaan ketika terjadi karut-marut politik melanda kehidupan bangsa Indonesia. Taufiq Ismail dan sejumlah penyair lain dalam gerakan Angkatan 66 adalah saksi bicara yang menegaskan posisi puisi dalam mengambil bagian dalam sebuah perjuangan bangsa.

Periode berikutnya, makin memperjelas, bahwa puisi pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari berbagai aspek kehidupan bangsa Indonesia. Puisi bisa memasuki ruang pendidikan, etika kehidupan, doktrin agama dan semangat kebangsaan.
***

Meskipun sudah sangat jelas peranan puisi dalam perjuangan kebangsaan dan kehidupan bangsa Indonesia, sampai kini, kesadaran itu cenderung tumbuh di kalangan komunitas yang terbatas: penyair atau sastrawannya sendiri. Dalam kehidupan dunia pendidikan, puisi ditempatkan sekadar wacana penting untuk pelajaran, tetapi tidak sebagai bahan untuk membangkitkan gerakan penyadaran membentuk karakter. Dalam berbagai kegiatan peringatan hari-hari besar nasional, puisi juga dianggap penting, tetapi baru sekadar pelengkap perayaan itu melalui serangkaian pembacaan puisi. Para birokrat, juga sebagian menganggap puisi itu penting, tetapi sekadar alat untuk mendapatkan proyek atau popularitas.

Dengan kesadaran itu, secara sosiologis, puisi dalam kenyataannya tidak dapat dipisahkan dari semua aspek kehidupan bangsa Indonesia, tetapi belum mendapat semacam legitimasi sebagai gerakan kebudayaan yang massif. Oleh karena itu, diperlukan legitimasi kultural yang implikasinya akan menjadi sebuah gerakan kebudayaan dan penyadaran tentang kebanggaan sebuah bangsa. Itulah dasar pemikiran pentingnya dideklarasikan Hari Puisi Indonesia. Sebuah penanda untuk memulai gerakan kebudayaan dalam semua aspek kehidupan bangsa Indonesia.

Proklamasi Hari Puisi Indonesia akan menjadi titik kulminasi perjalanan panjang peranan puisi Indonesia dalam kehidupan bangsa Indonesia. Proklamasi Hari Puisi Indonesia sekaligus juga akan menjadi pintu masuk dan titik berangkat gerakan kebudayaan Indonesia. Kinilah saatnya kita membuat momentum penting bagi kehidupan bangsa Indonesia di masa depan. Kinilah saatnya menempatkan gerakan kebudayaan sebagai ujung tombak perjuangan. Maka, Deklarasi Hari Puisi Indonesia adalah titik awal langkah menuju bangsa Indonesia yang lebih baik dengan kebudayaan sebagai landasan perjuangannya! Bukankah UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) pun pada tahun 1999 sudah mencanangkan 21 Maret sebagai Hari Puisi Dunia! n

Maman S Mahayana, Pengajar FIB-UI, dosen tamu Hankuk University of Foreign Studies, Seoul, Korea.
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2012/11/hari-puisi-indonesia-latar-belakang-dan.html

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Hana N.S A. Iwan Kapit A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.C. Andre Tanama Aa Sudirman Abd. Basid Abdul Aziz Rasjid Abdul Ghofar Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Muid Badrun Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdullah Ubaid Matraji Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abonk El ka’bah Acep Zamzam Noor Ach. Nurcholis Majid Achmad Farid Tuasikal Achmad Maulani Adi Faridh Adi Marsiela Adi Sucipto Adian Husaini Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrian Ramdani AF. Tuasikal Afnan Malay Afrizal Malna AG Hadzarmawit Netti AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Majestika Aguk Irawan M.N. Agung Prihantoro Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R Sarjono Agus S Warman Agus Sri Danardana Agus Sulton Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Rafiq Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syafii Maarif Ahmad Taufik Ahmad Thohari Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Al-Fairish Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Ali Irwanto Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Alvi Puspita Amang Mawardi Ambarukminingsih Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Amirullah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andhi Setyo Wibowo Andik Nurcahyo AndongBuku #3 Andry Deblenk Anindita S. Thayf Aning Ayu Kusuma Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anwari WMK Aprillia Ika Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Arif Firmansyah Arifun Najib Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arys Hilman Asarpin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asri Bariqah Awalludin GD Mualif Azumardi Azra Azyumardi Azra Baca Puisi Badaruddin Amir Balada Bambang kempling Bambang Satriya Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benni Indo Benny Benke Benny D Koestanto Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Koran Bernada Rurit Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Palopo Budi Purnomo Buldanul Khuri Bunda Zakyzahra Tuga Bungaran Antonius Simanjuntak Candrakirana Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Che Guevara Coronavirus Cover Buku Kritik Sastra Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi II Cover Depan Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi IV Cover Majalah Progresif SMA Wahid Hasyim Model edisi V D. Zawawi Imron Dadan Maula Darmawan Dadang Ari Murtono Dahlan Kong Damanhuri Zuhri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Dedykalee Deni Ali Setiono Deni Jazuli Denny Ardiansyah Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan Dewi Indah Sari Dhanu Priyo Prabowo di Bluri di Karangasem Dian Sukarno Diana AV Sasa Diana Ifrina Ernawati Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dini Tri Dinoroy M. Aritonang Dion Maulana Prasetya Diskusi buku Djaka Susila Djenar Maesa Ayu Djesna Winada Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Budiono Herusatoto Drs H Choirul Anam Drum Band MI Miftahul Ulum (Kuluran) Dudi Rustandi Dunia Penerbitan Indonesia Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Nikmatika Roma Dwi Pranoto Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddy D. Iskandar Edeng Syamsul Ma’arif Edi Faisol Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elly Burhaini Faizal Elly Trisnawati Ellyn Novellin Emerson Yuntho Emha Ainun Nadjib Emil WE Endang Supriyadi Endi Haryono Endri Y Erdogan Esai Esha Tegar Putra Esme Fadliha Etik Widya Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fadjriah Nurdiarsih Fahmi Fahrudin Nasrulloh Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faris Al Faisal Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Felix K. Nesi Festival Mocosik Festival Seni Internasional 2010 Yogyakarta Festival Seni Internasional 2014 Yogyakarta Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan festivalsenisurabaya.com Fikri. MS Firdawsi Fortus Pake Forum Lingkar Pena Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Foto Franditya Utomo Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Magnis-Suseno Friski Riana Fuad Hasan Nasihin Fuji Pratiwi Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawa Gede Mugi Raharja Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gedung Sangbala Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gito Waluyo Goenawan Mohamad Golput Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma’ruf Amin Gus Dur H Ikhsan Effendi H. Usep Romli H.M H.B. Jassin H.O.S Cokroaminoto Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Hadi Napster Hadziq Jauhary Halim H.D. Halimatussa’diyah Hamberan Syahbana Hamluddin Hana Pertiwi Hanif Nashrullah Hardono Haris del Hakim Haris Firdaus Haris Priyatna Haris Saputra Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Basri Hasan Junus Hasanuddin WS Hasnan Bachtiar Helmi Y Haska Helmy Tasaufy Hera Khaerani Herdiyan Heri C Santoso Heri Latief Herman Herman Hasyim Herman RN Herry Lamongan Herry Mardianto Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Homaedi I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I Wayan Seriyoga Parta IBM. Dharma Palguna Ibnu PS Megananda Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Mustofa Imam Nawawi Imam Qodim Al-Haromain Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Imelda Imron Arlado Imron Rosidi Imron Rosyid Imron Tohari Indrian Koto Ingki Rinaldi Ipik Tanoyo Ire Irvan Sihombing Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismet NM Haris Ismi Wahid Isnanur Janah Iswadi Pratama Isyana Artharini Iwan Nurdaya-Djafar Iwank Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Janual Aidi Javed Paul Syatha Jazzi Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jembatan Kuno Yang Misterius Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Jodhi Yudono Jogjanews.com John Joseph Sinjal Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Paket Hemat Juara Ke 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jumartono Jurnalisme Sastra Jusuf A.N K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.Y. Karnanta Kadjie Mudzakir Kaheesa Kirania Putri Ayu Kang Daniel Kapal Nabi Nuh Karanggeneng Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kautsar Muhammad Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) KH Abdul Ghofur KH Bisri Syansuri KH. Abdul Aziz Masyhuri KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khoirul Abidin Khoirul Inayah Ki Ompong Sudarsono Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kika Dhersy Putri Kitab Arbain Nawawi KITLV Koh Young Hun Koko Sudarsono Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopi Sunan Drajat Kopuisi Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Krisman Kaban Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kulonprogo Kurnia Effendi Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswinarto L Ridwan Muljosudarmo Laboratorium Sinematografi dan Pertunjukan UNISDA Lamongan Lagu Lailiyatis Sa'adah Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Sarmili Literasi Liza Wahyuninto Lugiena De Lukas Adi Prasetyo Lukisan Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lusia Kus Anna Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Lutfi M. Mushthafa M. Romandhon M. Sunyoto M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M’Shoe Made Geria Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahrus eL-Mawa Majelis Ulama Indonesia Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcus Suprihadi Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Maruli Tobing Mashuri Masuki M. Astro Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Wulan Medco Media Lamongan Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Meka Nitrit Kawasari Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka MI Thoriqotul Hidayah Pilang 1 Mia Arista Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Miftahul A’la Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Ghufron Cholid Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Samsul Arifin Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Ali Athwa Mohammad Eri Irawan Mohammad Rafi Azzamy MTs Putra-Putri Simo Sungelebak Muh Kholid A.S Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Amin Muhammad Arif Muhammad Aris Muhammad Eko Nugroho Muhammad Hidayat Muhammad Muhibbuddin Muhammad Musa Muhammad N. Hassan Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mukafi Niam Mukhsin Amar Mulyani Hasan Mulyo Sunyoto Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Munawir Aziz Muntamah Cendani Musfarayani Musfi Efrizal N. Syamsuddin CH. Haesy Nadine Tri Duhita Naim Nanang Suryadi Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Nara Nazaruddin Azhar Neli Triana Ngatini Rasdi Nh. Anfalah Ni Luh Made Pertiwi F Ni Made Frischa Aswarini Ninuk Mardiana Pambudy Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noval Jubbek Noval Maliki Novel Novel Pekik Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Hayati Nur Kholiq Nur Kholis Huda Nurani Soliha Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Ochi Oil on Canvas Oky Sanjaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Paciran Pameran Seni Rupa Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik Panji Satrio Patung Sphinx PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan 2020 Pelukis Dahlan Kong Pelukis Harjiman Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit Progresif Penerbit PUstaka puJAngga Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Peringatan Hari Santri TPQ Al-Hidayah 22 Oktober 2017 Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren Sunan Drajat Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Pilang Tejoasri Lamongan Jawa Timur Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prosa Proses Kreatif Puisi Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka GU Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. N. Bayu Aji R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rafita Dewi Rahmah Maulidia Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rameli Agam Rana Akbari Raras Cahyafitri Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Revdi Iwan Syahputra Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Ridlwan Ridwan Munawwar Riki Utomi Rinny Srihartiny Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robert Adhi Kusumaputra Robin Al Kautsar Roby Karokaro Rodli TL Rof Maulana Rofiqi Hasan Rojiful Mamduh Rokhim Sarkadek Rosdiansyah Rosi Rosidi Rudi S. Kalianda Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rx King Motor S Jai S Yoga S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Sabrina Asril Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salim Alatas Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saratri Wilonoyudho Sari Oktafiana Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sejarah SelaSastra SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang Selvie Monica S Sendang Duwur Tahun 1920 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Shohebul Umam JR Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sifa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simon Saragih Sirikit Syah Siti Muti’ah Setiawati Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Slavoj Zizek Soelistijono Soetanto Soepiadhy Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Sohirin Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Mulyani Sri Wintala Achmad ST Indrajaya Stanley Adi Prasetyo Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sudirman Hasan Sugeng Ariyadi Sugeng Wiyadi Sugiarto Sugito Wira Yuda Suhartono Sujatmiko Sukardi Rinakit Sukitman Sumenep Sunarno Wibowo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susie Evidia Y Sutamat Arybowo Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Suyatmin Widodo Svet Zakharov Syaf Anton Wr Syaiful Bahri Syaiful Irba Tanpaka Syaiful Mustaqim Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syi'ir Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tanjung Kodok Tahun 1947 Tasman Banto Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Ganast MAN Lamongan Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Sakalintang Teater Sangbala Teater Sundra Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tewol Teater Tewol Lamongan Teguh LR Teguh Winarsho AS Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thamrin Dahlan Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute (IHI) Thohir Thompson Hs Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto To Take Delight Toni Munajat Tosa Poetra Tri Andhi S Tri Wahono Trisno S. Sutanto Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Unieq Awien Universitas Airlangga Surabaya Universitas Jember Untung Basuki Ustadz Charis Bangun Samudra Utami Diah Kusumawati Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Wahyu Aji Wahyudi Zuhro Wan Anwar Warjati Suharyono Wawan Eko Yulianto Wawan Hudiyanto Wawancara Wayan Sunarta Welly Suryandoko Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yanuar Jatnika Yanuar Yachya Yaumu Roikha Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yerusalem Ibu Kota Palestina Yesi Devisa YF La Kahija Yogyo Susaptoyono Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudi Latief Yuli Yuni Ikawati Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zahrotun Nafila Zaim Uchrowi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimras Zen Hae Zuhdi Swt